T D A | 10

127 48 8
                                    

Alo Bestiii

Oh ya besti aku ngerasa kalau alurnya udah ngaler ngidul, ga nyambung. Untung aku baca ulang, coba kalau ngga TDA calon unpub;)

Aku tuh ga mau kebanyakkan konflik, tapi tanpa sadar aku malah buat banyak konflik.

Vote and komen dulu yukk, kita lihat lebih banyak siders atau readers yang setia kasih vote dan komen!

Happy reading...

10. Tentang yang membunuh

Rara turun dari mobil hitam legendaris milik Antartika, senyum indah yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Bahagia. Kata itu yang selalu orang lain kira tentang Rara.

Antartika turun dari mobilnya, dia tutup pintu mobil dan menghampiri Rara. Dia genggam tangan itu dan mengajak Rara untuk berlari kecil mengelilingi Alun-alun.

Sekarang hari Minggu, hari yang sangat menyenangkan baginya. Rara ingin jogging tapi dia malas jalan, maka dari itu Rara ke Alun-alun memakai mobil Antartika, dan berniat mengelilingi Alun-alun.

Antartika memelankan larinya, matahari mulai memancarkan sinarnya, panas yang lumayan di pagi hari membuat kulitnya sedikit panas. Antartika melihat Rara yang asik jogging, rambutnya yang di cepol asal.

Rara berbalik dan berhenti ketika merasa Antartika tidak ada di sampingnya. Rara tersenyum, wajahnya tersorot sinar matahari membuatnya sedikit bersinar, terlihat sangat cantik bagi Antartika.

"Cepet!" Teriak Rara. Rara sedikit bergeser mendekat pohon, agar matahari tidak terlalu menyentuh kulitnya. "Gitu aja udah capek, ah lemah!"

Diam-diam Antartika tersenyum, senyum yang sangat tipis. Antartika berlari menyusul Rara. Ketika sampai dia menarik Rara tiba-tiba, membuat Rara kaget dan ikut berlari.

Antartika membawa Rara berlari kencang, menubruk orang yang sedang berjalan santai dan berlari kecil, sontak membuat Rara tertawa lepas seperti orang yang tidak memiliki masalah hidup. 

Antartika berhenti berlari ketika merasa lelah. Dia menatap Rara yang masih tertawa kecil dan menetralkan nafasnya. Dia mengajak Rara duduk di kursi untuk istirahat sementara.

"Tadi tuh, seru banget anjir!" Heboh Rara, sampai yang berada di situ menatap Rara sekilas.

"Suka?"

"Buangettt! Sering-sering ajak gue main. Jangan main tapi diem aja, kan gaasik!" Rara tiba-tiba kesal, ketika mengingat berpacaran dengan Antartika banyak diamnya. Jika pun main di Apartemen milik Antartika, tetap saja hanya main ponsel atau pun menonton TV.

Antartika menggeleng-geleng, Rara ini sangat berbeda. "Main terus pikiran lo."

Rara tidak menjawab, dia lebih tertarik melihat kelinci di pinggirnya yang tidak jauh darinya. Kelinci yang di dalam kandang. Rara menepuk pundak Antartika. "Kak, lihat kelinci yuk!"

Uhuk uhuk

Antartika yang sedang minum air dingin, tiba-tiba tersedak ketika mendengar hewan yang bernama kelinci itu. Dia tidak pernah takut semua hewan, walau pun itu ular. Tapi jika kelinci Antartika tidak berani, dia sangat takut ke hewan yang menggemaskan itu.

"Nggak."

Rara cemberut, dia menginjak kaki Antartika yang terbalut sepatu secara sadis. "Ayok, ga?!" Tanya Rara seakan memaksa.

Antartika merasa nyeri di kakinya, terutama jari kelingkin kakinya, serasa ingin patah. Rara belum mengangkat kakinya, dia merasa akan di bunuh untuk kedua kalinya. "Iya, puas lo?!"

The Devil Antartika [END]Where stories live. Discover now