BAB 17 - Harapan Punah

Zacznij od początku
                                    

Tasya masih tersenyum tipis. Namun itu tak dapat ia ungkapkan dengan tegas. Ada nada ragu yang terselip dibaliknya. Dia seperti masih mengharap suatu celah. Agar bisa bertemu kembali dengan Laskar. Itupun jika ada, jikalau tidak ya dia hanya bisa pasrah.

"Sya, jangan pernah berfikir kalau dirimu selalu kesepian. Karena itu hanya membuat mu semakin sakit dalam pikiran."

"Aku nggak tau harus bagaimana Romeo. Karena aku cuma percaya pada satu hal di dunia ini."

"Apa?"

"Setia."

Romeo langsung menelan ludahnya pelan. Dia seakan takut jika Tasya tau yang sebenarnya. Apakah kata setia akan tetap berpegang teguh pada dirinya. Atau mungkin akan tergantikan kata kecewa. Mereka masih saling bertatap. Namun wajah Tasya masih tertunduk dan menahan segala tangis yang keluar dari wajahnya. Dia tak ingin Romeo semakin mengasihani dia. Padahal Romeo juga takut harus menjalankan hal ini. Apalagi tak sesuai apa yang dia inginkan sebelumnya.

"Aku tau kalau kata setia itu sulit untuk diwujudkan. Dan aku telah mengalami kegagalan dari apa yang telah aku percayakan saat ini. Namun aku tetap percaya bahwa setia itu pasti ada. Ya mungkin belum aku temukan sekarang."

_ _ _

Romeo dikejutkan oleh tepukan tangan pada pundaknya. Itu ulah si Laskar. Yang mungkin sengaja melakukan hal itu untuk membuat Romeo sadar dari kekhawatirannya.

"Lo ada apa sih?"

"Kakak yang ada apa?"

Laskar langsung tertawa tipis. Dengan wajah liciknya dia seakan menertawakan Romeo pelan. Melihat tingkah adik tirinya yang semakin hari semakin aneh. Maksudnya memang baik, tapi ya menurut Laskar itu terlalu berlebihan. Padahal dia juga sedang menjaga Romeo diam-diam selama ini.

"Lo jangan panik dululah. Tasya belum kesini kok. Emang kenapa?"

Romeo yang terkejut malah melepas kacamatanya. Menggosok-gosok salah satu matanya. Dia seakan ingin terbangun dari rasa paniknya. Sekaligus dia juga senang bahwa hal ini tidak terjadi begitu cepat. Dia masih bisa membangun strategi lebih dalam sebelum Tasya benar-benar sampai di taman ini. Karena dia ingin menjaga hubungan antar kedua belah pihak. Yang ia sudah tanamkan janji di dalamnya.

"Jadi gini, maaf sebelumnya dari aku. Bukan bermaksud merusak rencana kakak atau bagaimana. Tapi aku mohon sama kakak jangan minta putus dati Tasya yah, please!"

Pinta Romeo sambil memegang kedua tangan kakaknya erat. Tatapan mata begitu serius. Membuat Laskar langsung curiga atas tindakan adik tirinya ini. Padahal dia ingin hal ini tak dirusak siapapun. Dan segera terlaksana sesuai rencana. Namun permintaan Romeo juga tidak bisa ditolak secara kasar.

"Kenapa lo?"

"Ini waktunya aku kasih tau ke kakak yang sebenarnya. Tapi kakak harus janji kalau aku udah cerita semuanya. Kakak harus menuruti permintaanku!"

Romeo langsung mengacungkan jari kelingkingnya. Tanpa berfikir lama-lama dia meminta hal sesuai apa yang ia tuju. Yakni kepada Laskar sebagai kakak tirinya yang berada dihadapannya saat ini. Ia tak mau dalam kondisi rumit. Apalagi sampai mengorbankan suatu hal yang tak seharusnya terjadi. Dia masih bisa bertindak seperti ini karena suatu perihal. Yaitu sebuah janji yang ia tautkan dalam hati paling dalam. Ia tak mau janji itu patah hanya gara-gara dirinya tak sanggup menuntaskan sedikit ancaman yang merusak segalanya.

Awalnya Laskar tak mau membalasnya. Ia seperti tengah berfikir dan menduga-duga hal yang tidak-tidak pada Romeo. Dia seperti curiga bahwa Romeo ada maksud-maksud tertentu. Padahal niat yang Romeo beri adalah hal yang baik. Bukan hal yang membuat dia celaka juga. Entah apa yang dipikirkannya saat ini.

Romeo and His CrushOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz