🥬🥬BAB 65🥬🥬

19.2K 791 45
                                    

Polisi benar-benar datang, mereka berdiri di pinggir dengan posisi melingkar. Albi, Zeta, Ratna dan juga Feli berada di tengah-tengah. Polisi itu membawa pistol semua, tentu saja itu di arahkan kepada Feli dan Ratna. Bahkan bodyguard Zio dan Albi yang masih tersisa turut berada di sini. Zeta masih dalam posisi bersandar, kesadarannya benar-benar menipis.

Tiba-tiba saja Ratna berlari ke arah Albi dan dengan gerakan singkat dia mengunci tangan Albi ke belakang. Tentu saja Albi tak siap dengan serangan yang tiba-tiba itu, polisi ingin mendekat tapi Albi menggeleng dan memberikan kode mata agar polisi tetap dalam tempatnya. Satu tangan Ratna memegang tangan Albi, sementara satu tangannya yang lain mencekik leher Albi dengan sikutnya

"Kalian semua pergi dari sini atau dia yang mati?" tanya Ratna menatap satu persatu dari polisi itu. Ratna menyuruh Feli untuk berjalan ke arah Zeta dan langsung dituruti oleh Feli.

"JANGAN MENDEKAT ATAU DIA AKAN MATI!" ancam Ratna dengan tangan memegang pisau. Hal itu membuat semua polisi mundur, karena gerak sedikit saja nyawa Albi terancam.

"Rupanya kau terlalu pintar, atau aku yang bodoh?" tanya Albi sembari melihat ke atas karena menghindari pisau yang sangat dekat dengan lehernya.

"Kau tak bisa lari dari saya, di sini memang banyak polisi. Tapi saya tak akan membiarkan kalian semua hidup," ujar Ratna dengan senyum miringnya.

"Kau dan anakmu sudah di kepung, jadi percuma saja mengancam saya," balas Albi sengit.

Albi kembali memberikan kode kepada para polisi, mereka mengerti dan turut membalas kode yang dirinya berikan. Langsung saja dirinya memutar tubuh dan membanting tubuh Ratna. Pisau yang Ratna bawa sudah terpental, detik itu juga polisi mendekat dan memegang tubuh Ratna.

Albi sudah benar-benar bebas, ia mendekat ke arah Zeta. Ternyata dia turut di ancam oleh Feli, kali ini Feli mengarahkan pistolnya tepat di samping kepala Zeta. Albi menyuruh polisi yang ada di belakangnya untuk mundur, ia tak bisa bergerak cepat. Karena Feli berjalan mundur dengan mengunci pergerakan Zeta.

"Pergi dari sini," batin Zeta. Bahkan dirinya sudah pasrah jika harus mati di sini.

"KAU BISA MENANGKAP MAMA! TAPI ZETA AKAN MATI SEKARANG JUGA!" teriak Feli.

"Letakkan pistol kalian atau dia mati sekarang!" ujar Feli menatap satu persatu dari mereka.

Albi menatap ke belakang. "Letakkan pistol kalian, saya akan mendekat ke arah sana," ujarnya kepada para polisi.

"Tapi-"

"Ada bawahan saya yang mengarahkan senapan dari jauh, kalian jangan khawatir," potong Albi cepat.

Polisi itu mulai meletakkan pistol mereka di bawah dan mengangkat tangan mereka, Feli tertawa sinis. Albi mulai berjalan mendekat saat atensi Feli melihat ke arah lain. Detik itu juga ia berlari dan menyingkirkan tangan Feli ke arah lain, ia mendorong Zeta agar menjauh dari sini.

Tentu saja hal itu membuat Feli terjatuh, saat hendak bangkit satu tangannya yang terbebas dari pistol di cekal polisi. Sementara tangan yang satunya lagi masih memegang pistol dengan erat dengan posisi tiduran. Albi sendiri mencoba mengambil pistol itu dari tangan Feli tapi tak bisa, dia menggenggamnya terlalu erat dengan mengarahkan pistol itu kepada dirinya.

DOR

Semua terdiam mendengar bunyi itu, Zeta mematung di tempat dan tak lagi bisa menahan tubuhnya.

***

Di ruangan lain, Cakra tampak membantu Zio berdiri. Begitu juga dengan Hans, mereka baru saja mengalahkan banyak sekali orang. Suara sirine polisi membuat atensi mereka beralih, Cakra berlari menuju ke arah jendela dan melihat banyak sekali mobil polisi di bawah sana. Ia pun kembali menghampiri Hans dan Zio.

"Di luar banyak sekali polisi, kita harus mencari Zeta dan Albi," ujar Cakra dengan wajah babak belur.

"Siapa yang panggil polisi?" tanya Zio sembari meringis pelan karena pundaknya yang sakit.

"Albi yang panggil polisi, kita harus cepat karena mereka butuh bantuan kita," jawab Zio.

"Kau benar, kita harus segera tau keberadaan mereka," ujar Zio.

"Bagaimana dengan bodyguard yang lain?" tanya Zio kepada Hans.

"Banyak dari mereka yang mati, tapi sebagaian masih ada. Mereka berada di sana dengan bodyguard Albi," jawab Hans setelah mendapatkan informasi lewat alat yang terpasang di telinganya.

Mereka semua berlari pergi dari sini tak kala mendapatkan informasi situasi semakin kacau. Walau langkahnya tertatih, Zio mencoba untuk berlari cepat. Yang ada di pikirannya hanya ada Zeta, Zeta, dan Zeta. Sampai akhirnya mereka berdiri tepat di belakang para polisi. Di sudut sana Ratna sudah diborgol polisi dan dia sudah tak bisa untuk kabur.

Dor

Bunyi tembakan terdengar, mereka semua saling pandang. Tatapan Zio terkunci kepada Zeta yang ada di depan sana, dirinya melihat Zeta yang mulai limbung ke samping. Tanpa pikir panjang ia berlari menghampiri Zeta, sesampainya di sana ia meraih tubuh Zeta agar tidak membentur tanah. Tubuh Zeta di tahan oleh Zio, matanya yang sayu semakin sayu.

"Tolong jangan tidur," pinta Zio.

"Albi? Dia tertembak, selamatkan dia," ujar Zeta lemah.

Zio menatap ke arah samping, benar jika Albi lah yang tertembak dan dia masih berdiri walaupun banyak sekali darah yang bercucuran di perutnya. "Dia tidak apa-apa, sekarang kakak akan membawa kamu ke rumah sakit," ujar Zio.

"Maafin Zeta, Zeta udah repotin kalian semua. Zeta mau ikut papa dan mama," racau Zeta karena sudah tak tahan dengan rasa sakit ini.

"Enggak, kamu akan tetap bersama dengan kakak," balas Zio dengan nafas gusar.

Zio pergi dari sini dengan membawa Zeta, adiknya harus selamat dan dia tak boleh pergi meninggalkan dirinya. Sementara Albi memegang perutnya, ia melihat banyak sekali darah di tangannya. Ia bernafas lega kala melihat Zeta di bawa pergi dari sini, itu artinya Zeta akan segera di tangani oleh dokter.

Detik itu juga Albi limbung ke samping, matanya mulai tertutup dan semua orang mendekat ke arah Albi. Cakra mendekat ke arah Albi, ia memangku kepala Albi dan terus menepuk pipinya berharap Albi akan membuka matanya. Tapi mata itu sudah benar-benar tertutup, Cakra sangat panik melihat ini. Apalagi banyak sekali darah yang keluar.

"PANGGIL AMBULAN!" teriak Cakra.

"Albi, bangun! Kau tak bisa pergi sekarang!" ujar Cakra sembari terus mengguncangkan tubuh Albi berharap dia membuka matanya.

Polisi mengecek nadi Albi. "Nadinya tak terdeteksi," ujar polisi.

"Enggak mungkin, Albi! Bangun! Tanggungjawab mu belum selesai!" ujar Cakra yang mulai panik dengan apa yang polisi itu katakan.

Tak butuh waktu lama ambulan datang, Albi diambil alih oleh petugas medis untuk mendapatkan penanganan pertama. Cakra benar-benar khawatir, ia tak berani melihat tindakan petugas medis itu kepada Albi. Ia hanya bisa berharap Albi akan baik-baik saja, hanya itu yang dirinya harapkan.

Baby Twins From Billionaire [END]Where stories live. Discover now