T D A | 19

63 17 0
                                    

19. Rara kecewa

Antartika berjalan dengan langkah lebar. Pabrik. Orang yang mengaku Rensa itu memberi tahu jika Rensa di sini.

Pabrik yang sudah tidak di gunakan karna kebakaran. Entah pabrik apa sebelumnya Antartika tidak peduli, sekarang dia harus tau apa benar Rensa masih hidup? Oh ayolah, Antartika tau ini mustahil tapi tidak apa-apa bukan jika berharap Rensa-nya masih hidup?

Pikirannya hanya di penuhi oleh Rensa, Rensa dan Rensa! Hingga dia melupakan Rara pacarnya.

Antartika membuka pintu yang di yakini orang itu di sini. Tapi setelah di buka tidak ada siapa-siapa disini. Kosong. Tidak ada kehidupan. Antartika menatap kaca yang memantulkan dirinya. Hingga dia tersadar...

Sendiri. Sepi, dan sunyi.

"Goblok," ucapnya sendiri dengan kekehan getir. Dia baru menyadari jika orang itu sedang membuktikan betapa bodohnya Antartika.

Antartika maju mendekati kaca yang mencerminkan dirinya. Dengan wajah datarnya dia tersenyum miring. "Mati lo!"

Prangg!

Antartika meninju kaca itu hingga pecah. Dia benci Antartika dulu. Bodoh. Goblok. Dan lemah! Ia benci!

Jika terus di bayangkan itu membuatnya gila. "ARGH! MATI LO ANJING!"

"SIAPA KALIAN SEBENARNYA, HAH?!"

"SIAPA ANJING?!"

Dengan nafas terengah-engah Antartika membuka room chat dengan nomor yang mengaku Rensa.

08xxxxx

Bodoh.

Antartika mematikan benda itu, ia baru sadar jika di tembok itu ada coretan bertulis black. Ingatannya langsung menuju ke Aksa. Ya, si bajingan itu ternyata bermain sampah.

Seharusnya Antartika tau jika ini perbuatan si gila Aksa! Aksa memang layak di benci!

"Anta!"

Antartika memutar bola matanya malas. Itu suara Varza, pasti iblis itu sedari tadi melihatnya dan mendengar ucapan di hatinya. Sialan sekali!

"Ketemu?"

"Apa?!"

"Dedek Rensa-nya?" Varza cekikikkan mendengar ucapannya.

"Eh lupa, pasti ga ketemu ya? Kan udah meninggal." Varza merubah raut wajahnya dengan raut menyesal yang di buat-buat. Cih si tua bangka ini menjijikan menurut Antartika.

Lagi-lagi Varza tertawa menyebalkan. "Kamu memang bodoh."

Antartika meninggalkan Varza yang masih tertawa kesenengan. Betapa biadabnya Varza ini.

"Anta woy!"

"Apasi setan?!"

"Woah! Setan kok teriak setan?"

"Enyah lo anjing!" Antartika sekarang dalam mood yang tidak baik, mohon untuk mengerti! Ia malas di ganggu. Dan sialan sekali Varza ini.

"Oke saya serius. Menurut saya, yang mengirim pesan itu bukan Aksa. Ayolah, orang secerdik dia mana mungkin bermain seperti ini? Dan lagi, jika pun Aksa, apa alasannya?"

"Gue juga ga yakin. Tapi bukti yang buat gue yakin."

"Black?"

Antartika sudah tak heran jika Varza mengetahui apa yang membuat ia yakin jika itu Aksa. Apalagi kalau tidak membaca pikirannya!

The Devil Antartika [END]Where stories live. Discover now