36. Perkara Jilbab

157K 16.6K 137
                                    

Satu part untuk malam ini yup.. Tandain kalau ada typo guyss🕵😉😉

Jadi ter Calvin-Calvin atau ter Aroon-Aroon?

Vote & Comment biar nambah semangat up nya😘😘

***
Happy Reading

Empat hari ini Calvin dibuat uring-uringan karena Ayla yang berada di rumah orang tuanya. Pria itu sudah seperti duda muda. Apa-apa harus ia lakukan sendiri, mulai dari masak, mencuci, bahkan tidur pun pria itu sendiri.

Masak? Ya Calvin sedang belajar, meskipun akhirnya dapur akan menjadi seperti kapal pecah dan masakan yang gosong. Jika tidak gosong pasti keasinan. Begitu terus, tidak apa yang penting ada kemauan dari dirinya untuk belajar kan?

Bisa saja Calvin pergi kerumah mertuanya. Namun, ia tak mau merepotkan Ayla disana. Pria dengan balutan kaos abu dan celana diatas lutut itu memainkan ps di ruang tamu. Di tangannya terselip nikotin yang baru saja ia bakar. Mumpung tak ada Ayla, Calvin bisa merokok sekarang.

"Assalamu'alaikum."

Calvin membulatkan matanya ketika suara lembut Ayla berada di sebelahnya. Pria itu segera mematikan rokoknya. Ayla menghampiri Calvin yang duduk di lantai mencium punggung tangan suaminya itu.

"Kok lo--

"Wa'alaikumussalam," potong Ayla.

Calvin tersenyum kikuk, menampilkan gigi rapinya.

"Wa'alaikumussalam, kok lo udah pulang?"

"Kenapa? Ga boleh emang?"

"Bukan gitu, harusnya kan lo ngomong sama gue. Biar gue jemput."

Ayla menggeleng pelan, wanita itu berdiri melipat tanganya di depan dada. Membuat Calvin meneguk salivanya susah payah. Akan kuberitahu bahwa rumah tiga lantai itu sudah seperti kapal pecah sekarang. Alasanya tentu saja Calvin yang tak membersihkan rumah itu selama empat hari terakhir.

Lihat saja di ruang tamu itu, putung rokok ada dimana-mana, kulit kacang berceceran, kaleng soda yang sudah tak ada isinya, bungkus cemilan berserakan dan bantal sofa yang sudah tak berada di tempatnya. Calvin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mematikan ps nya lalu menggiring Ayla agar duduk di sofa.

"Tenang Ay, tenang. Biar gue beresin. Kalem oke, gausah marah."

Ayla mengerutkan keningnya heran, "Siapa yang marah?" batinya.

Calvin mengambil tempat sampah, memunguti kaleng dan bungkus cemilan tadi lalu memasukkanya ke tempat sampah. Setelahnya pria itu mengambil sapu untuk membersihkan kulit kacang dan putung rokoknya.

"Kamu ngrokok?"

Calvin menoleh, ia lupa jika Ayla tak tau jika dirinya merokok.

"Kalau lo nggak ada gue ngrokok," jujurnya.

"Kenapa?"

"Kalo ada lo kasian, nggak baik buat kesehatan lo asapnya."

Ayla tertegun, "Udah tau nggak baik buat kesehatan, ngapain diterusin?"

"Gabisa Ay, udah kecanduan. Gabisa berhenti."

Ayla menghembuskan nafas, membuka cadarnya pelan,"Jangan sering-sering, kalau bisa gausah ngrokok lagi."

Calvin hanya mengangguk singkat, pria itu kini memunguti bantal sofa yang tergeletak tanpa dosa di lantai. Ayla bangkit berniat mengambil minum di dapur. Baru saja memasuki dapur, Ayla dibuat terkejut melihat kondisi dapurnya sekarang.

"ASTAGFIRULLAH," teriaknya.

Calvin yang mendengarnya dari ruang tamu menutup matanya. Ia tau apa yang terjadi disana. Calvin bergegas menghampiri Ayla.

My Sweet Calvin [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang