🥬🥬BAB 63🥬🥬

11.9K 621 2
                                    

Zio sudah sampai di tempat di mana Zeta disandera, ia segera turun dari dalam mobil bodyguardnya. Detik itu juga banyak sekali bodyguard Lixston yang berdiri mengelilinginya. Ia menatap mereka satu persatu, tubuh yang gagah dengan tatapan tajam. Sepertinya ia akan berolahraga melawan mereka.

Bukan musuh yang terlalu berat untuknya, lantas ia memberikan kode kepada yang lainnya untuk melawan mereka semua. Terjadilah aksi saking adu fisik, tak ada yang mau mengalah. Begitu juga dengan Zio, yang sangat brutal melawan mereka semua. Hans juga membantu Zio, banyak sekali orang yang sudah tumbang di sini.

Bugh

Bugh

Bugh

"DI MANA ZETA SIALAN?" tanya Zio saat sudah berhasil melumpuhkan mereka.

"Saya tidak akan memberitahu! Saya sudah janji dengan Nyonya."

"JANJI DENGAN WANITA TUA ITU? APAKAH KALIAN BERCANDA?" tanya Zio dengan nada keras

"Adikmu sudah mati Zio, sekarang giliran mu." Bodyguard itu tersenyum miring, dia mengeluarkan pisau dan mengarahkannya ke arah Zio yang ada di atasnya.

"ZIO AWAS!" teriak Hans dari kejauhan.

Zio tersadar bahwa bodyguard di bawahnya akan membunuh dirinya, langsung saja ia menyingkirkan dan menendang tangan bodyguard itu hingga membuat pisau yang dia bawa terlempar ke samping.

"Kau ingin membunuh saya? Saya yang lebih dulu membunuh mu!" ujar Zio dengan senyum miring.

Jleb

Zio menusuk perut bodyguard itu berkali-kali dengan pisau lipat yang ia bawa, tentu saja terdapat darah muncrat di bajunya. Tapi ia sama sekali tak mempedulikan hal itu, ia melihat ke lain arah. Bodyguardnya masih melawan bodyguard Lixston, ia memanfaatkan situasi ini untuk berlari masuk ke dalam bangunan terbengkalai ini.

Ia berlari mencari keberadaan Zeta, beberapa ruangan sudah ia cari tapi nihil. Tak ada Zeta di dalamnya, ia berhenti tak kala mendengar suara. Ini tangisan Zeta, dan ia yakin dengan hal itu. Zeta tak baik-baik saja, suara ini dekat dengan posisinya sekarang. Itu artinya Zeta berada tak jauh dari sini, ia pun kembali berlari ke depan.

"Sakit hiks hiks jangan."

"Tolong hiks hiks jangan, ini sakit hiks hiks."

Suara itu semakin terdengar jelas, ia melihat di depan sana ada sebuah ruangan yang samar-samar terdapat penerangan. Ia pun segera masuk ke dalam sana, ia berjalan mundur tak kala semua atensi orang ada yang di dalam sini menghadap ke arahnya.

"Kau sudah berhasil melawan mereka? Rupanya kau hebat sekali Zio."

"Tutup mulut busuk mu itu!" balas Zio sembari menunjuk ke arah Ratna yang tadi berbicara.

"Kalian itu sama-sama tak mempunyai sopan santun, namanya juga lahir di luar nikah. Jadi anaknya enggak ada yang benar."

"Kau perempuan bodoh! Ini adalah malam terakhir kau menikmati seluruh kekayaan keluarga Lixston! SETELAH INI KAU AKAN HIDUP MENDERITA! BAHKAN DUNIA MENOLAK KEHADIRANMU DAN ANAKMU!" bentak Zio.

"Yang ada kalian berdua lah yang akan menderita! Bukan kita!"

Mendengar itu membuat Zio tertawa sinis, pandangannya beralih kepada Zeta. Adiknya itu menatap dirinya dengan pandangan sayu, ia tak tega melihatnya. Ia ingin berlari dan memeluk adiknya itu, tapi situasi ini kurang tepat. Ia harus bisa mengendalikan diri agar Zeta bisa selamat dari Ratna dan para bawahannya.

Sementara Zeta sendiri mencoba untuk mempertahankan kesadarannya. Ikatan yang ada di tangannya memang sudah lepas, tapi mereka menyayat tangannya hingga membuat banyak sekali darah yang keluar. Bahkan mereka semua memukuli tubuhnya hingga babak belur.

"Zio, pergi. Jangan korbankan nyawamu hanya untuk aku," ujar Zeta berharap Zio mendengar apa yang dirinya katakan.

"Sepertinya saya akan langsung membunuh kalian! Tak perlu memberikan jantungmu ke pria sekarat itu. Karena saya sudah mendapatkan semua harta kekayaan Lixston."

"Kalian memang benar-benar munafik! Bahkan saya sendiri tak peduli dengan hal itu, yang jelas kalian akan mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!" balas Zio.

"Pergi Zio, aku mohon," batin Zeta. Ia ingin pergi, tapi dirinya tak mempunyai tenaga.

***

Albi pun juga sudah sampai di tempat di mana Zeta disandera, ia turun dari mobil dan mendengar suara adu pukul. Lantas ia mendekat ke sumber suara, dan mendapati banyak sekali orang berpakaian hitam yang saling melawan. Juga banyak sekali orang tergeletak dengan darah mengalir dari beberapa anggota tubuh mereka.

"Lawan bawahan Lixston, kalian tak bodoh untuk tau mana bawahan Lixston dan mana bawahan Zio!" ujar Albi kepada bodyguardnya yang mengikutinya.

"Baik tuan." Bodyguard Albi berlari membantu bodyguard Zio, Albi sudah tau jika Zio berada di sini.

"Cakra, kau ikut dengan saya. Kita masuk ke dalam dan berpencar mencari keberadaan Zeta," ujar Albi.

"Itu ide yang bagus, selalu waspada karena jumlah orang yang ada di sini tak sedikit. Bisa saja banyak jebakan di sini yang tak kita ketahui," pesan Cakra.

Albi menganggukkan kepalanya sekilas. "Berikan tanda kepada saya jika terjadi sesuatu, saya akan menghubungimu jika sudah mendapatkan posisi Zeta. Begitu juga sebaliknya, kau mengerti?" tanyanya di akhir.

"Ya, aku pergi dulu," pamit Cakra lalu pergi dari sini.

Sebelum pergi Albi melihat senjata yang ia sembunyikan dari balik jasnya, ia membawa pistol kecil. Karena ia sudah tau malam ini dirinya akan berperang untuk melindungi Zeta, dan ia tak mempermasalahkan hal itu. Setelah semuanya siap, ia pun segera berlari masuk ke dalam bangunan itu.

Sesampainya di dalam, larinya semakin melambat. Karena di depan sana terdapat 4 orang berpakaian hitam, mereka semua berjalan ke arahnya. Reflek ia mundur satu langkah, sepertinya itu bodyguard Lixston terlihat dari lambang kecil di bajunya. Ia menyalakan alat yang masih terpasang di telinganya secara perlahan-lahan.

"Sepertinya banyak sekali yang ingin menyelamatkan Zeta, buktinya saja dia datang ke sini."

"Itu benar, jalang memang banyak laki-lakinya."

"Tutup mulutmu sialan!" bentak Albi menunjuk ke arah mereka semua.

"Memangnya kita salah apa? Apa yang kita bicarakan memang benar, dia itu jalang!"

"JANGAN MENGHINA ZETA JIKA KALIAN TAK INGIN MATI DI TANGAN SAYA!" bentak Albi lalu mengeluarkan pistolnya.

Dor

Dor

Dor

Dor

4 tembakan tanpa meleset membuat 4 orang itu terjatuh dengan darah keluar dari kepala, Albi tersenyum miring. Lebih tepatnya tersenyum penuh kemenangan, akhirnya mereka mati di tangannya. Ia meniup ujung pistolnya yang sudah mengambil 4 nyawa sekaligus dalam satu waktu. Ia pun berjalan melewati mereka.

Dari kejauhan ia melihat seorang yang diseret, ia mengedipkan matanya berkali-kali guna melihat siapa yang mereka seret. Ternyata itu Zeta, dan yang lebih mengejutkannya lagi Zeta dalam keadaan pingsan. Tanpa berlama-lama lagi ia berlari mengejar orang itu, yang membuatnya marah ialah Zeta yang diseret secara kasar.

Baby Twins From Billionaire [END]Where stories live. Discover now