48. Whenever They Fight

Start from the beginning
                                    

"Apa yang kau tertawakan ?"

Pria itu menegurnya dengan mata cemberut sambil menggaruk rambut hitamnya setelah bangun. Layla tidak tau bagaimana harus bereaksi, jadi dia menarik diri untuk mundur selangkah.

"A-apa aku.. membangunkanmu ?"

"Ya.. kau tertawa jadi aku terbangun"

Elio mengerutkan kening dan mengeluh, tampaknya dia terganggu dengan suara yang lebih halus dari pada suara benturan. Layla tergagap, bingung dengan respon tubuhnya.

"Ma-maafkan aku. Aku tidak bermaksud"

"Tidak apa-apa. Apa kau sudah selesai beristirahat ?"

"Sudah.. aku baru saja kembali"

"Kalau begitu mari kita kembali bekerja"

Layla memperhatikannya bangkit dan duduk di meja rekaman sambil menguap. Elio mulai memainkan beberapa ketukan sementara Layla berdiri di sana dengan heran. Elio memutar kursinya dan bertanya.

"Apakah lirikmu sudah selesai ?"

Layla buru-buru menyembunyikan lembaran dan buku tebal yang sejak tadi dia pegang ke belakang punggungnya. Elio yang melihatnya menaikkan satu alis.

"Kenapa ?"

"Ti-tidak ada"

"Apa itu liriknya ? Boleh aku melihat ?"

Layla membuang pandangannya. Dia masih mematung disana dengan tangan mengeras. Melihat tingkah aneh Layla Elio bangkit dan menyambar kertas di belakang punggungnya. Elio mengabaikan usaha Layla untuk meraih kembali kertasnya dan dengan gesit menahan tangan gadis itu lalu mengamati tulisannya yang pendek.

"Ini belum selesai ?"

"Berikan..!"

Layla menarik bajunya dan mengambil lembaran di ujung jari Elio. Dia menjauh duduk di kursi sambil memeluk kertas dan buku itu. Layla dengan putus asa menahan rasa malunya sambil memelototi Elio yang duduk di depannya. 

"Jangan mengambil barang orang lain tanpa izin"

"Hei, kau bisa minta aku untuk membantumu bukan ? Kau tidak dengar perkataanku waktu itu ?"

"Aku tidak butuh bantuanmu, aku bisa melakukannya"

Elio menyeringai. "Kau yakin ?"

"Yaa!"

"Cih.. Kau kira sudah berapa kali aku mendapatimu pergi keperpustakaan dan membaca disana ?"

Layla tersentak dengan wajah memerah. Dia mati-matian membela dirinya sendiri saat menjawabnya.

"Kau.. ka-kau selalu tidak puas dengan tulisanku. Jadi aku harus bolak balik pergi kesana mencari inspirasi"

"Dengan membaca buku ? Pantas saja penulisanmu penuh dengan hal-hal klise, itu yang membuat lagumu tidak menonjol"

"Kau meledekku ?"

"Itu kenyataannya"

Celaan itu membuat wajah Layla terbakar. Dia menyusutkan bahunya karena tidak bisa menjawabnya lagi dan bertanya-tanya kenapa Elio harus sekeras itu membentaknya. Begitu Layla perlahan menundukkan kepalanya Elio menghela napasnya.

"Aku tidak akan meledekmu dan aku juga tidak menganggap memperbaiki ulang lirik itu adalah salah. Aku hanya ingin memastikan lagumu kali ini bisa menarik perhatian banyak orang"

"Ngh.. i-itu.."

"Baiklah kalau begitu ikut denganku"

Layla terhuyung-huyung saat Elio menarik tangannya. Setelah dia mengambil jaketnya mereka turun ke lantai bawah menuju basement. Di tengah parkiran Layla menahan langkahnya dengan takut.

Yes, you can hold my hand | JUNGKOOK Vers. [End + Revisi]Where stories live. Discover now