T D A | 5

181 58 19
                                    

Hai semuanyaaa

Untuk menghargai aku yang kadang lupa alur, bisa vote dulu sumpa gratiss✌

Jangan lupa komen juga yaa, kasi saya kritik, mungkin di tulisan saya banyak sekali kesalahan yang membuat kalian sakit mata.

Happy reading...

5. putri kerajaan

Satu bulan berlalu, Rara dan Antartika sudah lumayan mengenal satu sama lain, Rara yang juga sudah mengabaikan keanehan yang ada di diri Antartika.

Rara kini sedang di Apartemen Antartika, dia sedang menghapal materi karna minggu besok ulangan satu smester akan berlangsung.

Jika kalian bertanya mengapa orang macam Rara ingin belajar? Jawabannya karna paksaan Antartika. Antartika memaksa Rara untuk belajar. Antartika memang bukan lelaki jenius seperti Aksa. Antartika hanya ingin melihat Rara yang pokus belajar, karna dia tidak pernah melihat Rara belajar. Rara sangat menggemaskan saat mengerut alisnya bingung.

Antartika melirik jam yang melingkar di tangan nya. "Makan," ucap Antartika tiba-tiba.

Rara memang sudah sedikit mengenal Antartika, dan sudah biasa dengan Antartika. Tapi tidak dengan ini. Rara selalu di buat ngebug dengan ucapan setengah-setengah yang Antartika loentarkan.

Rara mengerutkan halisnya mencari apa yang di maksud Antartika, dia nengetuk-ngetuk ujung pulpen.

Antartika yang gemas langsung saja mengusap surai hitam milik Rara. "Cari makan. Lapar."

Mata Rara berbinar dengan indah. "Beliin gue cemilan, ya, satu aja."

Antartika menurunkan tangannya. Antartika jadi mengingat kejadian tiga hari yang lalu, ternyata bukan satu itu yang di maksud Rara. "Satu kardus maksud lo?"

Rara menyengir tanpa dosa. "Lo kan kaya Kak, sekardus ngga bikin lo miskin, 'kan?" Kalau dasarnya tidak tau malu ya seperti ini.

Antartika menggeleng tidak percaya. Sangat langka gadis yang tidak punya malu seperti Rara. "Ayok."

Antartika menggandeng tangan hangat milik Rara. Dia akan mengajak Rara untuk makan di warung pecel lele. Karna Rara lebih suka makan di pedagang pinggir jalan, di banding lestoran berkelas. Menurut Rara Rasanya sama saja, hanya harganya yang berbeda.

Antartika menyuruh Rara masuk ke mobil hitam miliknya. Ini untuk pertama kalinya Antartika memakai mobil ini bersama Rara, biasanya dia akan menggunakan mobil putih satunya yang baru dia beli satu bulan yang lalu.

Baru saja Rara duduk di kursi sebelah kemudi, tapi dia merasakan yang aneh disini. Rasanya sangat asing, dingin sekali rasanya, sampai dia merinding. "Kak Pacar, ase nya matiin aja."

Antartika menatap Rara. Sedari tadi ase nya memang sudah mati. Sesuatu yang dia pikirkan benar-benar terjadi, mobil ini bukan mobil biasa. Mobil ini sebelumnya milik Varza yang di berikan pada Antartika. Mobil ini memiliki hawa yang menyeramkan karna terlalu lama di pakai oleh setan sialan seperti Varza.

Antartika melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia membuka tutup botol yang berisi soda, kebiasaannya. Tapi dengan cepat Rara merebut soda itu.

Rara menutup soda itu lagi, dia menatap Antartika. "Soda terus, sampe mati."

"Balikin!" Antartika menatap Rara tajam, dia bahkan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Ngga! Nanti lo sakit, jangan soda terus!" Rara menyembunyikan soda itu supaya Antartika tidak merebutnya.

"Ra!" Antartika sedikit meninggikan suaranya.

Rara kaget, untuk pertama kalinya Antartika membentaknya. "Ngga!"

The Devil Antartika [END]Where stories live. Discover now