07 : : Too young

84 9 8
                                    

Kok Desember cepet banget, ya? Masa udah mau tahun baru aja? Perasaan baru waktu ini nonton Alchemy of Souls sambil denger jedar-jedur kembang api 😩

Oh iya, by the way selamat natal yaaa bagi yang merayakan 😍🥰

Happy reading!

"Hati-hati Acan, Sayang, ya?" Bunda mencium kedua pipiku silih berganti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hati-hati Acan, Sayang, ya?" Bunda mencium kedua pipiku silih berganti.

"Iya, Bunda."

"Benerin bawa motor." Ayahku berbicara.

"Yeee!"

Kupakai helm setelahnya. Aku memang membawa motor sendiri karena aku tidak ingin membuat orang tuaku menempuh rute yang lebih jauh karena harus mengantar-jemputku makan-makan.

"Dadah Mas Dharsan!" Dara melambaikan tangannya padaku.

"Dadaaa gemoy!" balasku.

"Mas Acan! Mas Acan!" Dean berusaha berjalan mendekatiku dengan muka sedih. "Jangan peygi..."

"Aaaww..." Semua orang gemas dengannya.

Dean menyentuh kakiku. "Mau ikut Mas Acan."

Aku terkekeh dan berjongkok. "Hei, Mas mau pulang. Kalau Dean sama Mas, nanti Darrennya nangis."

Dean melihat Darren yang tertidur di gendongan Bunda.

"Tapi dia tidul," ujarnya langsung.

"Nanti, kan, dia bangun," ucapku.

Bunda menarik Dean dengan satu tangan. "Dean, sini sama Bunda! Biarin Mas Acannya pulang."

"Mas Acannya mau istirahat, Sayang," bujuk Ayahku ke Dean. Kedua tangan Ayah terulur untuk Dean. "Cini cama Ayah."

"No!" Dean merajuk, menggeleng tegas.

Aku tertawa. "Aduh mukanya."

Dean kembali melihatku. "Mas..." Dia manyun dan hampir mengeluarkan air mata. Dean merentangkan kedua tangan untuk digendong. "Mau ikut."

"Ngga ada helm lho..." Aku berbicara lagi.

"Tuh, Mas Acan nggak bawa helm untuk Dean. Yuk sini pulang sama Bunda!" Bunda mengulurkan tangan.

Dean malah menangis. "Ndak mau, mau sama Mas Acan..."

Dean memelukku agar tidak digendong Ayah. "Mas..."

"Aduh, kasian, Yah." Aku yang tidak tegaan, tidak bisa melihat adikku menangis.

"Helm ada di mobil," bisik Bunda ke Ayah yang dapat kudengar. "Helmnya Darren, di jok belakang."

DHARSAN'S DIARYWhere stories live. Discover now