BAG 20

14 2 0
                                    

"Ayah, hari ini Aul akan menginap di sekolah, ya."

"Iya baiklah, jaga dirimu baik-baik."

"Iya, Yah."

Aul keluar dari rumahnya menuju ke sekolah menggunakan mobilnya. Ketika di tengah perjalanan, Aul menjadi kepikiran El. Sudah empat hari terakhir El tidak masuk sekolah, apa sakitnya parah sehingga mengharuskan El bedrest? Itu yang masih menjadi tanda tanya besar di kepala Aul.

Aul melirik jam yang melingkar apik di pergelangannya, jarumnya masih menunjukkan pukul empat sore, rapat Osis dengan Kepala Sekolah diadakan jam tujuh malam, masih ada waktu senggang sekitar tiga jam.

Rapat itu sengaja di adakan malam, karena bersamaan dengan pelantikan calon anggota Osis yang baru.

"Apa aku kerumah El saja, ya?" gumam Aul.

Aul masih menimbangi apakah dirinya akan pergi ke rumah El atau langsung ke sekolah. Tapi jika di pikir-pikir, mengetahui keadaan El itu lebih penting, maka dari itu Aul memutuskan untuk pergi ke rumah El.

Aul memberhentikan mobilnya di depan minimarket untuk membeli beberapa buah dan camilan untuk berkunjung nanti. Ketika masih sibuk memilih buah, Aul tidak sadar jika di sampingnya terdapat gadis yang sedang memilih juga.

Bruk!

"Aduh."

Aul melihat sisi kanannya terdapat gadis yang tadi tidak sengaja ditabrak olehnya terduduk di lantai sambil memegangi kakinya yang nyeri.

"Oh astaga, maafkan aku. Sungguh aku tidak melihatmu tadi," ujar Aul langsung membantu gadis itu berdiri dan memunguti keranjang sekaligus barang-barang gadis itu yang tercecer.

"Tidak apa," sahut gadis itu.

Setelah selesai memungutinya, Aul menyodorkan keranjang milik gadis itu, dan seketika matanya menangkap sesosok yang sangat tidak asing baginya.

"Mika."

***

Tok! Tok! Tok!

"El, buka pintunya, dari kemarin kamu belum makan, mau sampai kapan begini terus, hm? El, dengarkan Mas, sebentar lagi kamu akan menghadapi ujian akhir, dan kamu harus lulus, maka dari itu cepatlah makan agar kamu lekas sembuh dan mengikuti ujian akhir dengan mendapatkan nilai yang sempurna."

"Mas."

"Oh Aul, syukurlah kamu datang. Mas Fahri minta tolong, bujuk El ya, dia dari kemarin mengurung diri dan belum makan, entah apa sebabnya."

"Iya baiklah, biar Aul yang bujuk," sahut Aul lalu menerima sebuah nampak berisikan segelas air putih, dan semangkuk bubur, serta dengan beberapa obat untuk El.

Tok! Tok!

"El, ini aku Aul. Tolong buka pintunya, ya." ujar Aul, namun nihil, El tidak menjawabnya.

"El, jangan begini, kamu harus sehat. Ujian kelulusan akan diadakan bulan depan, kamu harus sembuh," bujuk Aul lagi, namun tetap saja El tidak menjawab.

"El, dengar. Aku tidak seperti kedua Masmu yang memiliki banyak kesabaran, maka dari itu tolong buka pintunya, atau aku dobrak pintu ini sekarang juga," ujar Aul dengan nada serius.

Cklek!

***

Cklek! Blamm!

Aul terdiam menatap lantai depan kamar El. Aul menghapus air matanya dan mencoba mengontrol emosinya.

Setelah di rasa cukup tenang, Aul berpamitan pada kedua Mas El, dan langsung pergi ke sekolah untuk menghadiri rapat yang akan di mulai tiga puluh menit lagi.

ORCHID Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt