BAB 6A : PROSES

228 115 285
                                    

Happy Membaca boss q 😎

Hari-hari setelah menikah, Aksa selalu keluar rumah dan pulang dini hari atau pagi hari. Kadang-kadang, Aksa membawa pacarnya Rara ke rumah sebentar lalu kembali pergi keluar.

Yang awalnya terasa risih, lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Dari awal menikah sampai sekarang, Aksa tidak pernah tidur di rumah kecuali awal pertama pindahan. Di mataku, Aksa adalah cowok nakal yang suka keluyuran di malam hari.

Dan malam ini, sekitaran pukul 9 aku sedang merapikan meja belajar dan bersiap untuk tidur. Dari luar, terdengar suara ketukan pintu beberapa kali. Sedikit parno dan was-was, aku melirik arah jendela luar. Cukup mengagetkan, karena ada dua cowok di sana. Dan aku tau salah satunya. Dengan cepat, aku langsung membuka pintu.

"Aduh... lama amat si buka pintunya. Berat nih." keluhnya.

Yang kulihat di depanku sekarang adalah Aksa yang sedang dirangkul oleh seorang cowok yang tidak kukenal. Aksa terlihat lemas dan agak sempoyongan.

"Lo adeknya? Nih abang lo si Aksa mabok. Udah gue suruh jangan malah ngeyel." sambungnya.

Baru kali ini Aksa pulang malam lebih cepat. Dan baru pertama kali pula aku melihatnya mabuk. Cowok ini benar-benar kelewatan!

"Abang lo ikut taruhan di club. Yang kalah harus minum. Dan dia pertama kalinya minum karena pertama kali juga dia kalah. Mangkanya, satu gelas aja udah tepar nih bocah." paparnya.

"Yaudah, tolong bawa masuk aja." sahutku.

Belum sempat melangkah, tiba-tiba teman Aksa memindahkan tubuh Aksa yang sempoyongan ke arahku. Tangan Aksa refleks memegang pundakku dan merangkulku cepat.

"Eh, kenapa ngasih ke aku? Bantuin bawa masuk dong." keluhku.

"Sorry, tapi gue juga ikut taruhan bentar lagi. Btw, jangan bilang-bilang ke abang lo kalo gue yang ngantar dia balik. Ntar bonyok gue."

"GUE NGGAK MABOK! Gue nggak mabuoksdsdfgd..." potong Aksa melantur.

Teriak Aksa membuat ku kaget menolehnya. Bahkan, temannya sampai lari meninggalkan kami. Terpaksa aku harus merangkul badannya yang berat sendirian. Lalu, aku menaruhnya di sofa dengan posisi terduduk. Badannya yang lemas membuatnya jatuh terbaring seketika.

"Dasar. Taunya nyusahin orang aja lo." ucapku.

Tiba-tiba satu tanganku ditarik Aksa sehingga badanku terjatuh di atas badannya.

"Mau ke mana lo?" tanya Aksa pelan.

"Eh, lepasin!"

Kekuatan macam apa ini? Pelukannya sangat kuat hingga setiap aku memberontak semakin kencang dia mengunciku.

"Lepasin!" berontakku.

"Jangan tinggalin gue..." pinta Aksa memelas.

"Lo itu mabuk. Masih di bawah pengaruh Alkohol. Sadar!"

"Nggak Ra! Gue nggak bakal lepasin lo." tegas Aksa.

Rara? Ternyata dia nge-halu-in Rara. Please lah... terserah mau halu-in ceweknya, tapi pengap banget ini...

"Gue bukan pacar lo. Buruan lepasin!"

Pelukan Aksa mulai melonggar. Lalu, dia mengangkat sedikit lehernya melihatku yang masih terbaring di atasnya.

"5 menit lagi. Boleh?" tanya Aksa pelan.

"Hah?!"

Belum sempat aku berpikir, kedua tangan Aksa dengan sigap kembali memelukku erat. Bahkan lebih erat dari sebelumnya.

"EH... EH... LEPASIN! GUE NGGAK MAU!" tolakku.

Aksa hanya diam tertidur sambil mendekapku di atasnya. Bahkan memberontak dan berteriak sekalipun dia tak menghiraukanku. Hal itu membuatku capek karena banyak menguras tenaga yang tidak ada artinya.

"Udah 5 menit ga ya? Kok lama banget." gumamku.

Mataku melirik jam yang tertancap di dinding. Sudah 5 menit berlalu. Aku bahkan tidak sanggup lagi bergerak karena kuatnya Aksa. Dan parahnya, aku juga sangat lelah dan ngantuk.

"15 menit? Omongan lo nggak bisa dipegang." ucapku pelan.

Menunggu hal ini tidak ada habisnya. Kelopak mataku sudah tidak tahan lagi untuk tertutup.

Beberapa lama kemudian, tidur nyenyakku terhenti karena Aksa.

"Woy, bangun! Enak banget lo tidur di badan gue."

Perlahan aku membuka mataku, dan ternyata hari sudah pagi. Aksa melirikku dengan tatapan marah yang masih ada di atasnya. Tersentak, membuatku terkejut dan langsung berdiri.

"Lo mau memperkaos gue apa?" tanya Aksa sinis.

SABAR... TENANG...

"Eh, ga sadar diri. Lo yang tadi malem maksa gue. Ingat?" geramku.

"Ya gue ingat. Tapi ngapain lo lama-lama juga. Lo kan bisa pergi pas gue udah tidur pulas. Sengaja kan lo? Ngambil kesempatan dalam kesempitan!"

Janji ga marah? Ya nggak lahh!!!

"Lo bener-bener ya. Bukannya minta maaf malah sewot. Emang titisan dajjal!" marahku.

Aku tidak tahan lagi dengan mulutku. Tidak bisa ku rem. Aksa yang mendengarnya manatap tajam ke arahku. Dahinya mengerut dengan tangan mengepal. Aku membalasnya dengan menatapnya balik.
Semakin aku melihatnya, semakin ingin menantangnya. Aku sudah siap dengan apa yang terjadi selanjutnya.

Di luar perkiraan, Aksa hanya menghela napas lalu membuang muka dan berjalan menuju kamar mandi. Yang tadinya amarahku memuncak, tiba-tiba mulai mereda.

"Gue mau mie goreng telor ceplok. Siapin sebelum gue selesai mandi." ucap Aksa sambil berjalan membelakangiku.

Aksa terus berjalan, lalu menutup pintu kamar mandi.

Kenapa dari sekian banyak cowok di dunia ini aku harus dijodohkan denganya sii...
Perbuatannya hari ini benar-benar membuatku ingin segera cerai darinya. Sangat jauh berbeda dengan Dimas. Bahkan 1000%.

Karena jadwal minggu ini adalah aku yang memasak, jadi aku membuatkan sarapan untuk Aksa dan untukku sendiri. Di awal memulai hari sudah membuatku lapar karena bergelut sepagi ini.

Dari arah pintu luar, terdengar suara ketukan yang berulang membuatku terhenti sejenak meninggalkan dapur. Aku berjalan menuju pintu luar, lalu melirik jendela sebelum membuka pintu.

"Loh. Dimas?!" kagetku.

Aku langsung membuka pintu.

"Pagi Nez." sapa Dimas hangat.

"Kok kamu bisa tau alamat aku tinggal?"

Saat bersamaan, Aksa keluar dari kamar mandi memakai handuk sepinggul dan bertelanjang dada. Pemandangan itu sontak membuatku kaget bukan main, karena baru pertama kalinya aku melihatnya se-terbuka itu.

Sesaat setelah melihat Aksa, aku langsung melirik Dimas yang masih di depan pintu. Aku tersentak melihat Dimas, karena Dimas melirik Aksa dengan tatapan dingin.

***

Ciatt... janji ga baper?
Awkwk...

Btw, makasih ya udah baca sampai selesai. Support yang kalian tinggalkan  memberi semangat bagi penulis 🥳

See u di hari Sabtu 👋

KEPENTOK JODOH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang