T D A | 6

165 53 11
                                    

Halo semuanya

Niatnya malem aku up, eh malah sibuk, berakhir lupa. Ada notif dari kalian baru inget.

Love is gone - Dylan Matthew

Enak bat lagunya, nulis sambil ngemusik lagu itu, behh bikin mood.

Jangan lupa buat vote dan komen mompong masih gratis✌

Happy reading...

6. Malam, jalan.

Arsya, Pajra, Nsyah dan Acha kini mereka sedang di dalam mobil Arsya. Mereka bersiap ke rumah sakit ketika dapat telpon dari Antartika memakai nomor Rara.

Arsya yang menyetir, di pinggirnya ada Nsyah dan di belakang Pajra dan Acha yang sibuk ngemil dan ngedrakor. Mari kita simak keributan nya.

"Eh Acha, headset gue anjir!" Pajra mencoba merebut headset miliknya.

"Bentar, pelit lo!"

Nsyah yang masih mencari cemilan yang dia rampok di rumah Arsya, perasaannya dia menyimpan di tas kecil miliknya, tapi ternyata sudah tidak ada. Nsyah berbalik dan melihat kebelakang, dan ternyata cemilannya sudah di makan oleh Pajra. "PAJRA, MAKANAN GUE!" Nsyah terus saja menarik-narik kaos yang di pakai Pajra, bahkan Nsyah tidak segan menarik rambut Pajra.

Karna keributan yang tiada henti sampai mobil sedikit bergoyang membuat Arsya geram. "Bisa diem ga lo pada? Mau gue turunin lo semua di sini?" Arsya menatap teman-teman nya yang langsung diam, depresi dia punya teman seperti mereka.

"Udah, jalan lagi Sya, kalo bisa si Pajra turunin aja, jadi beban dia disini," ucap Nsyah yang masih memiliki dendam kepada Pajra, padahal makanan yang mereka bawa itu banyak, tapi, mengapa Pajra malah memakan miliknya? Kang ribut, tuman.

Pajra menatap Nsyah melas. "Ga boleh gitu Syah sama sahabat yang baik hati kaya gue, nanti gue gaada nyesel lo."

Nsyah berdecih. "Ora sudi! Malahan gue ada niat buat nendang lo dari sini!"

Pajra tampak berbinar, dia tampak minat dengan ucapan Nsyah. "Kalo gitu tendang gue sampe ke Korea," pinta Pajra dengan sangat menyebalkan.

Rasanya Nsyah ingin memakan Pajra hidup-hidup, ingin memutilasi, memotong dan merujak kulit-kulit dan tulang-tulang milik Pajra. "Sini lo! Sini ga?!" Nsyah terus saja menarik-narik baju Pajra, dan menyebabkan mobil sedikit goyang dan oleng.

"Aw sakit Syah. Anjir!" Pajra berusaha melepaskan tarikan kuat Nsyah dari rambutnya, dia benar-benar menyesal membuat Nsyah marah, dia lupa kalau Nsyah si tipis kesabaran.

"Udah anjir udah, nanti kita di turunin di sini sama Arsya anjir, mau lo pada?" Acha menatap Arsya yang sudah memberhentikan mobilnya dan menatap malas kepada sahabat-sahabatnya, itu benar-benar buat Acha takut. Takut tambah ribut.

"Woy! Udah sampe, turun ga lo pada!" Amuk Arsya kesal. Arsya keluar terlebih dahulu, dari pada melihat keributan yang selalu membuat dia badmood.

Acha yang sudah memisahkan Pajra dan Nsyah, juga keluar. Mereka memang sering ribut seperti ini, tapi mereka tidak pernah benar-benar marah hanya karna hal sepele, mereka tau satu sama lain, dan sifat satu sama lain.

Acha, Pajra dan Nsyah berlari-lari kecil untuk menyusul Arsya. Mereka berjalan sedikit cepat karna ingin tau kondisi sahabat sedari kecil mereka.

Arsya dan yang lain sampai di depan pintu ruangan Rara, dia memegang knop pintu dan mendorong untuk masuk. Arsya mundur sedikit hawa dingin dan bau obat-obatan dia rasakan, dia melihat Antartika, rasanya selalu aneh ketika melihat Antartika, rasa gemetar, merinding dan hawa yang di miliki Antartika membuat dia sedikit sensitif.

The Devil Antartika [END]Where stories live. Discover now