END

21 3 0
                                    

Setelah kepergian Hilmi dan Ghina yang akan mengantar Mika pulang, kini di ruang itu hanya ada El dan Aul.

"El," panggil Aul pada El yang masih duduk di sampingnya dan masih asik memainkan ponselnya.

"Iya?" sahut El tanpa memalingkan pandangannya dari ponselnya.

"A-aku ...."

"El! Astaga, dimana kamu?" ujar sang Ayah yang baru saja menuruni anak tangga.

"Iya, yah?"

"Ayah ingin membicarakan sesuatu denganmu, ada waktu?"

El melirik ke Aul sebentar, "Aku akan pulang saja, besok kita berjumpa di Cafe, aku akan mengirimu pesan, Om, Aul pamit pulang," ujar Aul.

"Iya baiklah, hati-hati ya nak," sahut Harry.

Aul tersenyum saja lalu mengangguk dan kemudian keluar dari sana.

"Kenapa, Yah?"

"Masmu Fahri, katanya ingin menikah dalam waktu dekat," ungkap Harry antusias.

"Sudah, begitu saja?"

"Anak kurang ajar! Apa setelah mendengar hal besar seperti itu, responmu hanya begitu saja?" sewot Harry main-main.

"Iya habisnya mau bagaimana lagi, kalau begitu baguslah."

"Iya memang bagus, Ayah ingin segera menimang cucu dan cucu Ayah mengompol di Ayah, bukankah itu terdengar sangat bagus?"

"Ayah itu malah terdengar berlebihan," gumam El jengah.

"Lantas, kapan pernikahannya akan berlangsung?"

"Secepatnya, Ayah akan segera menemui keluarga pihak wanita untuk merencanakannya."

"Memang Ayah sudah tahu siapa calonnya?"

"Jelas sudah, usai Masmu ini tengah melamar, Ayah malah sengaja mengintip dari balik pintu, menyebalkan!" sela Fajri yang sedang menuruni anak tangga.

El tertawa ringan mendengar hal konyol seperti itu.

"Walaupun begitu Ayah tetap merestuimu, kan. Berterima kasihlah pada ayah karena tidak menyuruhmu pergi ke perjodohan dan Ayah tidak rewel mengenai calon menantu Ayah," ujar Harry.

"Mengintip ketika sedang melamar, berarti maksudnya Mas Fahri akan menikah dengan karyawan kantor Mas sendiri? Dan sejak kapan kalian berkencan?"

"Itu ceritanya cukup panjang," gumam Fahri sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan duduk di samping El.

"Kamu tahu sekretarisnya? Nona--siapa tuh, Nona Namira--iya Nona Namira, nah iya itu calonnya," ungkap Harry lagi.

"Oh, Mba Namira yang cantik itu? Ah, benar Mas dengannya saja, dia cantik luar dalam," celoteh El sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Kalian ini, sudahlah, mau Mas dengan siapa saja itu urusan Mas."

"Memangnya kamu tidak membutuhkan restu Ayah?"

"Lho, bukankah Ayah sudah merestui Fahri?"

"Kata siapa? Kalo Fahri ingin mendapat restu dari Ayah, bantu El membereskan kekacauan ini, rapihkan kaleng sodanya dan sapu lantainya karena remahan keripik singkongnya. Dan lagi, kamu harus mengerjakannya sendiri tanpa El, jika semuanya sudah bersih Ayah akan merestuimu."

"Ayah kenapa Fahri harus? Yang membuat kekacauan ini kan El, kenapa harus Fahri yang membereskannya?" protes Fahri.

"Jika tidak mau restu dari Ayah, ya sudah," pungkas Harry lalu berlalu pergi dari sana.

ORCHID Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang