Elang terkekeh mengingat bagaimana saat mereka bertemu dulu, saat perkenalan saja mereka menggunakan nada yang tinggi.

Tidak ada malu sama sekali.

Keduanya berjalan sambil mengobrol ringan, hingga tak terasa mereka sudah sampai parkiran.

Motor Rayan dan mobil Raegan sudah tidak ada, artinya keduanya sudah pulang terlebih dahulu.

Rajendra menepuk 2 kali bahu Elang, setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobilnya.

Tadi pagi sangat dingin, makanya ia memutuskan untuk memakai mobil.

Ia berkendara dengan kecepatan dengan sedikit cepat, ia ingin melihat keadaan istrinya yang sedang sakit.

Dan untungnya jalanan tidak macet, jadi tidak memperlambat waktu.

Hanya membutuhkan waktu 17 Menit untuk sampai di rumah.

Ia memarkirkan mobilnya di samping mobil istrinya, kemudian saat hendak membuka pintu.

Ternyata pintunya di kunci, itu artinya Maureen tidak ada di rumah.

Rajendra berdecak pelan, untung saja ia membawa kunci cadangan.

Setelah pintu terbuka, buru-buru ia masuk ke dalam.

"Maureen!" Panggil Rajendra, namun tidak ada sahutan sama sekali.

"MAUREEN!" Panggil laki-laki itu lagi namun dengan nada yang lebih tinggi.

Merasa tidak ada jawaban sama sekali, Rajendra masuk ke dalam kamar.

Kasurnya sudah rapi dan dingin, artinya Maureen sudah pergi cukup lama.

Rajendra tidak ingin memusingkan dirinya sendiri, laki-laki itu memutuskan untuk mandi menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket.

***

Maureen melirik jam tangannya, ini sudah lebih dari waktu Rajendra pulang sekolah.

Gadis itu tidak terlalu resah, karena jalan ini sudah dekat dengan komplek perumahannya.

Ia turun di depan komplek karena disitu ada peraturan orang asing tidak bisa masuk, tingkat keamanan sangat tinggi disini.

Maureen berjalan menuju rumahnya yang berada di block b nomor 3.

Untungnya tidak terlalu jauh, jadi ia tidak terlalu lelah juga.

Ia berjalan dengan tenang, disini tidak banyak anak-anak.

Jadi tidak terlalu berisik.

Tak terasa ia sudah sampai di rumahnya, mobil Rajendra sudah terparkir cantik di samping mobilnya.

Dengan perasaan yang mencoba tenang, ia membuka gerbang rumahnya.

Kemudian saat ia membuka pintu, ia dapat melihat Rajendra sedang fokus menonton film di televisi.

"Dari mana?" Tanya Rajendra saat melihat Maureen yang menghampirinya.

"Badan gue makin lemes kalo di tidurin, makanya gue jalan-jalan." Jawab Maureen tanpa gugup sama sekali.

"Jalan-jalan? belanjaan nya mana?" Tanya Rajendra lagi.

"Bukan ke mall, cuman ke cafe tapi jaraknya jauh dari sini."

Rajendra menganggukkan kepalanya.

Maureen memperhatikan Rajendra dari atas sampai bawah.

Laki-laki itu memiliki warna kulit yang cerah, otot yang indah, urat tangannya menjol dan suaminya juga memiliki wajah yang tampan, mata yang tajam.

Maureen tidak menyangka memiliki suaminya akan seindah itu.

Rajendra yang merasa di perhatikan pun menoleh.

"Kenapa?" Tanya Rajendra, membuat Maureen langsung menoleh kearahnya.

"Badan lo bagus, kekar." Jawab Maureen tanpa keraguan sama sekali.

"Gue olahraga," Ucap Rajendra sambil menganggukkan kepalanya.

"Gue boleh pegang gak?" Izin Maureen membuat Rajendra yang mulai fokus pada televisi kembali menoleh.

"Tumben?"

"Gak boleh emang?"

"Boleh," Jawab Rajendra kemudian menyodorkan lengannya kearah Maureen.

Namun bukan memegangnya, gadis itu malah memeluk lengan Rajendra.

Rajendra terkejut.

Namun dengan cepat ia kembali mengendalikan wajahnya.

Ia membiarkan Maureen memeluk lengannya sambil menonton film.

***

Maureen memandang Rajendra yang sudah bersiap pergi nongkrong dengan teman-temannya.

"Kenapa sih?" Tanya Rajendra, ia heran kenapa istrinya terus memperhatikannya.

Padahal ia tidak merasa tidak membuat masalah apapun.

"Lo mau kemana?" Tanya Maureen balik.

"Nongkrong bentar, lo jangan kemana-mana." Jawab Rajendra sambil mengambil jaket dari lemarinya.

Setelah selesai, ia membalikkan tubuhnya kearah Maureen.

Laki-laki itu mendekati istrinya untuk berpamitan.

"Gue pergi dulu, kalo ada apa-apa langsung telepon gue. oke?"

Maureen menganggukkan kepalanya.

Rajendra mengecup dahi Maureen, entah sejak kapan ia sering melakukan itu.

Tapi selama ia dan Maureen nyaman, itu tidak masalah.

Rajendra menjauhkan wajahnya dari dahi Maureen, kemudian berjalan keluar.

Namun baru satu langkah, Maureen sudah menarik tangannya.

"Kenapa?"

"Bayi juga pengen di sun ayahnya."

Finished.

Sorry kalo garing.

RajendraUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum