21 : : Have No Problem

51 8 13
                                    

Selamat membacaa...

Aku duduk di pasir pantai, menikmati matahari yang hendak tenggelam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku duduk di pasir pantai, menikmati matahari yang hendak tenggelam. Aku menggambar Annalise yang sedang bermain air laut dengan wajah riang. Angin menerbangkan rambutnya, semakin terlihat cantik di mataku. Aku tak tahan jika tidak mengabadikannya lewat karya. Momen ini terlalu sempurna untuk dilewatkan.

Rasanya kami butuh sedikit hiburan karena kami telah belajar selama tiga jam nonstop lamanya.

Hm, tidak bisa dibilang lama juga sih. Tiga jam belum seberapa sebenarnya. Tapi materi Fisika yang kami pelajari sudah berhasil membuat kepala kami sakit. Alhasil kami mencari ketenangan dari ombak yang menghantam batu karang, angin sejuk di sore hari, serta sang surya yang akan kembali beristirahat.

"Dharsan! Sini!" panggil Annalise tepat setelah aku menyelesaikan gambaranku.

Aku tersenyum tat kala ia mendekat.

"Kamu ngapain sih?" tanya Annalise. "Sibuk banget. Lagi belajar?"

"Nggak, aku lagi menggambar," jawabku apa adanya.

"Gambar apa?" tanyanya.

"Gambar kamu." Aku merobek satu lembar kertas di buku sketsaku dan langsung memberikannya pada Annalise. "Simpan aja."

Annalise tersenyum lebar. "Kamu jago banget gambarnya. Makasih, ya..."

Aku terkekeh sambil memasukkan buku gambarku ke dalam tas, sama halnya dengan Annalise yang menyimpan gambaranku di tasnya.

Annalise menepuk pundakku dan membantuku berdiri. "Ayo main!"

Dia berlari ke tepi laut sambil melihatku di belakang. Aku tak mampu menahan senyum lagi, aku berlari mengejarnya dan ikut bermain air.

Annalise berlari-larian di air setinggi mata kaki itu. Lalu ia memegangku tat kala arus membawa semua air itu kembali ke laut, rasanya seperti ditarik dan hendak dijatuhkan oleh air. Lantas kami tertawa. Tak ada yang lucu, tapi ini membahagiakan.

"Senang rasanya bisa bermain di sini," kata Annalise. "Aku muak belajar. Semua itu bikin aku ingin muntah."

"Aku tahu," jawabku. "Aku juga merasakannya."

"Kamu kok bisa sih sempet belajar padahal kegiatanmu banyak banget? Bulu tangkis, lomba melukis, dan apalah itu. Kita sekolah aja pulangnya sore, trus ada banyak tugas-tugas semacam portofolio. Trus kapan kamu belajarnya, San? Soalnya kamu balance terus. Kamu hebat banget bagi waktu," kata Annalise.

Aku tertawa kecil. "Aku nggak seambis yang kamu bayangin. Aku kalau nggak ada mood belajar palingan langsung tidur atau main game."

Annalise tersenyum melihatku. "Enak banget. Jadi pengen kayak kamu. Santai, tapi hasilnya maksimal terus. Apa sih rahasianya?"

"Entahlah. Hoki mungkin?" tanyaku.

Annalise tertawa kecil sambil menepuk lenganku. "Haha, bener. Kamu itu emang pembawa hoki. Lomba cerdas cermat kemarin aja ngambil undian hoki banget dapet nomor paling bagus."

DHARSAN'S DIARYWhere stories live. Discover now