40. Cobaan untuk pewangi.

Start from the beginning
                                    

" daddy makan apa campe jali daddy becal gini?" Tanya Stella heran.

" Makan sayur." Jawab Gio asal.

Ekspresi Stella langsung berubah masam hanya dengan mendengar kata sayur saja. Ia sangat benci dengan makanan itu. Apalagi ketika ibunya memaksa memakan sayur yang akan menyebabkan tangisan Stella meledak setiap makan. Oleh karena itu ia tidak suka makan berdua bersama ibunya, dan jika bersama sang ayah maka Stella bisa mendapatkan tameng.

Saat ini mereka berada dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk memeriksa adek botak Stella. Ini pertama kalinya balita itu ikut menemani ibunya memeriksa kandungan. Sebab dulu jika dia diajak tidak ada waktu. Ck, biasalah ketua bocil mah sibuk.

Tatapan Stella beralih pada ibunya yang berada di samping mereka. Wanita itu terlihat memejamkan mata seraya mengelus perut buncitnya.

Ya, Rai masih merasakan pening akibat ulah putrinya tadi malam. Untung saja sebelum tidur ia kembali ke kamar Stella untuk memastikan apakah balita cantik itu tidur nyenyak atau tidak? Tapi dirinya dikejutkan dengan Flo yang sudah tewas dalam pelukan hangat Stella beserta buku dongeng di atas wajahnya.

Rai tidak ingin jiwa dan raga Stella terguncang membuat ia memerintahkan bodyguard untuk segera mencari ikan hias platy yang mirip dengan Flo.

Dan ketika bangun pagi tadi, Lea sudah melihat Flo palsu berada di aquarium. Untung saja ia tidak menyadari beberapa keanehan di ikan tersebut yang tidak sama dengan Flo asli sebab ibunya sudah menukar dan membuang mayat Flo asli.

" Mommy cakit?" Tanya Stella.

" Nggak." Jawab Rai membuka mata.

" Tapi lehel mommy melah-melah." Tunjuk Stella ke arah leher ibunya.

Oh shit, here we go again.

" Digigit nyamuk." Jawab Rai seraya melirik tajam ke arah suaminya yang memasang raut santai.

" Memang di kamal ada nyamuk?" Tanya Stella lagi.

" Kita udah sampai." Gio segera mengganti topik agar putrinya tidak rewel menanyakan hal tersebut lagi.

Kemudian mereka pun turun dari mobil secara bersamaan.

" Lea dulu lahir di rumah sakit ini." Ujar Rai lalu meraih tangan putrinya dan segera masuk kedalam rumah sakit.

Stella tidak mempedulikan. Ia kini hanya asik melompat-lompat atau mengangkat kedua kaki sebab kedua tangannya di genggam oleh Gio dan Rai dari arah berlawanan.

" Atu, dua tiga..." Kembali balita itu melompat dan mengangkat kaki.

" Ck, nanti jatuh." Omel Rai.

Mereka memasuki ruangan pemeriksaan dimana dokter Amy sudah menunggu seraya bermain handphone.

" Eh, halo xandrea. Astaga, udah gede ternyata. Terakhir kali aku liat waktu masih pake empeng." Dokter Amy berujar heboh seraya mensejajarkan tinggi dengan Stella.

Dalam hati, Stella berujar bangga sebab ia sudah diakui gede oleh seseorang. Ia merasa menjadi orang gede itu semakin sulit saja. Silahkan pembaca adu nasib menjadi orang gede.

GIONATAN 2: Harta, Takhta, Stella. (Terbit)Where stories live. Discover now