T D A | 18

66 16 2
                                    

18. Terbongkarnya, siapa itu Rensa.

"Kaka Pacar!" Teriak Rara di pinggir lapangan.

"Dih alay!"

Rara menatap kepada Kakak kelasnya malas. "Lah emang gue alay. Kenapa lo, iri?"

"Jijik!"

Rara mengedikkan bahunya acuh. Peduli setan! Sekarang dia harus menemui pujaan hatinya sebelum cabe JM lebih dulu mengganggu pacarnya. Tak akan Rara biarkan!

Rara memeluk Antartika dari belakang, membuat sang empu kaget. Rara memeletkan lidahnya meledek para siswi yang ingin mengganggu, menggoda pacarnya. Dasar jomblo teu payu, huh!

Tanpa sadar Antartika terkekeh gemas. Dia berbalik menghadap Rara dengan senyum tipis, yang membuat dia terlihat beribu-ribu kali lebih tampan! Ah, betapa beruntungnya Rara memiliki Antartika.

Antartika menggenggam tangan Rara yang terasa sangat hangat. Dia mengajak Rara ke rooftop sekolah. Menurut Antartika, di situ terasa tenang.

Tapi tiba-tiba benda pipih yang berada di saku celana sekolah Antartika berbunyi, ada pesan masuk entah dari siapa.

"Sebentar," kata Antartika pada Rara yang menatapnya bingung.

08xxxxx

Antartika, aku takut.

Sp l?

Rensa. Anta aku takut.
Badan aku sakit-sakit. Mereka
Nyiksa aku tanpa ampun.

Help me.

Seperti tersambar petir, Antartika meremas benda itu kuat. Tidak mungkin! Ini mustahil! Rensa-nya sudah tidak ada, dia sudah tenang bersama Tuhan di sana.

Antartika mencoba tenang agar tidak membuat Rara khawatir. Tapi dia tak bisa. Dengan pikiran kacaunya, Antartika berlari meninggalkan Rara yang menatapnya bingung.

Antartika keluar gerbang sekolah dan melacak nomor yang tadi. Walau mustahil, tapi dia ingin menenangkan hatinya yang tidak tenang dengan cara membuktikannya.

Rara ingin mengejar Antartika. Dia khawatir dengan Antartika. Ada apa dengan lelaki itu? Banyak pertanyaan-pertanyaan di benaknya yang terpaksa harus dia simpan sementara karna bell masuk sudah terdengar.

Rara berjalan lemas ke dalam kelas. Huft! Diam di rooftop dengan angin sepoi-sepoi yang tergambar jelas dalam imajinasinya harus pupus mengenaskan. Oh ayolah, di terbangkan oleh ekspetasi dan di jatuhkan oleh realiti, itu sangat menyakitkan.

"Kenapa lo?" Tanya Acha bingung melihat sahabatnya yang terlihat lesu.

"Lemes Besti."

"Lo putus sama Kak Antartika?"

Rara berdecak kesal. "Ngebet banget lo gue putus sama Ka Pacar?"

Nsyah terkekeh. "Gue ga suka sama dia."

"Iyalah, kan lo bukan pacarnya. Kalau pun lo suka pacar gue, kita udah musuhan."

Nsyah tidak menjawab ucapan Rara yang tadi. "Arsya ga sekolah."

Rara hanya berdeham tak peduli. Biarkan saja, untuk apa memikirkan seorang penghianat seperti Arsya, menjijikan!

The Devil Antartika [END]Where stories live. Discover now