37 : : Live On

59 4 35
                                    

Last chapter

Athar tidur setengah badan di kasurku

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Athar tidur setengah badan di kasurku. Maksudku hanya badan atasnya saja yang tiduran, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah. Ia menatap langit-langit. "Setelah sekian lama."

"Kenapa?" tanyaku.

"Akhirnya kita baikan."

Aku tersenyum kecil. Kakiku berjalan ke kasur dan ikut rebah di sebelah Athar. Kami menatap langit-langit kamar.

"Aku nggak tahu apa yang salah dengan ini semua. Aku lelah," kata Athar yang langsung dapat kupahami.

"Sama," ucapku.

Hening.

"Hari itu... Malam pas acara ulang tahunku selesai, kamu sempet ketemu Gema. Ngobrolin apa sama dia?" tanyaku pada Athar.

"Dia cerita sama aku. Itu pertama kalinya aku denger dia cerita sambil nangis. Gema bener-bener kacau malam itu, San. Dia cerita tentang pertengkaran orang tuanya di rumah. Gema bilang kepalanya sakit banget."

"Karena apa?" tanyaku.

"Karena suara teriakan orang tuanya yang terus berputar," kata Athar. "Gema sampai nutup telinganya berulang kali hari itu. Dia kayak ketakutan. Aku khawatir dong. Aku nggak pernah lihat Gema sekacau itu. Aku coba tenangin dia sebisaku."

"Pas Gema mulai tenang dan tangisannya mereda, aku bilang ke dia kalau semua akan baik-baik saja. Hari itu Gema langsung bertanya apakah aku percaya Tuhan atau nggak. Aku bilang percaya. Trus dia bertanya lagi, 'Apa benar Tuhan Maha Pemaaf?'. Dia nanya gitu ke aku," kata Athar.

"Trus?" tanyaku sambil melihat Athar.

"Aku bilang iya. Tuhan itu Maha Pemaaf. Tuhan memaafkan segala dosa kita. Gema ngangguk aja. Trus dia tiba-tiba bilang gini, 'Kalau aku bunuh diri, Tuhan juga akan memaafkanku, kan?'. Aku panik, San. Nggak pernah kebayang kalau Gema bakal ngomong gitu. Wajahnya juga keliatannya serius banget. Aku bilang ke Gema untuk jangan macem-macem dan jangan mikir yang aneh-aneh. Gema ketawa kecil dan bilang, 'Bercanda.'."

Aku menatap Athar lekat.

"Karena Gema ketawa pas itu, aku nggak lagi nganggep ucapannya serius. Apalagi aku tahu Gema sebijaksana apa dalam bertindak. Dia nggak mungkin ngelakuin hal bodoh seperti bunuh diri. Ya aku ikutan ketawa sama dia. Ngetawain candaan Gema soal bunuh diri. Habis itu Gema suruh aku pulang karena udah larut malem. Gema bilang makasih karena udah dengerin dia bercerita. Trus tiba-tiba dia bilang, 'Thar. Kamu bahagia terus, ya. Ingatkan dirimu untuk bahagia selalu. Kamu sahabatku dan aku bersyukur pernah bertemu denganmu. Aku mungkin tidak beruntung soal keluarga dan ekonomi, tapi aku beruntung punya sahabat sepertimu di hidupku.'."

Athar menghela napasnya. "Aku ngerasa aneh karena ucapan Gema yang mendadak kayak gitu. Gema bilang lagi, 'Aku harap kamu bahagia terus. Apa pun yang terjadi ke depannya, jangan menyalahkan dirimu atas hal itu. Tetaplah bahagia.'. Aku waktu itu nggak paham apa maksud Gema. Aku ngangguk aja, iya-iya aja."

DHARSAN'S DIARYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora