bagian 09

229K 19.2K 167
                                    

Selamat membaca

Hari ini keluarga Gus Ilham, akan segera pulang ke pesantren, mereka juga memboyong Aisyah ikut pulang.

Kepulauan Aisyah ke pesantren cukup berat dari hari sebelumnya. Ia berpisah dari orang tuanya, tanggung jawab orang tuanya.dan semua berpindah kepada suaminya.

Seperti biasanya, Aisyah selalu menangis sebelum berangkat ke pesantren, tapi kali ini, ia sangat-sangat sedih.

"Sssttt, udah dong sayang nangisnya," bunda Lisa berucap menenangkan Aisyah.

"Ngga malu apa, tuh di lihatin mertua kami Sama suami kamu nangis terus. Sudah yah, diam anak Bunda nggak boleh nangis. Nanti cantik hilang lagi, mau Gus Ilham cari yang baru?" Ucap bunda Lisa.

"Huahh! bunda, Aisyah ngga mau pulang masih mau disini, hiks.." ucap Aisyah yang berada di pelukan bundanya.

"Nggak boleh gitu sayang, kamu sudah menjadi istri Ilham, ya jadi harus ikut dia. Kamu juga masih sekolah kan, jadi harus pulang ke pesantren."

Bunda Lisa melepas pelukannya, ia menghapus air mata di pipi Aisyah.

Cup! Lisa memberikan kecupan manis pada anaknya itu. Ia pun sama sedihnya dengan Aisyah, hanya saja Lisa tidak ingin anaknya semakin merengek ingin tinggal.

"Jangan menangis lagi, ayo coba senyum," pintah bunda Lisa mencubit pipi Aisyah.

Aisyah tak bisa tersenyum, ia tak kuasa menahan tangisannya semakin menjadi-jadi.

"Bunda.." Aisyah kembali memeluk tubuh Bundanya.

"Tuh, bi Ina sama kang Maman, pamitan sana."

Kemudian Aisyah beralih kepada para pembantu rumahnya, Bi Ina dan kang Maman. Aisyah tak henti menangis, ia memeluk erat tubuh bi Ina.

"Bi Ina, Aisyah pamit ya, jagain Papa sama Bunda Aisyah."

"Iya non Aisyah, baik-baik jadi istri penurut, ikutin kata suami, jangan lupa masakin makanan buat suami non Aisyah dengan resep rahasia saya, masing ingat kan, jangan lupa, nasinya yang masih panas, ehh jangan lupa kerupuk ditambah kecap bueehh enak pisan, trus– kang Mamat di samping bi Ina langsung menyenggol lengan bi ina, untuk menegurnya.

"Ngga perlu dijelaskan juga kali, nggak liat apa ini orang udah pada nunggu, situsnya malah pidato, lagian nggak perlu dijelaskan juga, toh non Aisyah masih muda, belum pikun," ujar kang Mamat.

Bi Ina menatap semua orang di sana, dan betul saja, semua menatapnya. "Hehe, maaf nyonya, tuan," ucap Bi Ina menyegir.

Aisyah tersenyum, kemudian Ia melangkah ke arah Papa nya.

"Papa nggak mau peluk, kalau kamu masih menangis." Ucap Adhes. Aisyah menghapus air matanya. Ia segera mendekap erat tubuh Aisyah.

"Sekarang tanggung jawab papa sudah berpindah ke suami kamu, jadi kamu nurut ke suami, jangan melawan, ingat ajaran bunda kamu, jangan buat bunda kamu merasa didikan nya salah, jadi istri yang yang baik. Jangan suka melawan, ingat itu." Nasehat papa adhes sambil mencubit hidung Aisyah.

"Papa," Gus Ilham mencium tangan papa Adhes. Lalu berganti ke bunda Lisa.

"Bunda."

GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang