T D A | 23

31 9 0
                                    

Rara membuka matanya, lalu mengerjap merasakan denyutan di kepalanya. "Sshh ...." gadis itu memegang kepalanya, seperkian detik terdiam melihat kamar yang terlihat menakutkan. Lalu ia tersadar.

"Anjrit, gue dimana dah?" Rara melotot, sedikit ketakutan, ruangan bercahaya remang-remang, dan ia merasa sesak karna pentilasi yang kecil.

Rara menendang-nendang pintu dengan keras, aura disini begitu dingin. Sesaat ia merinding, seakan ada yang berbisik dingin di sebelahnya.

"Jangan berisik, nanti mereka kesini." Rara menjerit kencang, ia terus memukul-mukul pintu ketakutan. "Anjing emang, woy bukain!"

"Brngsk."

Rasanya ia ingin menangis. Tapi setelah itu, pintu terbuka lebar memperlihatkan cahaya yang seakan membutakan matanya. Rara menyipitkan mata, lalu berkacak pinggang dengan wajah yang memerah. Marah.

"Bajingan, lo kira ini lu-" Rara melotot kaget, di depannya ini terdapat lelaki begitu pucat, auranya begitu menakutkan, sesaat ia merinding.

"Apakah dia manusia?" Bisik salah satu orang di depannya.

"Mungkin ia, kata Varza dia di bawa oleh Antartika."

Rara mundur takut, kepalanya kembali pusing, dimana ia berada? Mengapa orang-orang di depannya ini menakutkan dan begitu aneh.

"Hei, anda harus ikut kami. Kami anggap anda penyusup!" Kata lelaki baru datang, dia Varza. Sebenarnya lelaki itu sudah mengetahui Rara berada disini. Niatnya ia tak ingin menggaggu rencana Antartika, hanya saja Raja Bartas mengetahuinya dan menyuruh dirinya untuk membawa Rara ketempat khusus. Ya, tempat eksekusi.

Rara menggeleng takut. "Gue dimana? Mana pacar gue?"

Terlambat, orang-orang berjubah aneh itu sudah menangkapnya dan membawa dia ketempat eksekusi.

Matanya berkaca-kaca melihat alat-alat menakutkan. Dan juga sebuah sumur yang terlihat menakutkan. "Gue dimana? Gue mohon, kalian siapa? Pacar gue dimana?" Rara terisak, dia sudah terikat. Dan terdengar suara Varza lagi.

"Seharusnya jangan terima ajakan Antartika untuk kesini, bodoh. Sekarang tidak ada lagi kesempatan untuk Anda pulang, karna setelah pulang perang Anda mati disini. Tau mengapa manusia saat memasuki dunia ghaib tidak pernah bisa pulang kembali?"

"Hanya ada dua. Mati, atau terjebak sendiri dengan gelap menemani."

Lalu setelah itu Varza menghilang. Rara berusaha menyerap kata-kata yang di lontarkan lelaki itu.

"Mati." Rara berkaca-kaca, bagaimana dengan bundanya?

Mengapa antartika membawanya kesini?

"Bunda..." Rara menangis dengan badan yang susah di gerakkan. Ia ketakutan, ini sungguh mengerikan. Mengapa harus ia yang terjebak?

Tbc

The Devil Antartika [END]Where stories live. Discover now