"Katakan, apa yang kau ketahui tentang Enigma, Tuan Wistletone?" Tuntutan itu menarik kembali perhatiannya. "Seharusnya aku bertanya-tanya soal sumber pengetahuanmu tentang Enigma, tetapi itu tak lebih menarik dari apa yang kau ketahui tentang mainanmu nantinya."
"Enigma," Adam mengembuskan napasnya sekilas selagi sepasang mata menatap mainan yang dimaksud, "Jerman mengkodekan setiap pesan yang mereka kirim menggunakan mesin Enigma. Detail dari setiap serangan mendadak, dari setiap konvoi rahasia, dan setiap U-Boot di Atlantik dimasukkan ke dalam mesin itu untuk dipecahkan."
Stewart Menzies menarik perlahan kedua sudut bibirnya. Ketika perhatian Adam kembalikan padanya, Denniston mengangkat alis sementara Menzies mengangguk. "Aku heran bagaimana kau bisa mendapatkan pengetahuan itu sebelum tiba di Bletchley Park. Aku mulai curiga beberapa orang yang bekerja di sini membocorkan label pabrik radio sebagai penyamaran."
Ia menampakkan gidikan. "Tak kudapatkan itu dari orang Bletchley Park, Tuan Menzies. Entah bagaimana, itu kudapatkan dengan cara yang berbeda." Pria itu tertawa singkat dalam gelengannya sementara dua pria di samping Adam menampakkan senyuman yang tak mampu Adam terjemahkan.
Di sisi lain ruangan, Denniston mengganti tumpuan kakinya sebab kaki kanan mulai terasa kram. "WREN kami mencegat ribuan pesan radio setiap hari, tetapi bagi para wanita muda yang cantik dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris, mereka tidak masuk akal. Namun, jika kau memberi makan Enigma dengan pesan itu, mereka baru masuk akal."
"Kesimpulanmu untuk itu, Tuan Wistletone?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir lainnya mendorong leher Adam untuk terputar menatap sumber suara.
"Aku tahu ini semacam informasi jebakan. Yang jelas, apabila pesan itu dimasukkan ke dalam Enigma, kita tak bisa mendeskripsikan pesannya segera, bukan?"
Telunjuk Menzies terangkat bertepatan dengan tarikan sudut bibir si pemberi pertanyaan yang ditunjukkan. "Benar. Kau harus mengetahui pengaturan mesin itu terlebih dahulu. Ada tiga rotor dari satu set lima." Telunjuknya mengarah pada roda gigi yang tampaknya bisa digulir. Ketiganya berada di bagian atas mesin setelah letak huruf alfabet yang agak transparan.
"Masing-masing dari tiga pengaturan rotor memiliki dua puluh enam posisi." Tampaknya yang satu ini merujuk pada jumlah alfabet dalam setiap rotor. "Lalu plugboard dengan sepuluh pasang huruf yang terhubung." Terakhir, telunjuk itu terlambung pada lubang-lubang dengan huruf di atasnya. Mereka berada di sisi lain mesin Enigma di mana para kabel harus mengisi lubang huruf yang dimaksud.
"Itulah mengapa Enigma disebut tak terpecahkan." Kali ini Denniston yang melontarkan katanya sehingga perhatian seluruh pria ditujukan padanya. "Terlalu banyak kemungkinan untuk diselesaikan dalam sehari. Jika hari ini kau gagal memecahkan Enigma hingga tengah malam, besok kau harus mengulanginya dari nol."
"Dan kemungkinan itu?" Adam bertanya-tanya selagi tubuh dibungkukkan guna menatap lebih dekat si mesin penentu nyawa umat manusia. "Jutaan kemungkinan untuk memecahkan Enigma?" Ia menggeleng seketika. "Tidak! Triliunan." Suaranya mengecil di akhir kalimat.
"Seratus lima puluh sembilan triliun kemungkinan setiap hari," ucap seorang pria lainnya yang pastinya anggota tim pemecah kode.
Leher Adam terputar untuk menatapnya sebelum tubuh kembali ditegakkan. "Dan untuk memecahkan Enigma di antara seratus lima puluh sembilan triliun kemungkinan, kau hanya memiliki waktu delapan belas jam. Itu pun jika kau tak beristirahat."
YOU ARE READING
The Theory of Metanoia
Historical FictionAdam Wistletone memiliki segalanya. Namun, ada satu kecacatan yang tak bisa diperbaiki seorang pun termasuk dirinya sendiri kecuali melalui Richard Wistletone. Highest Rankings # Reading List AmbassadorsID bulan Februari 2023 #1 wisdom / 24.8.2022...
─ ix: "THE UNFATHOMABLE DESTINY CARVED IN ENCRYPTION"
Start from the beginning
