Meeting

1K 116 1
                                    

Seokjin sedang bersenandung riang di dapur kala ponselnya di dalam saku bergetar.

"Ah, maaf. Bisa tolong lanjutkan ini? Aku akan mengangkat telepon sebentar." Ucapnya begitu sopan pada seorang pelayan, yang tentu saja di kerjakan dengan senang hati oleh yang diminta.

Seokjin berjalan menjauh dari dapur, lewat pintu belakang dia menuju ke halaman belakang kediaman Kim.

"Ya? Siapa ini?" Tanyanya pada si pemanggil yang nomor nya tidak di ketahui.

"Benar ini Han Seokjin?"

Oh? Seokjin kenal suara ini.

"Jimin?" Tanyanya sedikit meragu.

"Eoh, ini aku."

Seokjin terdiam sebentar sebelum kembali bersuara, belum apa-apa pikirannya sudah penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membawa Jimin menghubunginya. "Jimin, ada apa menelepon?" Tanyanya berusaha tak terdengar gugup.

"Ah, maaf sebelumnya karena tiba-tiba. Tapi, bisakah kita bertemu? Ada yang ingin ku bicarakan dengan mu." Pinta suara lembut itu sopan.

Seokjin semakin gelisah, ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan Namjoon? Apa Seokjin siap menerima segala sesuatu yang akan di katakan pria mungil itu?

"T-tentu. Kau mau bertemu kapan?"

"Siang ini, bisa?"

Siang? Tapi Namjoon bilang akan pulang kerumah siang ini. "Maaf, Jimin, apa bisa setelah jam makan siang saja?" Tawarnya.

"Oh, begitu? Apa kau sudah ada janji?"

"Eung.. Itu.. Namjoon bilang akan pulang untuk makan siang, jadi... Sepertinya akan tidak sopan jika aku... Meninggalkannya." Seokjin sungguh tak yakin membicarakan itu pada Jimin, tapi dia harus bagaimana?

Untuk beberapa saat Seokjin tak mendengar jawaban dari seberang sana, entah mengapa Seokjin bisa memahami perasaan Jimin yang mungkin sedang tidak baik-baik saja.

"Jimin?" Panggil Seokjin dengan jantung yang sama berdebarnya dengan milik Jimin. Debaran tak nyaman.

"Ah, ya. Maaf. Kalau begitu kabari aku begitu kau siap. Aku akan mengirimkan lokasinya padamu. Oke?"

"Baiklah."

"Kalau begitu, sampai bertemu, Seokjin."

"Ya, sampai bertemu."

Tut.. Tut.. Tut

Sambungan telah di putus, Seokjin memeluk ponselnya erat, kenapa perasaannya terasa begitu gelisah? Dia harus bersikap bagaimana di depan Jimin nanti?

Seperti yang dikatakan Namjoon di pesan singkat pagi tadi, kini pria itu sudah berada di rumah untuk makan siang. Seokjin menyambut nya dengan baik, jantungnya terus memacu degup luar biasa tiap manik mereka bersitatap.

"Apa kamu yang memasak ini?" Tanya Namjoon ditengah acara makan siang mereka.

"Aku hanya membantu, selebihnya adalah kerja keras para pelayan." Jawab Seokjin.

"Ini enak, tapi aku ingin kamu yang memasak lagi, seperti kemarin. Apa bisa?"

"Oh? K-kalau begitu akan aku masak untuk mu nanti malam. Kamu mau?"

"Ah, sayang sekali. Aku ada acara makan malam dengan klien nanti. Jadi sepertinya tidak bisa pulang tepat waktu. Tidak perlu buru-buru, lakukan jika kamu punya waktu saja."

Seokjin mengangguk, pria itu tersenyum malu-malu. Permintaan Namjoon itu sama saja pujian kepada masakannya secara tidak langsung, bukan? Jadi... Apa Namjoon menyukai masakan Seokjin?

Nikah Siri [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang