Lunch

1K 115 7
                                    

Disepanjang perjalanan pulang menuju kediaman Kim, tiga orang pria dewasa di dalam mobil itu tak ada yang berusaha bersuara sepatah katapun. Namjoon dan Seokjin asik memandang keluar jendela dari sisi kursi mereka masing-masing, sementara Jaehwan sibuk dengan kemudinya.

Perjalanan terasa begitu panjang sebab diselimuti keheningan, hingga pada sesampainya mereka di pekarangan kediaman Kim, ketiga orang yang terbelenggu canggung itu bak di terpa angin segar, melancarkan kembali pernafasan yang sempat terasa begitu berat.

Jaehwan memarkir mobil dan segera turun dari kendaraan itu untuk membukakan pintu bagi kedua tuannya. Di dahului oleh Namjoon, Seokjin berjalan dibelakang nya masuk kedalam rumah yang kemarin ditinggalkannya.

"Istirahatlah, aku akan kembali ke kantor." Ucap pria yang masih mengenakan setelan rapih itu saat menginjak ruang tengah.

"Namjoon?" Panggilan Seokjin menghentikan pergerakannya.

"Ya?"

"Terimakasih."

Namjoon mengernyit, "untuk apa?"

"Menjemput ku pulang, dan memberikan ku waktu untuk menyelesaikan masakan ku. Dan kurasa... Aku belum meminta maaf dengan benar padamu soal kemarin. Aku benar-benar minta maaf. Maafkan aku karena pergi tanpa memberikan kabar padamu." Seokjin menunduk singkat sebagai permintaan maafnya yang tulus.

Namjoon bergeming, dirinya tidak tahu apakah dia pantas menerima permintaan maaf dan ucapan terimakasih di saat seharusnya dialah yang memohon hal itu pada Seokjin.

Seokjin sudah akan berlalu karena Namjoon tak kunjung mengatakan apapun. Namun, tiba-tiba pria itu menahannya. "Tunggu. Aku.. Aku-" Namjoon terlihat ragu, namun Seokjin menunggunya dengan sabar.

Pria berparas cantik itu menatapnya lamat pada pria yang terlihat begitu kikuk di depannya, penuh tanda tanya, namun tak sedikitpun tatapan itu terasa menghakimi bagi Namjoon. Ye Ji benar, pria seperti Seokjin ini tidak akan bisa melindungi dirinya sendiri dari orang-orang licik seperti keluarganya.

Seperti dirinya.

"Maafkan aku untuk kemarin, dan... Terimakasih karena sudah mau ikut pulang bersama ku." Akhirnya si jangkung mampu menyelesaikan kalimatnya. Dia berusaha terdengar tulus, agar Seokjin bisa merasakan kesungguhannya barusan. Dan, siapa sangka Seokjin kini tersenyum begitu lembut padanya?

Untuk apa senyuman itu? Kenapa dia tersenyum seindah itu?

Usapan lembut tangan Seokjin di wajah Namjoon membuat pria itu terpaku. "Tidak apa-apa." Jawab Seokjin yang kemudian menarik kembali tangannya perlahan, seakan tak pernah melakukan apapun seperti yang barusan. Sedang Namjoon di tempatnya merasa di obrak-abrik di dalam hati sana.

Apa yang terjadi pada Namjoon?

Kenapa jantungnya berdebar secepat ini?

Apa dia sakit?

Apa Seokjin baru saja memantrainya?

Ini terasa sangat aneh, mengerikan. Karena Namjoon jadi tak paham dengan diri dan rasanya sendiri.

"Apa kamu mau makan sebelum kembali ke kantor? Aku bisa memasakkan sesuatu untukmu. Kamu belum makan siang, kan?" Tanya Seokjin benar-benar tak tahu bahwa tindakannya barusan tengah mengacaukan fungsi kerja otak seorang Kim Namjoon.

Namjoon ingin sekali menggeleng dan menolak, hatinya terlalu kacau untuk terus berada di dekat suaminya itu. Tapi dengan sialnya tubuhnya malah bereaksi lain, kepalanya yang mendadak terasa kosong itu mengangguk linglung seperti orang bodoh.

💍💍💍

Ding dong...

Jimin baru saja selesai membereskan bekas makan siangnya saat apartemennya kedatangan tamu. Tamu yang sudah tak bisa lagi di tolaknya, karena entah mengapa setiap melihat orang itu Jimin bisa merasa begitu bahagia, meski tak sudi memperlihatkan nya.

Nikah Siri [Namjin]Where stories live. Discover now