Hit

1.2K 123 29
                                    

Jimin banyak diam setelah kepulangannya dari rumah sakit, semua percakapannya dengan Jungkook berputar di kepala, mengganggu pikiran.

Dimulai dari pertanyaan konyol sang dokter mengenai kapan hubungan intim yang Jimin lakukan terakhir kali, pembuahan yang di lakukan oleh pasangan sex, dan sebagainya yang membuat Jimin skeptis pada adiknya sendiri. Meski sempat keberatan menjawab sebab merasa tak ada sangkut paut dengan apa yang tengah di rasakannya. Nyatanya, itu hanya karena dirinya yang tak peka, kurang mengerti, dan tak berpikir jauh sampai sana.

"Usia kandungan mu empat minggu, tuan. Itu sebab nya aku menggunakan alat ini untuk memeriksanya (*dikenal sebagai USG Transvaginal), untuk memastikan. Karena di usia kandungan semuda ini, janin belum terlihat jelas jika dilakukan USG biasa." Dokter yang Jimin tahu bernama Jennie itu menjelaskan dengan tenang, tidak tahu seberapa kacaunya hati dan pikiran sang pasien.

Mendengar hal itu, Jungkook menoleh pada sang kakak, mendapati pria itu bahkan tak merespon meski hanya dengan kedipan mata. Dia tahu Jimin tengah shock, begitupun dirinya.

Jungkook tak ingin menghakimi Jimin, dia pun belum berani bertanya siapa pria yang akan bertanggung jawab untuk hal ini namun yang ada di pikirannya saat itu hanyalah nama kekasih kakaknya, Kim Namjoon. Setelah mengucapkan terimakasih pada sang dokter kandungan yang telah menjabarkan panjang lebar mengenai kehamilan muda, serta memberikan resep vitamin untuk Jimin, Jungkook membawa kakaknya itu kembali keruangan nya.

Jimin masih diam, tapi Jungkook harus segera bicara pada pria itu. "Hyung?"

"Eoh?"

"Tolong dengarkan aku baik-baik."

Jimin perlahan membawa tatapannya bertemu dengan mata bulat sang adik yang menatapnya prihatin.

"Aku tak tahu apa kau mendengar semua yang dikatakan dokter Jennie tadi atau tidak, tapi yang jelas, gejala yang kau alami pagi ini akan terus berlanjut, minimal sampai usia kandungan mu 3 bulan."

Jimin tak merespon, matanya menatap kosong si dokter muda, Jungkook menghela nafasnya sebelum kembali bicara.

"Aku akan menebuskan vitamin untukmu dan mengantarnya ke apartemen mu malam ini. Sekarang lebih baik kau pulang dan istirahat, kau belum makan kan? Mau ku temani makan dulu di kantin?"

Jimin masih diam, begitupun Jungkook. Hening sesaat sebelum Jimin memutus tatapannya pada yang lebih muda.

"Tidak, tidak perlu. Aku.. Aku akan beli di perjalanan pulang saja. Terimakasih, Kookie. Kalau begitu aku pulang dulu."

Jimin bangkit dari kursi, berniat pergi sebelum tangannya di tarik oleh Jungkook. Dan selanjutnya Jimin bisa merasakan hangat tubuh pria itu melingkupinya, mata Jimin panas sekali, dia ingin menangis.

"Jangan lakukan apapun yang sekarang berada dalam pikiranmu, hyung. Jangan lakukan apapun yang akan membahayakan mu dan anak itu." Ucap Jungkook sungguh-sungguh.

"Hiks.."

Usapan di punggungnya membuat Jimin terisak semakin kencang dan tak ragu lagi menumpahkan kekacauan yang sejak tadi di tahan, menyesakkan dada.

"Hiks, Kookie.. Hyung harus bagaimana, hiks.."

"Sshh, tenang, ne. Sekarang jangan pikirkan apa-apa dulu, kita akan memikirkannya nanti. Malam ini aku akan menemani mu."

Jimin hanya mampu menangis dalam pelukan erat Jungkook.

💍💍💍

Nikah Siri [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang