33 : : Wooden Rose

40 9 45
                                    

:)

Baca aja, ya. Author lagi nyesek nulisnya...

06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06.41 am.

Suasana sejuk menyambutku yang sudah siap berangkat bersama Ayah berkeliling dengan mobil baruku. Aku duduk di kursi pengemudi, sedangkan Ayah di kursi penumpang di sebelah.

"Hati-hati, Sayang..." Bunda melambaikan tangan padaku.

"Iya, Bunda..."

"Ayah, benerin jaga anak bawa mobil! Jangan dikasih ngebut!" ujar Bunda pada Ayah.

"Iya, Sayang... Masa anak sendiri nggak dijagain? Kamu tenang aja," kata Ayah.

"Dadaaa Bunda... Dharsan keluar dulu!" Aku melambaikan tangan.

"Daaaa..."

Aku mulai menginjak gas dan pergi dari vila. Aku sempat diajari membawa mobil oleh Ayah. Lumayan lancar lah. Hanya saja aku belum bisa ngebut mengendarai mobil.

"Gimana? Asik?" tanya Ayah.

Aku tersenyum. "Asik banget, Yah! Enak!"

Ayah terkekeh dan mengelus rambutku.

"Kita mau ke mana, Yah?" tanyaku.

"Loh kok tanya Ayah? Orang kamu yang bawa mobilnya," ujar Ayah.

"Dharsan nggak tau mau ke mana," kataku.

"Hahaha... Ya udah, coba ke cabang restoran Ayah. Cari yang agak jauhan biar bisa belajar bawa mobil," ujar Ayah.

"Okay..." Aku lanjut mengemudi dengan santai.

"Kalau mengemudi itu harus fokus, San. Perhatikan sisi kanan dan kiri. Perkirakan ukuran mobil. Jangan sampai mepet ke pengendara lain," tutur Ayah.

Aku mengangguk.

Kujalankan mobilku lagi, mumpung jalanan pagi masih sepi, rasanya menyenangkan membawa mobil di saat seperti ini.

"Kenapa Athar sama Gema nggak jadi nginep?" tanya Ayah. "Kemarin sorenya Gema ke mana? Kok nggak datang?"

"Nggak tau, Yah. Ada urusan mendadak katanya," jawabku. Aku membelokkan mobil mengikuti jalan. "Karena Gema nggak ikut, makanya Athar nggak jadi nginep. Kurang rasanya kalau nggak ada Gema. Kemarin pulang dari acara, katanya Athar langsung cari Gema tuh."

"Oohh..." Ayah manggut-manggut.

"Oh iya, Yah. Abang bilang bulan depan udah bisa pulang," seruku.

"Iya. Dia bilang ke Ayah gitu. Tapi bulan depan Mbak udah balik lagi sekolah," ujar Ayah.

"Yaaaahh... Nggak asik."

"Nanti kamu kuliah, gitu juga dah sama. Jarang pulang." Ayah mengelus rambutku. "Kangen deh Ayah sama Bunda."

DHARSAN'S DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang