45

51.4K 5.8K 548
                                    

"Ayah, kenapa ayah bisa ada di sana?" tanya Kiara.

"Feeling seorang ayah nggak mungkin salah Ra," ujar Marcus.

"Feeling?" ulang Kiara bingung.

"Kita ini keluarga dan ikatan kita erat sayang," jelas Marcus.

"Secepat itu?" gumam Kiara. Bukannya ia dua kali ketemu dengan Ayahnya, apakah ikatan tersebut langsung terjalin? Jawaban Marcus  entah kenapa terlihat aneh di pandangan Kiara. Namun, gadis itu buru-buru menghalau pikiran buruk terhadap ayahnya.

"Ayah bakal bawa kamu pergi dari keluarga Hensel, ayah nggak mau liat kamu sedih lagi," tutur Marcus. Ia marah saat melihat putrinya menangis di hadapannya, di tambah ia melihat kaki Kiara yang berdarah. Apa yang telah keluarga Hensel itu lakukan pada putrinya?

"Kita ke dokter ya," tawar Marcus.

Kiara menggeleng, "Ayah, kita langsung pulang aja," pinta Kiara. Jika ia berlama berada di luar, maka Davin akan cepat menemukannya, ia tidak mau kembali padanya.

Akhirnya Marcus menuruti kemauan Kiara. "Jangan takut, Davin nggak bakal bisa nemuin kamu lagi," jelas Marcus yang tahu dengan wajah ketakutan Kiara.

Kiara mengangguk pelan, ia juga harap begitu.

Berjam-jam lamanya akhirnya mobil Marcus berhenti di depan sebuah mansion besar, besarnya tidak kalah dengan milik keluarga Hensel.

"Udah sampai?" tanya Kiara memastikan.

Marcus mengangguk, lalu ia turun terlebih dahulu. Pria itu membukakan pintu untuk putrinya, lalu membungkuk dengan membelakangi Kiara.

"Ayah bukan Ibu kamu yang ngasih pelukan hangat buat kamu, tapi Ayah tulang punggung kamu, yang siap nerima penderitaan kamu," ucap Marcus.

"Sini naik ke punggung Ayah, ayah tahu kaki kamu luka," titahnya.

Kiara tersenyum lebar, lalu gadis itu langsung naik ke atas punggung Marcus dengan mengalungkan tangannya di leher pria itu. "Coba aja Ibu masih hidup," lirih Kiara.

Marcus hanya tersenyum tipis saat mendengar gumaman putrinya.

****

Kejadian sebelumnya...

"Huh dingin banget sih," keluh Elisa saat merasakan suhu tubuhnya yang terasa dingin padahal ia sudah mematikan AC. Tadi ia kepanasan, jadi ia mandi. Namun, sekarang ia malah kedinginan.

"Mana tubuh gue bau Kiara lagi," kesal Elisa karena ia salah menggunakan sabun tadi dan malah memakai milik Kiara.

"Nih baju gue kenapa pendek semua?" Elisa memilih baju di lemarinya. "Apa gue pakek bajunya Kiara aja ya, lagian cuman buat tidur. Tuh pembantu nggak bakal liat juga," akhirnya Elisa mengganti bajunya dengan milik Kiara yang lebih panjang.

Sedangkan di lain sisi terlihat Davin yang masuk ke dalam mansion dengan keadaan mabuk berat. "Akh sial, gue terlalu banyak minum," rutuknya saat pandangannya mengabur, di tambah kepalanya yang sangat terasa pusing.

Davin tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar, meski ia harus berjalan sempoyongan.

Saat hampir sampai di kamarnya, tiba-tiba kamar di sampingnya terbuka.

"Lho Davin. Kamu kenapa?" tanyanya.

Pandangan Davin yang mengabur membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas wajah dari perempuan tersebut. Namun, dari pakaiannya Davin bisa menyimpulkan kalau itu Kiara.

"Kiara?"

Elisa langsung tersenyum miring saat mendengar panggilan dari Davin, sepertinya ia harus memanfaatkan keadaan ini. Ia tahu Davin sudah tidak memerlukannya lagi, maka ia harus melakukan cara ini agar tetap bertahan bersamanya.

Davin's Obsession  Where stories live. Discover now