T D A | 4

185 66 14
                                    

Hai semuaa

Aku update lagi, ayok kawan ngevote dulu.

4. Main, 5 ronde.

"Bundaa!" Rengek Rara lagi.

Nara--bunda Rara, menatap Rara pasrah, sedari tadi Rara merengek-rengek ingin memakan mie instan, bukan apa-apa, Rara sudah memakan mie dua kali dalam satu hari ini. "Ra, jangan mie, ya, yang lain. Kamu mau apa Bunda masakin," ucap Nara dengan senyum tulus nya. Nara sangat menyayangi Rara, Rara itu satu-satunya yang sangat berharga bagi Nara.

Rara cemberut, dia menyilangkan tangan nya. "Bunda ga sayang Ara!" Nara lebih suka memanggil Rara dengan panggilan 'Ara' itu permintaan Rara, katanya agar terdengar menggemaskan.

Nara terkekeh, dia mencubit pipi Rara gemas. "Iya-iya. Ara masak sendiri, ya, bunda mau ke toko." Nara bersiap-siap untuk ke toko. Nara mempunyai toko bunga di berbagai kota dan daerah, bahkan di Kalimantan Nara mempunyai toko bunga yang sangat terkenal.

Nara kembali menatap Rara. Nara merasakan ada yang aneh di diri Rara, dia merasakan hawa yang tidak pernah dia rasakan ketika berdekatan dengan Rara. Tapi Nara berfikir positif. "Ini yang terakhir makan mie, ya! Bunda ngga mau Ara sakit."

Rara tersenyum, setelah itu Rara mencium tangan kanan Nara. Nara pergi keluar, membuat senyum lebar Rara sedikit demi sedikit menghilang. Rara sedih, dia selalu takut bunda nya kenapa-napa di luar sana.

Rara berjalan ke dapur, senyum nya lagi-lagi terlihat. Rara ini tidak mau terlihat menyedihkan di hadapan orang lain, jangan kan orang lain, sedang sendiri saja Rara tidak mau terlihat menyedihkan. Kalau kata Ayah nya dulu,

"Ara ga boleh sedih, karna yang sedih selalu terlihat menyedihkan. Kita harus terus tersenyum, percaya bahwa Tuhan akan memberi kebahagiaan, nanti. Kalau Ara sedih dan cemberut, nanti keliatan jelek." Ayah Rara terkekeh, setelah mengucapkan kata terakhir.

Rara terkekeh sendiri. "Gue ga jelek, cuma kurang cantik aja pas sedih." Rara tertawa sendiri. Kata itu, kata terakhir bagi Rara setelah Ayah Rara pergi berlayar, karna Ayah Rara seorang Nelayan. Ayah Rara menghilang begitu saja, bak di telan bumi.

Ketika sedang asik memasak mie, benda gepeng dan persegi panjang itu berbunyi, pertanda ada yang menelpon nya. Rara melihat, di layar itu tertera nama 'Kaka Pacar<3' itu kontak Antartika, lamgsung saja Rara mengangkatnya. Sebelum itu Rara berdeham untuk mengetes suaranya agar tidak terlalu jelek.

"Ekhm ... kenapa Kak Pacar?" 

"Main?"

Rara menahan senyum, otaknya traveling. Dia bingung, 'main' apa yang di maksud Antartika? "Main kuda-kudaan? Eh maks--"

Belum selesai bicara Antartika sudah menutup telponnya. Tapi tidak lama ada chat dari Antartika.

Kaka Pacar<3

5 rnd, jgn ngs.
16.00 PM

Rara melotot apa katanya 5 ronde? Plis, ini semua gara-gara otaknya yang terlalu vulgar. Rara menepuk jidatnya beberapa kali. "Anjir, gila lo Ra, kalo beneran gimana." Tidak lama ada chat dari Antartika lagi.

Kaka Pacar<3

G, gw bcnd
16.02 PM

TAPI KALO BENERAN
JUGA GAPAPA
16.02 PM

Ketika Rara ingin mematikan HP nya, dia melotot karna typing nya sendiri. "Eh anjir!"

The Devil Antartika [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ