Dia menyadari dua orang itu adalah dua siswi yang juga sempat mengajaknya bicara saat di toilet. Saking lelahnya, Bintang tak sanggup lagi berekspresi juga tak mau berontak dan akan menghadapinya. Dia dibawa ke sebuah tempat sepi dan Hanna telah menunggu di sana sambil bersedekap.

"Apa lagi?" tanya Bintang dengan tatapan datarnya yang selalu dia tujukan kepada Hanna dan dua teman Hanna yang bernama Ola dan Prisa itu.

"Lo nggak sadar diri juga, ya, gembel?" Hanna mendekat, berhenti di hadapan Bintang sambil mendorong pelan bahunya. "Gue peringatin. Jauhi Baskara."

Bintang menggaruk kepalanya.

"Lo kutuan, ya?" tanya Ola sambil tertawa. Prisa menahan tawa dengan anggun.

"Iya, kutuan. Mau nggak? Gue pelihara kebanyakan soalnya." Bintang mendekati Ola dan membuat Ola menjauh dengan tatapan ngeri.

"Jijik banget, iyuh! Cewek freak!" seru Ola dan tampangnya yang masih mengerut, lalu dia histeris ketika Bintang menarik rambutnya seolah-olah mengambil kutu di sana dan melemparnya kepada Ola.

Hanna menarik lengan Bintang dan membawanya kembali ke tempat yang tak terdeteksi siswa-siswi lain itu. "Nggak usah ngalihin perhatian. Gue peringatin lo ya buat jauh-jauh dari Baskara. Awas aja. Gue nggak main-main sama ucapan gue."

"Gimana gue mau jauhin kalau dia sendiri yang deketin gue?"

"Ya kalau dia deketin lo, jauh-jauh dong. Nggak usah kecentilan!" seru Hanna tak mau kalah.

Bintang terdiam sesaat. Dia pikir cewek seperti Hanna ini akan dia lihat terakhir kali saat SMP dulu, ketika seorang kakak kelas melabrak teman kelas Bintang yang merasa gebetanya telah direbut. "Emang lo pacarnya Baskara?"

"Gue calon pacarnya. Dan lo gembel, nggak usah deket-deket sama—"

"Bentar." Telunjuk Bintang berhenti di depan bibir Hanna, membuat kedua teman Hanna membelalak.

"Berani-beraninya lo motong pembicaraan Hanna?" tanya Prisa sambil teriak. "Jauhin tangan lo yang habis megang kutu itu. Jadi cewek kok menjijikkan banget!"

Bintang menoleh pada Prisa. "Oh, iya, dong. Emang dia siapa? Anak presiden? Anak Nabi? Dia berani ngelabrak gue. Masa gue aja nggak berani sama orang nggak jelas kayak dia?" Tatapan Bintang beralih kembali kepada Hanna. "Baru calon pacarnya, kan? Kok udah belagu aja? Merasa udah ada cap kepemilikan, ya? Jadi cewek kok menjijikkan banget?"

"Apa?!" teriak Ola dan Prisa bersamaan.

Hanna tak bisa berkata-kata saking terkejutnya.

Bintang tersenyum karena sebuah ide yang muncul untuk memberi pelajaran kepada mereka. "Gue pacarnya. Jadi siapa yang kecentilan dan menjijikkan di sini?"

"APA!?" teriak Ola dan Prisa lagi. Dan Hanna masih mematung karena terkejut dua kali.

"Jangan halu dong jadi cewek!" Prisa ingin mendorong bahu Bintang, tetapi Bintang menghindar dengan cepat sehingga Prisa hampir terjatuh.

"Sana minggir." Tangan Bintang bergerak mengusir Ola yang menghalangi jalannya. Ola reflek menyingkir dengan mulut menganga karena melihat sosok yang tak dia sangka-sangka muncul di dekat mereka.

Baskara. Cowok itu hanya memusatkan perhatiannya kepada Bintang. "Aku udah nungguin kamu dari tadi. Ke mana aja?"

Aku?! Hanna semakin mematung. Diikuti tatapan tak percaya Ola dan Prisa.

Bintang agak geli, tetapi dia yakin Baskara paham situasi. Digapainya tangan Baskara yang baru saja terulur padanya. "Hai, sayang."

Wajah Hanna dan yang lain berubah kaku.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang