08 : : Cafe

65 12 13
                                    

Selamat membaca...

Menjadi barista itu cukup menyenangkan bagiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menjadi barista itu cukup menyenangkan bagiku. Entah apa karena aku ditemani teman-teman atau memang karena aku menyukainya. Aku tidak tahu.

Saat ini sedang sepi pelanggan. Ada Yunda dan Athar yang duduk berhadapan sambil menikmati kopi berdua. Dunia ini terasa milik mereka, sedangkan yang lainnya hanya mengontrak saja. Ya ... termasuk aku dan Gema.

"Duh iri," ucapku.

Gema tertawa kecil.

"Bisa-bisanya mereka ngebucin di sini. Nolongin kaga," ujarku yang berdiri menunggu pelanggan bersama Gema.

"Ann mana, San?" tanya Gema.

"Loh kok situ nanya saya?" Aku tertawa. "Jadian aja kaga sama Ann. Ann juga nggak ngabarin ke mana."

Gema geleng-geleng sambil mengelap meja kasir di sebelahku. "Pasti kalau sibuk gini dia lagi belajar."

"Rajin banget, ya?" ucapku. "Ambis."

"Kamu?" tanya Gema.

"Aku belajar kalau ada mood doang."

"Tapi pinter." Gema terkekeh sambil memukul tanganku menggunakan lap meja. Gema pergi ke bangku-bangku kosong, membersihkan meja pelanggan. Melihat hal itu, aku pun ikut membantu.

"Gimana ya cara bikin Ann suka balik sama aku?" Aku mendadak bertanya namun dengan suara yang hanya bisa didengar kami berdua.

"Hm?" tanya Gema. "Bukannya dia sekarang udah deket sama kamu?"

"Tapi dia nganggep aku temen doang. Kayak dia nganggep kalian. Ya aku, kan, maunya lebih dari sebatas temen." Aku berbicara sambil fokus mengelap meja.

"Terus aja kasih perhatian lebih. Dia suka kalau diperhatiin. Tinggal nunggu waktu aja. Kalau kamu serius, dia pasti bakal seneng balik kok," ujar Gema.

"Kamu kenal banget sama Ann," kataku.

Gema terkekeh. "Gimana engga? Udah kenal lama."

"Apa mungkin kamu nggak pernah suka sama dia?" tanyaku memastikan.

Gema berhenti mengelap meja dan melihatku. Cowok itu mengembuskan napas. "San. Aku itu nganggep Ann udah kayak keluarga. Kayak adikku sendiri. Bukan sebagai pasangan. Tapi lebih tepatnya karena kami sudah dekat lama, kami terasa seperti keluarga. Seperti kakak dan adik."

Aku menatap Gema beberapa saat sebelum akhirnya Gema kembali fokus mengelap meja.

"Kamu kayaknya takut banget aku suka sama Ann." Gema terkekeh.

"Nggak gitu..." Aku merasa tidak enak.

"Nggak usah takut. Aku juga naksirnya sama cewek lain."

Mataku terbuka lebar seketika. "Hah?!"

DHARSAN'S DIARYWhere stories live. Discover now