Saat itulah sel-sel dalam kepala Adam mengerlingkan atensi kepada bayang-bayang perjalanan ilmu pengetahuan yang akan menemaninya dalam beberapa bulan atau bahkan tahun ke depan. Memang fakta yang baru saja didengarnya adalah hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya, tapi hal semacam ini tampaknya lebih menarik untuk Adam geluti. Terlebih dengan beberapa tantangan yang menurutnya jelmaan bumbu dapur untuk menunjukkan kualitas cita rasa sebuah hidangan, dia tak bisa lebih bersemangat dari saat ini.
"Alan Turing," ucap Menzies seketika. "Ketua divisimu. Salah satu pria genius di Inggris. Lulusan dari King's College, Cambridge." Perkenalan melalui Menzies itu tak membuat Adam memalingkan wajah dari si pemimpin divisi yang akan menggeluti seratus lima puluh sembilan triliun kemungkinan setiap hari untuk dipecahkan dalam waktu kurang dari delapan belas jam. Terutama, ialah yang akan memimpin pekerjaan tak manusiawi yang menentukan hidup dan mati orang lain.
Kata memang tak lagi terlontar ketika mesin Enigma menatap kelima pria itu bertukar atensi dalam kebisuan. Sebab tik dalam waktu tak boleh disia-siakan, Denniston yang baru saja mengecek arlojinya segera berkata, "Baiklah. Kurasa Pengantar Enigma sudah cukup dan ini saatnya kalian bergabung dalam permainan Jerman yang menurut Tuan Adam Wistletone mampu menangkan."
Sindiran itu melontarkan kekehan Menzies untuk sesaat. "Kau akan bekerja di Hut 8 bersama Alan Turing dan Harry Golombek. Kuharap kalian bisa bekerja bersama untuk memecahkan seratus lima puluh sembilan triliun kemungkinan," ucap Menzies yang kini bangkit dan bertatapan dengan Adam.
"Nyawa banyak orang ada dalam setiap enkripsi Enigma. Itu menjadikan tanggung jawab kalian lebih besar daripada para tentara yang bergulat di luar sana." Tepat setelah ucapan itu, keduanya pergi meninggalkan Adam yang perlahan menatap kedua rekan kerjanya.
Mereka terjebak dalam perkenalan secara langsung untuk sesaat sebelum Adam berkata, "Seratus lima puluh sembilan triliun kemungkinan harus dipecahkan oleh tiga pria saja?"
Kekehan Alan lontarkan saat itu juga. "Jangan merasa tertekan, Adam. Kami memiliki rencana brilian untuk mengurangi beban seratus lima puluh sembilan triliun itu dan pria lainnya akan berdatangan setelah ini, percayalah."
Alan dan rekannya, Harry, hampir pergi bersama si mesin Enigma saat itu juga, tetapi Adam segera bertanya, "Dan rencana brilian? Rencana semacam apa itu?"
Kedua pria itu saling bertukar tatap sebelum kekehan lainnya menggema di ruangan. "Jika Jerman menciptakan mesin sebagai seorang pemain, maka kita harus menciptakan mesin pula untuk melawannya. Oleh karena itu, kita akan menciptakan pemain yang lebih pintar daripada Enigma," jelas Alan dengan mesin Enigma di tangannya.
"Apabila mesin itu siap dan kita memasukkan pesan ke dalamnya, Jerman harus memecahkan lebih dari seratus lima puluh sembilan triliun kemungkinan," tambah Harry Golombek yang menampakkan senyuman terbaiknya seolah puas dengan rencananya.
Namun, Adam tak menampakkan senyuman yang biasanya sukar ditanggalkan. Ia justru menampakkan tanda tanya di wajah. "Jadi, rencana brilian itu bermaksud mengirim ulang pesan ke Jerman untuk dipecahkan melalui mesin ciptaan kalian?"
Keduanya menggeleng serentak. "Itu hanya gurauan. Kami menciptakan mesin untuk mendeskripsikan Enigma, itu saja," jawab Harry membenarkan. "Sebuah mesin yang mampu melawan seratus lima puluh sembilan triliun kemungkinan agar kita mengetahui pengaturan pada mesin Enigma."
YOU ARE READING
The Theory of Metanoia
Historical FictionAdam Wistletone memiliki segalanya. Namun, ada satu kecacatan yang tak bisa diperbaiki seorang pun termasuk dirinya sendiri kecuali melalui Richard Wistletone. Highest Rankings # Reading List AmbassadorsID bulan Februari 2023 #1 wisdom / 24.8.2022...
─ ix: "THE UNFATHOMABLE DESTINY CARVED IN ENCRYPTION"
Start from the beginning
