Ancaman

88 2 1
                                    

“Tio ... Awas!”

Stevan berteriak saat melihat seekor buaya berukuran besar muncul dari dalam sungai dan dengan cepat menghampiri Tio yang sedang mencuci muka di tepinya.

Byuuur ....

Terlambat. Stevan yang berlari ke arah Tio untuk menariknya kalah cepat oleh penghuni sungai tersebut. Buaya besar itu lebih dulu menerjang tubuh Tio yang sedang berjongkok di tepi sungai.

“TIDAK!” teriak Helena tidak sanggup melihat temannya menjadi korban dari kekejaman hewan buas.,

Mereka masih menunggu di sana berharap Tio masih bisa melepaskan diri dan muncul di atas permukaan air. Namun, mereka harus berlapang dada ketika harus melihat darah segar yang muncul ke permukaan.

Leny menutup mulutnya tidak percaya,. Tidak ada harapan Tio akan muncul lagi setelah disusul kemunculan sesuatu yang diduga usus. Helena hampir muntah saat melihat benda tersebut.

Untuk menjaga mental, Peter dan yang lainnya memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Stevan bahkan menangis saat melihat kejadian tragis di depan matanya. Kini berkurang lagi satu anggota mereka.

“Aku udah gak sanggup lagi, setelah ini siapa lagi yang akan menjadi korban dari binatang buas selanjutnya? Aku merasa seperti mengirimkan nyawa ke pulau ini, mengirimkan nyawa kalian dan teman-teman yang lain,” ujar Leny kemudian menangis.

“Sudah, jangan nangis lagi. Saat ini  bukan waktunya untuk menyesali yang sudah terjadi. Pastikan kalian semua harus bisa menjaga diri. Jangan sampai ada korban lagi, kita sudah berusaha untuk saling menjaga agar tidak ada lagi korban berikutnya,” jawab Stevan menenangkan perasaan Leny.

Tidak ada yang bisa disalahkan, ini semua murni keinginan mereka untuk pergi ke pulau tersebut. Jika memang tidak ingin pergi seharusnya mereka bisa menolak ajakan Leny untuk ikut meski gadis tomboi itu memaksa. Lagi pula, Leny juga sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyewa speedboat yang mereka gunakan ke pulau tersebut.

Leny juga harus bertanggung jawab jika speedboat yang bersandar di bibir pantai itu jika hilang atau mungkin rusak.

“Sekarang kita ke mana?” tanya Leo.

“Sini! Biar aku yang di depan.” Peter mengambil alih, ia berjalan di depan dan disusul oleh Stevan, Leny, Helena, Leo, dan yang terakhir adalah Putra.

Mereka terus melewati pohon demi pohon. Menebas tanaman yang menghalangi jalan mereka dan sesekali mendengar suara binatang buas, jika hal itu terjadi, maka mereka akan berdiam diri dan mengedarkan pandangan, setelah merasa aman mereka akan kembali melanjutkan perjalanan.

Saat sedang memetik buah-buahan, tiba-tiba terdengar suara-suara binatang, hampir berbagai jenis suara hewan terdengar. Mulai dari suara burung, primata, harimau, dan bahkan gajah. Suara ini seperti mendadakan bahwa adanya ancaman.

Meski suara itu terdengar dari kejauhan tapi mereka harus segera mencari tempat untuk melindungi diri dari binatang buas yang mungkin saja sedang mencari mangsa, atau tidak sengaja bertemu mereka yang justru menjadi tertarik untuk menjadikan mereka mangsanya.

Mereka memilih bersembunyi dibalik pohon besar yang menjulang tinggi sambil menikmati buah-buahan yang mereka petik. Beberapa saat setelah menikmati buah sambil berbincang untuk mencari ide cara keluar dari gua membuat mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut karena merasa situasi aman.

Namun, betapa terkejutnya saat dari kejauhan mereka melihat sosok ular raksasa itu melintas, akhirnya mereka memilih berpindah ke balik pohon yang mereka tempati untuk bersembunyi, perlahan tapi pasti tanpa menimbulkan suara yang mencurigakan mereka akhirnya sampai di balik pohon besar tersebut.

“Aku bisa mati mendadak kalo begini terus,” keluh Helena, ketakutannya semakin menjadi-jadi kala membayangkan ular besar itu memangsa mereka, padahal masih banyak binatang buas lainnya yang bisa saja memangsa mereka.

Namun, ular besar itu lebih menakutkan dari apapun. Meski ditembak sekalipun, mungkin ular itu tidak akan merasakan kesakitan apa-apa karena tubuhnya yang besar.

“Huss ... gak boleh bilang gitu. Kita pasti akan berhasil keluar dari pulau ini, percayalah,” ujar Peter berusaha menenangkan sang kekasih.

Stevan mencoba menintip dari balik pohon besar untuk memastikan jika ular itu pergi. Namun, ia sangat terkejut ketika ular itu justru berjalan ke arah mereka.

“Lari! Ular itu berjalan ke arah kita,” ucap Stevan serayacmenggendong tas gunung miliknya dan disusul oleh yang lain.

Mereka sekuat tenaga berlari meninggalkan tempat itu, sesekali melihat ke belakang untuk memastikan apakah ular itu mengikuti mereka atau tidak. Mereka terus berlari sampai tidak merasakan perasaan lelah stelah berlari sejauh 2 kilo meter tanpa berhenti. Perasaan takut mengalahkan perasaan lelah sehingga nyawa menjadi prioritas pertama daripada harus beristirahat untuk sekedar mengaur napas atau melepas dahaga.

Mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat di atas akar pohon yang mencuat dari dalam tanah. Mereka mulai mengatur napas dan melepas dahaga, bahkan Stevan melepas jaket miliknya karena merasa panas setelah berlari.

“Ya ampun, napasku rasanya mau putus. Jauh banget kita larinya.” Leny berujar seraya mengatur napasnya yang masih memburu.

“Kayaknya hampir dua kilo kita lari,” timpal Helena yang masih sibuk mengatur napasnya.

“Rekor sih ini, biasanya juga baru 500 meter udah ngos-ngosan,” ledek Peter.

“Ya itu sih kamu, makanya jangan ngerokok terus.” Helena menimpali ucapan Peter.

“Setelah keluar dari sini mungkin aku berenti merokok. Bayangin aja, udah tiga hari aku gak ngerokok, gak enak sebenernya tapi mau gimana lagi, gak ada rokok.” Stevan juga ikut menimpali obrolan mereka.

“Sial ....”

Leo terkejut saat menyadari di depan sana sejauh 50 meter terdapat seekor harimau tengah mengintai mereka.

“Ada apa?” tanya Stevan.
“Di depan ada harimau. Jangan melakukan pergerakan yang mencurigakan,” ujar Leo membuat mereka hanya diam tak berani untuk bergerak, beruntung mereka tertutup beberapa daun yang cukup lebar.

Merasa tak ada apa-apa di depannya, harimau itupun berlalu, membuat Leo bernapas lega. Namun, mereka tetap tidak berani melakukan pergerakan yang tiba-tiba karena bisa saja harimau itu masih ada di sekitar mereka.

Bersambung...

The Giant Snake (END) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin