34. Lembaran Baru

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Kamu bisa bantuin bapak bawain buku-buku ini gak? Bapak harus ngehubungin kepala sekolah dulu ini," pinta Pak Jaya.

Rifa mengedarkan pandangannya. Gadis itu berusaha untuk mencari siswa lain untuk dijadikan tumbal karena jujur saja Rifa malas jika dia harus membawa tumpukan buku catatan matematika sebanyak ini.

Sialnya entah mengapa kali ini tak ada siswa lain selain dirinya di lorong. Rifa terpaksa harus menyetujui permintaan Pak Jaya karena dia sendiri pun tak punya alasan untuk menolaknya.

"Bisa pak," Gadis itu segera mengambil tumpukan buku di dari tangan Pak Jaya.

Rifa melirik sampul pada tumpukan buku yang paling atas. Rupanya buku-buku ini dimiliki oleh anak-anak kelas 11 IPA 3. Tunggu, bukankah itu kelasnya...

"Ini dianterinnya ke kelas 11 IPA 3 yah?" tanya Rifa memastikan.

"Iya," jawab Pak Jaya tanpa meliriknya sama sekali.

Rifa meneguk ludahnya. Seketika tubuhnya berkeringat dingin. Dia masih belum siap jika harus bertemu dengan Aldino. Luka yang telah lelaki itu perbuat belum sepenuhnya sembuh dan Rifa yakin rasa sakitnya pasti akan kembali terasa jika dia harus melihat wajahnya dalam kondisi seperti ini.

"Eh kok bengong? Anterin sekarang," titah Pak Jaya.

"Sekarang pak?" Tanya Rifa memastikan.

"Tahun depan. Ya sekarang dong Rifa," jawab Pak Jaya merasa sedikit jengkel dengan pertanyaan dari siswanya itu.

"Nanti bapak nyusul ke sana, kamu bagiin dulu aja bukunya ke mereka."

Rifa mengangguk paham, "Oke pak."

Rifa berjalan lesu menuju ruang kelas Aldino. Dia berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri. 

Selang beberapa menit akhirnya dia sampai dan segera masuk ke ruangan itu. Rifa memicingkan matanya kedua matanya. Baru masuk saja dia sudah disuguhkan dengan adegan yang tak ingin dia lihat. Saat ini Arin sedang berada di sebelah Aldino, mereka terlihat sangat dekat. Bahkan Rifa sendiri tak pernah berada di sisi Aldino se–dekat itu.

Rifa melanjutkan langkahnya dan segera meletakkan tumpukan buku itu di atas meja guru.

"Ihhh Aldino jangan jahil deh," Arin sengaja mendekatkan tubuhnya agar menempel dengan Aldino.

Aldino masih terdiam tak merespon perkataan gadis itu. Cowok itu memilih untuk melanjutkan pekerjaannya sendiri.

"Yang bener ihh, cara ngerjainnya gimana," rengek Arin seperti anak kecil yang minta dibeliin permen.

Rifa yang hendak melangkah kembali ke luar kelas langsung mengurungkan niatannya. Dia sedikit tertarik untuk menyimak perbincangan mereka berdua.

"Emang kaya gitu kok," jawab Aldino yang tampak sedikit risih dengannya.

"Masa?? Perasaan pak Jaya gak pake cara kaya gini deh," balas Arin tak yakin.

"Terserah," jawab Aldino mengakhiri percakapan yang sangat menguras tenaganya.

"Ihh yaudah deh coba ajarin sekali lagi aku masih gak ngerti," Arin masih berusaha untuk membujuk Aldino.

Rifa mulai merasa risih dengan sikap Arin. Mengingat Arin merupakan kekasih sahabatnya, dia tak seharusnya bersikap seperti itu dengan lawan jenis. Akhirnya Rifa berinisiatif berjalan mendekat untuk mengintip soal yang sedang ditanyakan oleh Arin.

Rifa menghela napasnya. Dia sudah tau gadis itu sedang mencari perhatian dari Aldino saja. Pertanyaan itu tergolong mudah, bahkan Rifa sendiri bisa mengerjakannya. 

"Gampang itu tinggal di substitusi aja, harusnya anak olimpiade udah khatam sih yang ginian," sindir Rifa ikut menimbrung.

Arin sedikit tersentak. Gadis itu segera mengalihkan padangannya pada gadis yang menjadi tamu tak diundang itu. Selain karena kehadirannya, Arin juga terkejut karena Rifa benar-benar telah berubah menjadi siswa yang pintar.

Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ