bagian 62

251K 21.2K 5K
                                    

Tandai kalo masih ada typo.

Selamat membaca.
🦩

Gerimis tersapu cahaya mentari, menebar kehangatan dalam pelukan. Demikianlah cinta yang sederhana dan tanpa pamrih.

Aisyah Aqilah, aksara indah yang selalu setiap hari demi hari, menit tiap menit dan sampai detik ini, selalu begitu indah bagi seorang Ilham Syakir.

Entahlah, bagaimana lagi cara menjelaskan kesempurnaan istrinya, wanita, kekasih hatinya. Tidak bisa di jelaskan lagi dengan kata-kata, bagaimana rasa bersyukurnya seorang Gus Ilham memiliki istri seperti Aisyah.

Dari ambang pintu, Gus Ilham tak berhenti menatap Aisyah yang duduk di meja riasnya, sambil menatap dirinya lewat pantulan cermin.

"Sayang..." panggil Gus Ilham melangkah mendekat Aisyah.

"Iya, Aa?" ucap Aisyah canggung. Ya, ini adalah panggilan Aisyah untuk suaminya setelah Gus Ilham menasehatinya agar tidak memanggil dirinya Gus ketika di rumah.

"Masih sakit yah?" Tanya Gus Ilham yang diberi anggukan kepala oleh Aisyah.

"Kenapa enggak pakai hair dryer keringkan rambutnya?"

"hair dryer nya rusak, kemarin Aurora yang kasih jatuh."

"Yaudah, sini biar saya yang keringkan," gus Ilham menawarkan dirinya.

"Duduk sini, A'," suruh gadis itu. Aisyah menggeser sedikit tubuhnya agar suami bisa duduk di kursi riasnya. Untung lah kursi riasnya panjang sehingga muat untuk dua orang.

"Rambut Aa' juga basah, biar Aisyah keringin juga."

Gus Ilham mengambil satu handuk kecil untuk istrinya, agar mengeringkan rambutnya. Keduanya kompak saling membantu.

"Rambut kamu harum, wangi stroberi," ucap Gus Ilham.

"Yang di kamar mandi ini shampoo kamu?" Tanya Gus Ilham.

"Yang mana?" Tanya Aisyah.

"Warna pink, ada gambar bayi di luar nya?"

Aisyah menyengir. "Hehe, iya, punya Aisyah."

"Kirain tadi punya Aurora," balas Gus Ilham bercanda.

"Enggak yah! Punya Aurora ada di kamar mandi bawah!"

Gus Ilham tertawa pelan, setelah selesai mengeringkan rambut Istrinya, pria itu mengambil sisir, dan menyisir rambut Aisyah yang acak-acakan setelah di keringkan menggunakan handuk.

"Masyaallah cantiknya istriku," puji Gus Ilham di sela-sela menyisir rambut Aisyah.

"Makasih, Untuk yang semalam." ucap Gus Ilham mencium kening Aisyah.

"Sama-sama, makasih juga sudah jadikan Aisyah istri seutuhnya,"

"Memangnya, dulu enggak seutuhnya?" Tanya Gus Ilham bercanda.

"Ih! Gus Ilham, kan cuman istilah!"

"Iya sayang."

"Gus Ilham hebat, bisa tahan sampai empat bulan loh!

"Iya dong!"

"Aisyah mau bobo lagi Aa," ucap Aisyah kadang ia memang memanggil Aa kadang memanggil sebutan Gus.

"Nanti ya, setelah sholat subuh"

"Tapi Aisyah cape, sayang..." rengek Aisyah cemberut.

"Enggak boleh ya, harus sholat subuh dulu," ucap Gus Ilham mengusap kepala Aisyah.

Aisyah akhirnya mengganguk lesu, badannya benar-benar ingin tidur saja.

"Ayo ambil wudhu dulu, bisa jalan kan?"

GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang