Disaster?

1.1K 114 13
                                    

"Howeeeekkkk!!"

Jimin terus merutuki dirinya yang tiba-tiba saja merasa mual luar biasa sejak pertama membuka mata. Seingatnya, semalam dia tidak habis mabuk, dan juga tidak salah makan. Dia bahkan belum sempat mengkonsumsi apa-apa pagi ini.

"Ah, sial! Aku kenapa sih?!" Kesalnya.

Jimin berdecak frustasi, duduk melungsur di depan closet, memegangi kepalanya yang mendadak pening. Pria itu masih berusaha mengingat-ingat, apakah dia salah makan atau minum sesuatu kemarin? Apa dia keracunan? Alergi?

Diingat berapa kali pun, hasilnya hanya kembali membuat Jimin frustasi. Karena pada kenyataanya, memang tidak ada yang salah.

Jimin bangkit dengan lesu, menekan flush pada closet saat dirasa mual nya mulai mereda. Pria mungil itu keluar dari kamar mandi dan mencari ponselnya, mendial seseorang. Butuh beberapa saat sebelum panggilannya di terima.

"Halo, Kook? Kau di rumah sakit?"

"Eoh, aku ke sana ya?"

"Hanya merasa sedikit tak enak badan. Aku mual-mual pagi ini."

"Ne, aku siap-siap dulu."

"Ah! Jangan membahasnya. Aku ke sana sendiri."

Jimin merotasi mata saat mendengar ocehan pria diseberang sambungan. Memutus panggilan sepihak kala sosok di sana tak berniat berhenti mengoceh.

"Dasar bawel." Omelnya pada layar ponsel yang telah padam.

Dengan cepat pria mungil itu bersiap-siap, memakai coat dan membawa tas selempang nya yang berisi beberapa barang penting. Saat melihat botol parfum di depan meja rias, Jimin tak lupa menyemprotkan cairan pewangi ke seluruh tubuh yang bisa di jangkau, ritual wajib dan praktis saat dirinya ingin pergi tapi malas mandi.

Namun, sesaat setelah dia menyemprotkan parfum itu, rasa mual hebat kembali menyerang naik dari perut ke ulu hati.

"Ah, sial!" Umpatnya seraya bergegas berlari kembali ke kamar mandi.

💍💍💍

"Oh, itu dia. Jimin hyung!" Seorang pemuda bermata bulat melambai riang pada Jimin.

Jimin balas melambai dan bergegas menghampiri.

"Oh? Kau terlihat lebih kacau dari yang ku kira. Apa kau benar-benar sakit?" Komen pria itu saat Jimin sudah berada di depannya, wajah Jimin memang terlihat lebih pucat.

"Kau pikir aku bercanda?" Protes Jimin.

Park Jungkook, si pria bermata bulat itu malah terkekeh gemas melihat sang kakak mengomel.

"Cepat periksa aku, aku tidak ingin mati." Ucap Jimin asal dengan sisa tenaga.

"Haish, dasar. Kau tidak mungkin mati sebelum bertemu jodoh mu, ㅋㅋㅋ. Memangnya kau mau jadi hantu lajang?" Ledek Jungkook yang kembali terkekeh.

"Haish! Kau ini." Tangan yang lebih tua terangkat, mengancam untuk memukul main-main. Namun hal itu malah membuat Jungkook semakin terbahak.

Keduanya berjalan beriringan ke ruang praktik Jungkook, pria itu adalah seorang dokter. Dia adik Jimin, satu ayah namun beda ibu. Jungkook masih tinggal bersama kedua orang tuanya, sedang Jimin memilih memisahkan diri.

Bukan dia tak menyukai kehadiran ibu Jungkook dan Jungkook sendiri, hanya saja, sudah sangat lain rasanya berada di tengah-tengah mereka. Meski pada kenyataannya, ibu Jungkook menyayangi Jimin sama besar seperti dia menyayangi anak kandungnya.

Ibu kandung Jimin meninggal saat Jimin masih sangat kecil, jadi dia memaklumi sang ayah untuk mencari pendamping baru. Hubungan mereka baik-baik saja, hanya memang Jimin yang lebih ingin bebas dengan hidupnya. Toh ayahnya tak lagi sendiri. Ah, adik Jimin bukan hanya Jungkook, ada si bungsu yang sama rewelnya dengan Jungkook, namanya Park Jungwoon, pemuda itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Nikah Siri [Namjin]Where stories live. Discover now