BAG 22

12 2 0
                                    

Setelah acara rapat beserta pelantikan itu usai, semuanya kembali ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Aul dan Hilmi. Hilmi nebeng di mobil Aul, ngomong-ngomong.

Di perjalanan Aul asik dengan ponselnya padahal dia tengah menyetir.

"Aul, dengar. Aku tidak mau mati muda. Hidupku terlalu berharga, aku tidak mau mati konyol karena keteledoranmu," ujar Hilmi.

Aul yang tidak mengerti hanya menatap Hilmi sekilas dan kembali fokus menyetir di selingi dengan kembali memainkan ponselnya.

"Aul!" teriak Hilmi ketika Aul tidak meresponnya.

"Sebentar," sahut Aul singkat.

Hilmi menghela napasnya lelah, "Jika penting, tepikan saja mobilmu dan kamu bisa bermain ponsel sepuasmu," kata Hilmi merasa jengkel.

"Tidak perlu, oh iya setelah ini aku akan bertemu dengan seseorang, kamu turun di sini saja bagaimana?" kelakar Aul.

"Ku kutuk kamu sekarang juga, jika saja bersungguh-sungguh," sewot Hilmi membuat Aul refleks menepuk bahu lebarnya sambil tertawa.

"Aku serius akan bertemu dengan seseorang, hanya sebentar. Kamu boleh ikut asal jangan berbuat ulah."

"Cara kamu memperingatkanku  itu terkesan seperti Ayahku, haha!"

"Aku tidak setua itu."

"Apa kamu baru saja mengatai Ayahku itu tua?"

"Aduh, aku tidak enak untuk bilang iya."

"Minta di gampar," gumam Hilmi pelan. Aul yang mendengar gumaman itu hanya tersenyum sebentar, seketika membuat kerongkongannya kering, Aul mencari botol minumnya di sekitaran joknya.

"Um--ngomong-ngomong setelah pulang dari acara ketemuanmu itu, kita mampir ke rumah El, mau?"

"Itu tidak mungkin, El masih enggan untuk bertemu denganmu saat ini," sahut Aul masih fokus mencari botol minumnya.

"Enggan? Apa maksudmu?"

Aul yang baru sadar atas apa yang diucapkannya barusan, berdecak dan menepuk pelan dahinya merutuki dirinya sendiri.

"Eh, tidak kok. Bukan apa-apa, lupakan saja," ujar Aul mencoba meralat perkataanya.

"Apa ada yang kalian sembunyikan dariku?"

"T-tidak ada, iya tidak ada."

"Kenapa bicaramu gugup begitu? Ternyata benar ya kalian menyembunyikan sesuatu dariku," gumam Hilmi.

"Sungguh, tidak ada kok."

Hilmi tersenyum sebentar dan mendadak menjadi diam. Hal itu membuat Aul menjadi bingung, Aul kembali merutuki dirinya sendiri, mulutnya sangat tidak bisa di andalkan.

***

"Ada apa kamu mengajakku bertemu?" ujar Aul dingin sambil mendudukan dirinya di depan gadis cantik.

"Jangan terburu-buru, kamu pesan minuman saja dulu," sahut gadis itu sambil tersenyum

"Aku tidak haus, jadi tidak usah," sahut Aul, gadis itu kembali tersenyum pada Aul. Gadis cantik itu bernama Mika Nadira Oriana, atau akrab di sapa Mika. Salah satu anggota Osis yang menjabat sebagai Bendahara. Dan juga mantan kekasih Aul, tentunya.

"Aul, aku ingin meminta maaf padamu. Tentang kejadian ...."

"Apa kamu mengajakku bertemu hanya karena ingin membahas hal memuakkan itu?" potong Aul.

"Aul dengarkan aku dulu," ujar Mika, Aul membuang mukanya ke samping. Mika menghela napasnya lelah dan kemudian menegakkan posisi duduknya.

"Kenapa kamu selalu menghindar ketika aku hendak mendekatimu?" tanya Mika.

ORCHID Where stories live. Discover now