19. Yes, I am Yours - II

Mulai dari awal
                                    

Jungkook menarik pinggul Layla dan mendudukkannya di antara kakinya. Dia melingkari lengannya di atas perut Layla, dan tangan satunya menyisir surai gadis itu dengan gerakan yang hati-hati.

"Aku akan membuatmu nyaman, jadi jangan khawatir." timpalnya lagi yang sukses membuat Layla tidak berkutik.

Layla tahu Jungkook sedang memancingnya, tetapi perlakuannya yang tak terduga namun manis, selalu menjadi alasan Layla untuk membiarkannya. Dia bahkan sekarang merasakan kehangatan yang berlipat-lipat ganda setelah Jungkook datang.

Matanya menatap kosong tangan yang ada di perutnya, memikirkan banyak implikasi dari sentuhan itu jika berlama-lama di bawah sana. Jungkook yang menganggapnya terlalu lama melamun memberikan kecupan ringan di atas kulitnya.

"Apa yang kau pikirkan ?" tanyanya memecahkan keheningan.

"Tidak ada." Layla mengangkat matanya dan menoleh ke arah Jungkook "Aku hanya belum terbiasa dengan hal seperti ini."

Jungkook tertawa pelan, "Untuk apa membiasakannya, kau cukup menikmatinya saja."

"Tapi, kenapa harus bersama? Bak ini bahkan tidak mampu menampung tubuh kita berdua." kilah Layla.

"Aku juga merasa lelah setelah latihan, waktu konser sudah mau dekat. Aku harus banyak beristirahat." Sekali lagi Jungkook melingkari tangannya di perut Layla dengan posesif, mencoba menariknya lebih dekat.

"Ah benar, konsermu. Kalian akan menggelarnnya di luar negeri bukan? Itu artinya kita tidak akan saling bertemu saat itu." 

"Iya, dan kau tidak bisa ikut. Karena kau harus mempersiapkan hari debutmu." ucap Jungkook menghela nafas.

Gadis itu menaikkan alisnya. "Ikut ? Mengapa aku harus ikut jikalau aku bisa?" tanyanya. 

Jungkook mengecup belakang kepala Layla dan meletakkan seluruh rambut di satu sisi bahunya sehingga dia dapat melihat jelas leher putih milik Layla. 

"Karena aku tidak ingin jauh darimu, bahkan saat masa hukuman itu, aku benar-benar bisa mati karena merindukkanmu" bibirnya turun menyentuhnya lembut.

Layla bergidik tatkala Jungkook memberikan sensasi menggelikan di antara bahu dan belakang lehernya. Dia mengecupnya secara bergantian, namun semakin lama berlambat laun, sentuhan itu menjadi bom waktu yang siap meledak. Percikan air yang dia ciptakan menjadikan bukti bawah tangan yang sejak tadi bersarang di atas perut Layla naik menguliti benda lain. 

Satu desahan lolos dari mulut Layla saat sesuatu yang liar menyerang gumpalan dadanya. "Haruskah kau melakukan ini ?" lirihnya menahan ampun.

"Jika kau tidak menyukainya, aku akan berhenti." maniknya menipis penuh kekuasaan.

Dalam posisi ini tidak ada kata lagi bisa menghentikkan Jungkook. Kedua tangan pria itu berhasil mengambil ahli nahkoda kewarasan seorang Kim Layla, membawanya pada lautan ombak yang begitu dasyat dan liar, sehingga kapal yang sejak awalnya berlayar penuh kedamaian, terombang-ambing dan tenggelam ke dasar lautan. 

Pusat tubuh Layla berkedut tidak menentu, dan saat detik itu pula tanda penolakan pun tidak terlihat dari surut matanya. Jungkook yang sejak tadi telah menarik dagunya untuk melihat, menanamkan sebuah ciuman kuat dan menantang. Sehingga Layla mau tidak mau harus berurusan dengannya. 

"Buka kakimu, akan aku berikan sesuatu yang sangat kau inginkan." katanya dengan suara yang teramat memabukkan.

Perasaan panas datang saat tangan kuat Jungkook mulai menelusuri kulit di bawah perutnya, mengelus kedua pahanya yang perlahan terbuka sesuai perintahnya. Tidak menunggu lama, dua jari Jungkook berhasil menyelinap masuk ke dalam inti tubuhnya.

Layla menganga manakala merasakan jari telaten bergerak sesuai dengan dugaannya. Dengan tempo, Jungkook ciptakan sangat kecepatan. Bagaikan mesin yang melau sampai gadis itu mengerang penuh kenikmatan. Bibir tipis yang menempel di balik kepala Layla pun ikut memberikan kesan yang sama, dia tersenyum sesekali menggigit leher Layla untuk memicu hasratnya yang lebih besar. Sungguh Jungkook sangat lihai dalam hal-hal seperti ini.

"Ju-Jungkook..." lirih gadis itu saat ia mulai kehilangan kewarasannya. 

"Oh, kau suka saat aku melakukan ini?" ucap Jungkook dengan seringai di sudut bibirnya, menandakan ia sangat bangga pada dirinya sendiri.

"Aku tidak bisa menahan ini." 

"Haruskah aku memasukimu sekarang, sayang?" 

Kalimat itu menyadarkan Layla pada sesuatu yang mengeras dan mengganjal di bawah tubuhnya, dia menilik ke bawah, dan menemukan suatu maha karya yang membesar menyapa celah terbukanya.

Jungkook dengan cepat mengangkat tubuh Layla naik di atasnya, selanjutnya tekanan yang menusuk berhasil menobrak pintu milik Layla. Tangannya memegangi pinggang ramping itu, lalu membantunya bergerak naik dan turun dengan tempo yang cepat. Layla bersumpah, bahwa sensasi yang ia rasakan sangat ini adalah kenikmatan yang tiada tara, penyatuan panas antara dia dan Jungkook sangat berbeda saat terakhir kali dia melakukannya.

Layla mengigit bibirnya sendiri seraya memejamkan mata. Tangannya berpegangan pada pinggiran bak, sementara pinggulnya bergerak seimbang dan selaras. Rasanya benar-benar gila, bahkan jika dia memiliki kondisi kesehatan yang baik, ia ingin terus berguling dan menyatu dengan milik pria ini. Seluruh pandangan Layla memudar, hitam dan putih jika ia mencoba memfokuskannya. Detik-detik berikutnya seiring pergerakannya yang kian cepat dan nafas yang sudah terengah-engah, titik klimaks dan rasa lelahnya hadir di saat yang bersamaan, sehingga Layla mulai merasa kepusingan.

Jungkook bukannya tidak merasakan hal yang sama, ia jauh lebih ingin mencapai titik klimaksnya saat menikmati himpitan yang menjepit miliknya yang besar. Hingga pada akhirnya, di akhir hentakannya yang cukup kuat, Jungkook pun melepaskan pelepasannya.

Layla menghembus nafas kasar segera jatuh di atas dada besarnya, dia tidak tumbang, sebab Jungkook segera menangkapnya saat ia tiba disana. Detak jantung yang bedegup kencang belum hilang begitu begitu saja, namun matanya yang teduh serta nafasnya yang menggebu-gebu segera berlalu.

"Sayang?" Jungkook memanggilnya seraya tetap mengeratkan pelukannya. Layla yang sudah tidak sadarkan diri, dia dapati pingsan begitu saja di atas tubuhnya. " Sayang, kau tidur ? Kita harus membersihkan diri setelah ini."

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut gadis itu. Ia sudah kehilangan seluruh kesadarannya. Jungkook mengela nafas ringan seraya menyanggah kepalanya kebelakang, memberikan Layla posisi yang lebih nyaman di dalam pelukannya. Dalam keheningan meratapi, matanya memperhatikan wajah cantik itu tidur seperti bayi yang polos. 

Kemungkinan obat yang Jungkook berikan memberikan efek mengantuk berat yang kuat, sehingga sangat wajar jika Layla langsung merasa lelah dan meninggalkannya tidur begitu saja. Meski Jungkook merasa bersalah, ia tidak bisa berhenti tertawa melihatnya.

"Mari bertemu di dalam mimpi kita, sayang." titahnya yang melayangkan satu kecupannya di atas dahi gadisnya. Ia sangat mencintai Layla.

***

 - Lets meet in our dreams, love

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 - Lets meet in our dreams, love. -

Terima kasih telah membaca. 

Yes, you can hold my hand | JUNGKOOK Vers. [End + Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang