BAG 16

10 2 0
                                    

Setelah kepergian Kaila dan teman-temannya, Hilmi menghela napas lelahnya.

"Menyebalkan, kenapa kita harus elalu berurusan dengannya," gerutu Hilmi sambil mendudukan dirinya di sofa kembali.

"Ini untukmu, Aul kamu juga," ujar El sambil menyodorkan segelas minuman sirup ke Hilmi dan Aul.

"Ah, terima kasih."

"Maafkan aku, karena aku kalian jadi ikut terseret dalam masalahku dengan Kaila. Tapi perlu aku sampaikan. Hilmi, seharusnya kamu tidak perlu sampai seperti tadi, bagaimana pun Kaila adalah hanya seorang gadis, dan Aul juga, kamu sedikit berlebihan, walaupun kamu tidak pernah mencintainya kamu harusnya tidak mengungkapkannya, aku jadi merasa kasihan pada Kaila, aku percaya dia merupakan anak yang baik dan manis, dia hanya membutuhkan orang-orang yang benar-benar peduli padanya, karena dia tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya yang sibuk bekerja," ujar El.

"Pikirkan diri kamu sendiri dulu, kamu juga tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup, bukan?"

"Kekuatan manusia itu berbeda-beda, aku sudah di ajarkan mandiri sejak masih balita. Apa-apa sendiri, melakukan hal sulit pun harus sendiri, sejak saat itu, 'Jika aku bisa melakukannya sendiri kenapa minta bantuan orang lain' sudah menjadi prinsip yang aku pegang hingga sekarang," sahut El tanpa menatap Aul maupun Hilmi di sampingnya, matanya masih fokus pada gelas yang berada di genggamannya.

"Dulu, aku sudah terbiasa dengan namanya kesendirian, ketika bangun di pagi hari, aku menjadi ingat Ibu, Ayah, Mas Fahri, bahkan Mas Fadhil, entah kenapa membuatku sedikit emosional di pagi hari. Aku membayangkan keharmonisan keluargaku, menonton tv bersama, senda gurau bersama. Dan ketika hari ini aku menghadiri acara temanku yang pertama kalinya, aku merasa miris akan diri aku sendiri. Beruntungnya Ghina masih bisa merayakan ulang tahunnya dengan keluarga yang lengkap. Sedangkan aku?" sambung El menjeda kalimatnya dan tertawa ringan.

"Setiap aku menjumpai tanggal dan bulan, yang sama di tahun yang berbeda, aku selalu merayakannya dengan diriku sendiri.  Aku menyanyikan selamat ulang tahun untuk diriku sendiri, aku membuat permohonan sendiri, aku memotong kue sendiri, dan memakannya sendiri, berakhir aku yang menangis tersedu-sedu ketika mengingat sosok Ibu, ayah dan kedua Masku. Dan hal itu selalu terjadi saat hari ulang tahunku," ujar El sambil tertawa.

"Oh, lihat! Di sana ada stand es krim, wah kelihatannya enak, kalian mau? Akan aku ambilkan juga, tunggu ya," ujar El seketika membuat suasana serius menjadi pecah.

Hilmi dan Aul hanya bergumam untuk menanggapi El dan melihat El yang nampak menjauh.

"Dia unik, dia gadis yang kuat," puji Aul tiba-tiba membuat Hilmi memfokuskan atensinya pada Aul.

"Jiwanya di dewasakan oleh keadaan yang menekannya. Dia membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan keluhnya, tapi tidak ada satu pun yang mau jadi pendengarnya, entah sejak kapan dia memendamnya selama ini," pungkas Aul, matanya masih fokus menatap El yang nampak tersenyum sambil membawa tiga cup es krim di tangannya.

"Pasti sangat sulit bertahan hidup di posisi El," sela Hilmi.

"Penjaga stand bilang, ini es krim paling enak di kota ini, tuan rumah sengaja memesannya karena Ghina sangat menyukai es krim," ujar El yang baru saja tiba sambil menyodorkan cone es krimnya.

"El, apa kamu ingin membuat kami gemuk? Dari tadi kita makan terus."

"Hey, kalian ini. Kita makan apa? Kita hanya baru minum sirup, sama es krim," protes El lalu duduk di samping Hilmi.

***

"Fadhil, makan malam sudah siap, turun!" teriak Fahri dari lantai bawah.

"Aku akan segera turun!" sahut Fadhil dari dalam kamar.

Fahri masih menata makanannya di meja dengan benar, Fahri memasak cukup untuk makan malam kali ini saja.

Beberapa saat kemudian, Fadhil turun dan menjumpai Fahri.

"Wah, banyak sekali, kelihatannya enak," ujar Fadhil seketika langsung duduk di kursi makannya dan membalikan piring di depannya.

"Sudah, cepat habiskan makan malammu keburu dingin. Oh iya, besok senin Mas Fahri akan pulang larut."

"Baiklah, nanti Fadhil akan usahakan pulang lebih awal untuk membuat makan malam El," sahut Fadhil.

"Terima kasih."

"Oh iya, Mas. Beberapa waktu lalu, Fadhil pergi ke sekolah El untuk memberikan tempat pensil yang ketinggalan, ketika sampai di sana Fadhil melihat El yang tengah di buli oleh temannya. Dan itu sudah sangat keterlaluan," jelas Fadhil.

"Mas sudah tahu dari dulu, ketika Mas mencuci seragam El, Mas Fahri juga selalu menemukan robekan sana sini, terkadang kotor, dan lebih parahnya lagi terkadang bau anyir telur. Ketika Mas menanyakannya pada El,  El selalu berbohong pada Mas, El bilang jika dia tidak sengaja menumpahkan botol minumnya, tidak sengaja memecahkan telur ketika hendak melakukan penelitian di lab, tidak sengaja jatuh saat bermain dengan temannya. Mas juga tahu, baru kali ini El mendapatkan teman di masa sekolahnya selama ini," sahut Fahri.

"Tapi kenapa Mas hanya diam?"

"Mas dulu ingin memindahkan sekolah El, tapi ketika orang kepercayaan Mas menyelidiki setiap sekolah yang Mas inginkan, selalu saja terdapat anak dari gang rumah kita, mereka pasti akan melakukan hal yang sama pada El. Maka dari itu Mas biarkan saja. Toh, El sebentar lagi juga akan lulus,"

"Tapi Mas, ini keterlaluan."

"Mas akan bertindak ketika sudah saatnya, jadi serahkan saja sama Mas," sahut Fahri masih mencoba untuk tenang.

"Dan jika kamu ingin tahu, El itu sudah pernah berpindah-pindah sekolah, waktu sekolah menengah pertama dulu, dan hal itu membuat catatan akademik El menurun. Untuk saat ini lebih baik El bertahan di sekolah yang sekarang. Lagian tinggal menghitung bulan, El akan lulus, dan kuliahnya, Mas akan bawa El keluar negeri," sambung Fahri.

"Ide bagus, tapi nanti El di sana bersama siapa?"

"Teman Mas. Tenang saja, dia adalah teman sekolah Mas dulu, dan dia sangat baik, Mas akan menitipkannya padanya," ujar Fahri.

"Baiklah."

---

"Argh!!! Dasar cupu tidak berguna! Awas saja kamu, akan kubuat hidupmu tidak tenang!" ujar Kaila di dalam mobilnya.

Beberapa saat yang lalu, setelah kejadian di mana dirinya berurusan dengan Hilmi, dirinya di usir oleh Ghina dari pestanya. Begitu juga dengan ketiga temannya.

"Menyebalkan, aku menjadi tidak bisa melihat si tampan Hilmi," ujar seorang gadis yang di ketahui teman Kaila.

"Bahkan Aul sudah berani menolakku mentah-mentah gara-gara cupu itu!" sahut Kaila.

"Si cupu itu benar-benar harus di kasih pelajaran!"

"Tenang girls, nanti kita akan buat cupu itu merasakan lebih apa yang kita rasakan sekarang, lihat saja nanti," ujar Kaila sambil mengeluarkan smirknya.














.
.
.
.

"Don't give up when you still have something to give. Nothing is really over until the moment you stop trying."  ~ Brian Dyson


.
.
.
.








Tbc

ORCHID Where stories live. Discover now