17 - Malam Gundah

165K 16.2K 1.9K
                                    

vote dan komen sebanyak-banyaknya untuk mendukung karyaku💕

Warning! Kalo baper saya gak tanggung jawab, suruh Diksa aja yang tanggung jawab!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning! Kalo baper saya gak tanggung jawab, suruh Diksa aja yang tanggung jawab!!!

Author tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini...

17. Malam Gundah

"Gak punya pacar ya?"

Jantung Elin seakan berhenti berdetak, gadis itu spontan menoleh mendapati Diksa yang berdiri di belakangnya. Ia langsung mematikan sambungan telefon nya.

"B-bukan gitu maksud aku..."

Diksa berdecih sinis, "Silahkan keluar dari rumah saya!"

"Aku bisa jelasin, aku---

"KELUARR!!!" bentak Diksa meninggikan suaranya.

Elin tersentak kaget, gadis itu segera berlari keluar dengan air mata yang bercucuran. Rasa takut dan sakit bercampur menjadi satu.

Sedangkan Diksa menatap kepergian Elin dengan pandangan kosong. Sedetik kemudian ia menjambak rambutnya kasar, tidak seharusnya dia membentak gadis itu tadi.

Diksa ikut berlari mengejar Elin, seraya berteriak kesetanan.

"SAYANG!!! JANGAN PERGI!!! hiks..."

"AKU MINTA MAAF!! JANGAN PERGI!! SAYANG!!!"

Teriakan Diksa dianggap angin lalu oleh Elin.

Di bawah langit malam yang gelap gulita gadis itu mempercepat langkahnya. Namun, sialnya ditengah jalan ia tersandung batu hingga tersungkur dengan keadaan yang mengenaskan.

Rambut lepek karena guyuran gerimis, ditambah lagi dengkul dan pergelangan kakinya yang terluka membuat kondisi Elin semakin memprihatinkan. Bahkan kepalanya pun ikut berdenyut sakit.

Grep!

Seseorang mendekapnya erat.

"Jangan pergi..." bisik Diksa parau.

Elin memberontak dalam pelukan Diksa dengan sisa tenaga yang kian menipis.

"Lepas!!"

Diksa semakin mengeratkan pelukannya, ia tak peduli meski tubuhnya terkena pukulan Elin.

"Nggak!!" tolak nya mentah-mentah.

"Lep--hmpptt

Diksa langsung memangut bibir pucat Elin tanpa aba-aba. Rintikan hujan semakin lebat, mengguyur dua insan yang kini tengah memadu kehangatan.
Keduanya memejamkan mata menikmati sensasi yang luar biasa.

Lembut, itu yang Elin rasakan.

Bukan ciuman menuntut yang dibalut nafsu. Namun, sebuah lumatan hangat dan penuh cinta.

ELDIKSA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang