Pulau Terlarang

3.2K 46 9
                                    

10 tahun yang lalu.

“Lari ... lari! Ular ....”

Suara teriakan orang-orang yang ingin menempati kawasan pulau terlarang menggema di antara pepohonan sekitar satu kilometer dari bibir pantai, ular sepanjang tujuh meter dan diameter 15 sentimeter itu pun melilitkan tubuhnya pada dua orang yang sedang mencari kayu bakar di sekitar rumah yang telah mereka bangun seminggu yang lalu menggunakan pohon-pohon, berbekal mesin gergaji mini memudahkan aktifitas mereka.

Para nelayan yang berjumlah enam orang terbawa arus hingga ke pulau indah tersebut. Limpahan sumber daya di sana menarik perhatian mereka. Awalnya hanya ingin beristirahat dan memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan pada mesin.

Akan tetapi, setelah mesin kapal diperbaiki, mereka justru tertarik dengan pulau tersebut, sehingga mereka membangun rumah di sana untuk ditempati sementara waktu.

Baru saja sepuluh hari mendiami pulau tersebut, seekor ular besar mengacaukan segala rencana mereka. Salah satu diantaranya mengetahui jika puluhan tahun silam pulau tersebut merupakan tempat pelarian seorang keluarga kaya raya, ia membawa semua harta yang mereka punya dan menyembunyikannya di dalam gua, termasuk ratusan emas batang di dalam peti.

Cerita itu ia dengar dari kakeknya, dan suatu keberuntungan ketika kapal mereka terbawa arus dan tersesat di pulau. Awalnya ia tidak mengetahui jika pulau tersebut adalah pulau yang dimaksud oleh sang kakek, tetapi beberapa ciri-ciri dan juga tanda-tanda di Pulau itu sama dengan ciri-ciri yang diceritakan oleh kakeknya.

Namun, ia harus tewas dimakan oleh ular raksasa sebelum menemukan harta karun yang tersembunyi.

Dua orang temannya terus berlari mendekati bibir pantai, berencana untuk menaiki kapal dan meninggalkan pulau tersebut.

Namun, saat salah satu di antara mereka melewati pohon kelapa, tiba-tiba dua buah kepala muda terjatuh menimpanya.

Anton yang sejak awal berada di atas pohon kelapa untuk mengambil buah sebagai minuman untuk mereka justru tidak sengaja menjatuhkan buahnya saat Ucup melintas di bawah.

“Gila, kamu!” teriak Billy.

Ia semakin panik saat mengetahui Ucup telah tewas tertimpa kelapa dari ketinggian 25 meter. Kuatnya tekanan membuat kepalanya hancur, ada percikan darah mengenai pakaian Billy. Ucup terlihat seperti tidak memiliki kepala lagi, otaknya bahkan tercecer di rumput, dan darah terus mengalir dari luka di kepalanya.

Anton yang masih berada di atas pohon melihat dengan samar kondisi Ucup yang tertimpa kelapa, hal itu membuat kakinya lemas dan terjatuh dari atas.

Billy yang melihat Anton terjatuh tidak bisa melakukan apapun untuk menolongnya. Parang yang Anton gunakan untuk mengambil kelapa sudah menancap hingga menembus kepalanya.

“TIDAK!” Billy teriak histeris saat melihat Anton terjatuh dan mendarat dengan tragis di atas tanah. Kini, hanya dia seorang diri di pulau tersebut.

Kakinya lemas, ia berlutut di atas rumput, menutup wajah dengan kedua tangannya. Menyadari kesialan yang telah menimpa mereka di pulau itu. Billy menoleh ke belakang dengan harapan ular besar itu tidak mengejar.

Billy ingin mengubur jasad Anton dan Ucup, tetapi tidak ada alat untuk menggali tanah, sehingga ia hanya menutupnya dengan dedaunan.

Billy menenangkan diri terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berjalan menuju bibir pantai yang masih berjarak sekitar 600 meter, dengan langkah tertatih dan deraian air mata karena kehilangan teman seperjuangannya selama ini.

“Apa yang harus aku katakan pada keluarga kalian?” ucap Billy yang pasti hanya dia yang mendengarnya.

Pria berusia 40 tahun itu hanya bisa pasrah, ia juga tidak mungkin lagi bertahan di pulau seorang diri. Bisa saja ia menjadi santapan ular selanjutnya.

The Giant Snake (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang