BAG 1

31 3 0
                                    

Kring!

Bel masuk telah berbunyi, namun El masih betah di rooftop dan enggan untuk kembali ke kelas.

"Hey, apa yang kamu lakukan di jam masuk?" tanya seorang pria dari arah belakang.

El membalikkan tubuhnya dan melihat sesosok pria tinggi nan manis berdiri tepat di belakangnya. Sekilas El melirik ke dada kanan pria itu yang bertengger manis sebuah name-tag bertuliskan Aulian Devan Azhar. Kedua alis El berkerut dalam, El merasa tidak asing dengan nama itu.

"Menangis?" gumam pria bernama Aulian itu. Langsung saja El menghapus kasar air mata yang membanjiri kedua pipi tembamnya.

"Apa urusanmu?" ketus El. Pria itu mendengus pelan dan menyentil dahi El.

"Aw ... sakit!" adu El sambil mengusapi dahinya.

"Kembali ke kelas, guru sudah memasuki ruang kelas dan mendapatimu tidak ada, jadi dia menyuruhku mencarimu. Aku sudah mencarimu kemana-mana," ujar Aul.

"Siapa kamu? Lagian pergilah lebih dulu aku akan menyusul," ujar El.

"Siapa? Aku Aul ketua kelas di kelasmu, dan kamu masih bertanya aku siapa? Menyusahkan saja!" gumam Aul mendumel.

Kedua bola mata El melebar, sungguh El tidak percaya, ini kali pertamanya El pergi sampai dicari oleh ketua kelasnya. Bahkan El saja baru tahu jika Aul ketua kelasnya. Aneh memang, tapi nyatanya seperti itu. El tidak terlalu memerhatikan teman sekelasnya.

"Pergilah, aku berubah pikiran. Aku akan membolos hari ini. Jika kamu ditanyai oleh guru, katakan saja kamu tidak menemukanku," titah El.

"Apa sesuatu terjadi?" tanya Aul penasaran.

"Apa peduli mu?" sergah El lalu beranjak pergi dari sana.

"Hanya karena sebagian besar warga sekolah ini sibuk memikirkan omongan buruk mengenai dirimu. Apakah kamu tidak melihat lebih luas apakah ada sebagian kecil orang sini juga ingin berteman denganmu?" lanjutnya.

"Sejak kapan kesimpulan diambil hanya karena memandang mayoritas?" pungkas Aul. "Lebih bijaklah dalam berpikir," ujar Aul masih menatap punggung El yang berhenti sejenak.

El berbalik menatap Aul dan mendekatinya,  "Tahu apa kamu tentang diriku? Setidaknya berpikirlah dulu sebelum berbicara, apakah nantinya hal yang kamu bicarakan itu akan menyinggung suatu kelompok atau individu lainnya atau tidak."

"Loh? Aku berbicara benar. Apakah kebenaran yang aku ucapkan telah menyinggung perasaanmu?" tanya Aul.

"Apa maksudmu?"

"Masuk ke kelas, aku tidak mau mendengar bantahan dan juga tidak mau menanggung resiko jika kamu benar-benar membolos nantinya," ujar Aul sambil berlalu meninggalkan El yang mematung di tempat.

"Menyebalkan!" gumam El sedikit menggerutu.

"Aku masih bisa mendengarmu El Kinandita."

"Iyaudah iya, maaf," ujar El sedikit lantang lalu berjalan di belakang Aul untuk pergi ke kelas.

***

ORCHID Where stories live. Discover now