Menemukan Jejak Helena

396 8 2
                                    

Flashback

“Di puncak mana Helena camping? Apa diantara kalian ada yang tahu? Katakan!” teriak Susilo.

“Tidak, Yah. Kak Helena cuma bilang mau ke puncak,” jawab Emeli, adik kedua Helena.

“Apa ada dia menghubungi kalian semenjak pergi?!” tanya Susilo dengan suara lantang membuat kedua adik Helena ketakutan.

“Tidak pernah, Yah. Nomornya gak aktif,” jawab Deril, adik bungsu Helena dan satu-satunya anak laki-laki di keluarganya.

“Argh ... kenapa tidak ada yang peka dengan ketiadaan kakak kalian. Ayah sama Bunda keluar kota bukan berarti kalian bisa bebas semaunya. Berani sekali Helena membohongi Ayah dan Bunda,” ujar Susilo kemudian mengambil ponsel di kantong celananya.

Pria barusia 55 tahun itu segera menghubungi salah satu orangtua teman Helena, yaitu Leny. Ternyata mereka juga sedang mencari keberadaan sang anak, bahkan setelah menghubungi beberapa orangtua dari teman Helena. Susilo akhirnya menyimpulkan jika sang anak tidak ke puncak.

“Kalian tunggu di sini!” perintah Susilo kemudian melangkah dengan cepat menuju ke lantai dua kamar Helena.

“Dewi ... ikut saya! Harusnya kamu bisa mencegah putrimu untuk tidak ikut-ikutan dengan temannya” ujar Susilo memarahi istrinya seraya melangkah ke lantai dua.

“Aku sudah melarangnya, Mas. Tapi emang dasar anak gadis itu sudah terpengaruh dengan kehidupan bebas
teman-temannya,” bantah Dewi tak ingin disalahkan secara sepihak.

“Sudah! Berhenti berdebat denganku, kamu harusnya bisa membimbing anak perempuanmu,”ujar Susilo yang tak mau kalah, akhirnya terjadilah perdebatan-perdebatan hingga sampai di kamar sang putri.

Mereka menggeledah tempat tidur untuk mencari petunjuk, sesaat pandangan Dewi teralihkan pada sebuah kertas di atas meja rias. Wanita paruh baya tersebut segera mengambil dan membacanya dan sesuai dugaan jika Helena mendatangi pulau terlarang tersebut.

Dewi segera menghubungi nomor Peter, kekasih Helena. Namun, ternyata nomor yang dituju sedang tidak aktif, berulang kali dewi melakukan panggilan terhadap nomor tersebut dan hasilnya sama. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi orangtua Peter.

Setelah menghubungi kembali beberapa orangtua dari teman-tema Helena, akhirnya mereka berkumpul untuk mendiskusikan solusi untuk mencari anak-anak mereka, setelah menemukan solusi akhirnya Susilo segera menghubungi seseorang yang bisa diandalkan untuk mencari putrinya, seseorang itu adalah Leo. Tidak tinggal diam, orangua Peter dan yang lainnya juga ikut menyewa orang untuk membantu melakukan pencarian, lima anggota tim SAR juga ikut dilibatkan sehingga tim penyelamat berjumlah dua belas orang.

Tidak ingin menunda, Susilo menyewa speedboat berkapasitas 20 orang, hal itu ia lakukan agar tim penyelamat dapat membawa banyak alat yang bisa mereka gunakan untuk melakukan penyelamatan dan juga sabgai alat bertahan dari ancaman hewan buas saat berada di hutan.

Hermanto yang mengetahui kepergian Anak keduanya ke pulau tersebut membuatnya marah. Sudah berulang kali Hermanto mengingatkan putranya tersebut agar tidak nekat untuk mendatangi pulau yang sudah merenggut putra pertamanya. Namun, ternyata putra keduanya cukup keras kepala.

Hermanto mengetahui sedikit banyaknya tentang Pulau tersebut. Dahulu Septian juga dilarang keras oleh ayahnya untuk ikut andil dalam menyelidiki kasus yang ia tahu pasti takkan menemukan titik.

Hermanto tahu jika pulau tersebut dihuni oleh seekor ular, ular jelmaan yang diciptakan oleh kakek buyutnya—Mulyono—untuk menjaga harta di pulau tempat mereka bersembunyi setelah mengambil ratusan emas batang di bank emas di salah satu perusahaan pengelola emas batang setelah di produksi di salah satu perusahaan sebagai tambang emas.

Mulyono harus menjadikan istrinya tumbal untuk menciptakan siluman ular yang akan dijadikan sebagai penjaga harta tersebut. Dari garis mata Mulyono, ular tersebut akan mengenali siapapun keturunannya, termasuk Septian dan Stevan.

Setelah ular jelmaan itu mampu menjaga amanah, Mulyono memutuskan kembali pulang, dan sebelum ia meninggal, pria yang sudah sekarat itu mengatakan semua rahasianya kepada salah satu anaknya.

***

Beraneka ragam peralatan yang mereka siapkan, mulai dari kebutuhan makan sampai alat keselamatan selama berada di hutan. Sesaat sebelum mereka berangkat, Susilo datang membawa bahan peledak yang ia simpan di dalam tas. Selain itu, ia juga menyampaikan cara menggunakan bahan peledak tersebut agar tidak salah dalam mengoperasikannya.

“Aku percayakan padamu untuk membawa putriku pulang dengan selamat. Aku akan menambah bayaran dua kali lipat jika kau bisa membawa Helena pulang,” bisik Susilo seraya menepuk bahu Leo.

“Saya akan mengupayakan yang terbaik, Pak. Doakan saja agar kami dan juga putra-putri bapak kembali dengan selamat.”

Leo berucap dengan suara Lantang sehingga dapat didengar oleh semua orang yang ada di sana. Mereka semua sedang berkumpul di tepi pelabuhan untuk mengantarkan para tim melakukan misi kemanusiaan dan membawa kembali anak-anak mereka pulang dengan selamat.

Setelah melakukan persiapan selama dua hari, akhirnya dua belas orang tim penyelamat tersebut berangkat ke pulau terlarang. Para orangtua tidak ikut karena mereka tidak memiliki ilmu untuk bertahan di dalam hutan. Selain itu, mereka juga takut jika hanya menjadi beban bagi para tim penyelamat. Sehingga mereka hanya bisa memberikan bayaran yang tidak sedikit sehari sebelum keberangkatan.

Sebenarnya Hermanto ingin ikut ke pulau tersebut untuk mencari Stevan, selain itu ia juga ingin mengetahui seperti apa suasana di pulau yang sudah membawa kedua putranya ke sana. Entah daya tarik apa yang membuat kedua putranya begitu nekat ke sana padahal Hermanto tidak pernah menceritakan rahasia tentang harta di dalam pulau tersebut.

Pernah ada nelayan yang melihat ular raksasa itu berada di dalam lautan sekitar pulau tersebut dan setelah itu beredarlah cerita tentang ular raksasa di pulau itu. Namun, karena tidak ada bukti sehingga kisahnya hanya menjadi angin lalu dan menjadi sebuah cerita dongeng untuk anak-anak.

Bersambung...

The Giant Snake (END) Where stories live. Discover now