8. Khumaira

242K 22.8K 1K
                                    


***

Calvin menatap takjub motor cross di depannya, tak tanggung-tanggung, dua motor cross dibelikan Marc untuknya. Gila, memang! Untuk apa motor sebanyak itu.

Ketika Calvin menanyakan kepada Marc dengan enteng daddy-nya itu menjawab, satu motor untuknya dan satu lagi untuk calon cucunya. Calvin menggeleng pelan, bahkan cucunya belum dibuat oleh pria itu. Beruntung sekali anak Calvin kelak yang memiliki rich grandpa seperti Marc.

Ayla yang baru turun dari apartemen, mengerutkan kening ketika melihat Calvin berada di basement apartemen pagi-pagi. Tadi, Ayla sempat mencari Calvin, tapi tidak ketemu. Ternyata, suaminya itu ada di sini.

“Motor siapa?” tanya Ayla yang melihat Calvin menaiki motor cross tadi.

Calvin menoleh, melihat Ayla yang sudah rapi dengan style andalannya, kini Ayla memakai gamis berwarna biru muda dan cadar. Di punggungnya sudah menempel sebuah tas gendong dan ia mendekap buku-buku tebal.

“Kiriman dari dad.”

Ayla hanya ber-oh ria. Ia menatap jam yang melingkar cantik di tangannya.

“Mau ke kampus?”

“Iya."

“Mau gue anter?”

Ayla berpikir sebentar, kemudian menggeleng.

“Kenapa?” tanya Calvin heran.

“Mau antar pakai apa?”

Calvin terdiam, menatap deretan motornya yang terparkir di basement. Satu motor sport berwarna hijau dan dua motor cross yang baru saja datang.

Benar juga, bagaimana Calvin akan mengantar Ayla jika seperti ini.
Bisa saja bonceng menghadap samping, tapi itu juga sangat berisiko jika ujung gamis Ayla tiba-tiba masuk ke dalam ban nanti. Calvin tidak mau hal itu terjadi.

“Berangkat naik apa?”

“Angkot,” jawab Ayla santai.

“Hah?” Calvin kaget.

Mana bisa istri seorang Calvin Aldeguer dan menantu dari seorang Marc naik angkot, sangat tidak elite.

“Nggak, jangan naik angkot.”

Calvin mengeluarkan dompet dari saku celananya, mengambil lima lembar uang seratus ribuan, lalu menyerahkannya kepada Ayla.

“Pake ini buat naik taksi. Jangan naik angkot.”

Istrinya naik angkot? Calvin berasa tidak ada harga dirinya sama sekali.

“Tapi, itu kebanyakan.”

Calvin meraih tangan Ayla dan meletakkan lima lembar uang tadi di sana. Pria itu juga mengeluarkan sebuah black card dari dompetnya.

“Pakai ini kalau kurang,” lanjutnya.

Dengan cepat Ayla menggeleng. “Ini kebanyakan. Aku masih ada uang, kok, buat naik taksi.”

Ayla mencoba mengembalikan uang dan black card milik Calvin, tapi pria itu menahannya.

“Pakai aja, Ay. Gue suami lo kan? Jadi mulai sekarang gue yang akan urus semua kebutuhan lo.”

“Tapi … ini kebanyakan.”

Calvin dibuat bingung dengan Ayla, istrinya itu terus mengatakan jika uang tadi kebanyakan. Padahal hanya lima ratus ribu, dapat apa uang lima ratus ribu di ibu kota? Untuk membeli sebuah baju milik Calvin saja kurang.

My Sweet Calvin [TERBIT]Where stories live. Discover now