Episode 2

84 11 7
                                    

"Cie, Prenjon."

"Aku suka sama Kamu."

Nano menatap datar wanita di depannya.
Lagi?

Berdehem sejenak, "Sejak kapan kakak suka sama saya?"

"Sejak lama." Angan wanita itu semakin tinggi saat reaksi Nano tidak seperti biasanya.

Nano memutar kedua bola matanya jengah. Kakak kelasnya ini bertingkah semakin tidak jelas. Bahkan ia hampir saja tersedak air liurnya sendiri saat kakak kelasnya tiba-tiba berjinjit hendak menciumnya.

Melirik nick name wanita di depannya, "Kak Rhena tahu kalau saya punya sahabat?"

Wanita bernama Rhena itu mengangguk mantab.

"Kakak tahu dia orangnya seperti apa?"

Rhena mengangguk sekali lagi, "Aku gak masalah, kok. Aku tahu Keisya itu orangnya gimana, aku bisa ngadepin, aku gak masalah kalau suatu saat nanti pacarku punya sahabat kayak Keisya."

Nano tersenyum tipis, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, "Saya yang bermasalah kak. Keisya pernah bilang kalau pacaran sama fans itu bukan cinta tulus, kebanyakan mereka obsesi, posesif dan saya gak bisa pacaran sama fans. Makasih udah suka sama saya." Nano langsung pergi begitu selesai. Ini ke ratusan kali ia menerima pernyataan perasaan dari siswi disini.

"Harusnya dulu gue gak usah jadi anak terkenal gak, sih?" ia berpura-pura berfikir, "Tapi emang ketampanan gue udah overdosis, gak ada cara lain selain bersyukur," imbuh Nano.

Ekor matanya tak sengaja menangkap sosok yang sedang duduk di lorong sekolah, sebelah tangannya memegang snack 100% micin, rambutnya ia biarkan tergerai menutupi setengah wajahnya. Diantara tubuh mungil itu, hanya bagian mulut dan tangan saja yang bergerak.

Nano mendekat, mendekat dan mendekat. Dan hap!

"Nano balikin Ciki gue!"

Nano membalas dengan tatapan tajamnya, "Lo ngapain  malah disini? Lo bolos kelas, ya?"

"Apaan sih! Gak usah sok peduli deh! Balikin ciki gue!"

Keisya melotot saat Nano memakan isi di dalam Cikinya. Dalam hatinya sudah mengabsen semua siswa di kebun binatang.

"Balikkin, Cok!" begitu tersadar akan ucapannya, Keisya langsung menutup mulutnya.

Nano terjingkat, "Lo bisa bahasa baru darimana? Siapa yang ngajarin?" tatapan Nano kini berubah tajam.

"Mau tau aja lo! Gak-"

Nano mendekat, memojokkan Keisya hingga menabrak tembok. "Lo sejak kapan suka ngebantah?" suara Nano serak, menatap Keisya penuh harap.

Keisya enggan tergoda, ia menutup kedua matanya erat-erat. Dalam hatinya ia menyusun rencana bagaimana akan kabur dari Nano sekarang. Persetan dengan ciki!

Sebuah ide berlian muncul dalam otaknya. Berfungsi juga lo otak! Puji Nano dalam hati.

Keisya menatap pojok Belakang tempat Nano berdiri, lalu melotot "Nano minggir Belakang lo ada cicak!" Keisya berteriak histeris.

PHOTOGRAPH (BACA SELAGI ON GOING)Where stories live. Discover now