BAB 18 Perang Total (IV)

505 45 10
                                    

Di sisi Lauria, banyak korban mulai bergelimpangan. Bahkan jika mereka sudah berlari sejauh 6 km, tapi tetap saja. Artileri Qua Toyne masih bisa mengenai mereka walaupun kadang itu meleset, tapi tetap saja ledakan dari Peluru HE cukup untuk melukai beberapa orang. Hal itu membuat Prajurit Lauria ketakutan bukan main, karena rasanya seperti api neraka.

"Kenapa mundur!? Maju kalian semua!! Maju!!." Teriak seorang Disipliner Lauria yang mengenakan zirah hitam dengan jubah ungu, tapi ketika dia berteriak dan memukuli prajurit yang mundur, dia tiba - tiba mendengar suata siulan di atasnya.

*NGING*

Apa yang dia lihat adalah sebuah peluru meriam yang jatuh tepat di atasnya.

"Oh Si-."

*BOM*

Sebuah peluru HE mengenai dia, seketika tubuhnya meledak bersama tunggangannya. Daging , tulang dan jeroannya tumpah kemana - mana mengenai prajurit yang tertahan.

"Lari!! Selamatkan diri kalian!!." Teriak seorang desertir ketakutan.

...

Di Markas Lapangan Lauria.

Letjend. Adem bersama beberapa petinggi lainnya baru saja menerima kabar buruk dari garis depan, disana disebutkan dari 50.000 pasukan yang disusun di medan perang, telah dimusnahkan oleh Artileri Qua Toyne, menurut saksi yang selamat.

Artileri ini bisa menjangkau 10 km lebih, walaupun tidak terlalu tepat sasaran jika jaraknya mendekati 10 km.

*BRAK*

"Orang - orang ini.... Penggal mereka semua! Mereka memalukan bagi kemuliaan Kerajaan Agung Kita!." Perintah Adem dengan penuh amarah.

" Tapi pak, mereka masih berguna untuk lini dua-" ucap seorang pria berarmor cokelat perunggu.

"Diam! Laksanakan atau keluargamu akan menerima konsekuensinya..." Teriak Adem ke pria tersebut, lalu suaranya berubah menyeramkan.

"*Gulp* Ba- Baik... Perintahkan pemenggalan desertir ini! Mereka aib kerajaan kita!." Pria itu lalu menyuruh dua orang untuk memerintahkan pemenggalan Desertir yang baru saja kabur dari medan perang.

'Maafkan aku..... Semoga dewa cahaya selalu di sisi kalian.' pikirnya dengan menutup matanya sejenak mendoakan para desertir ini.

"Y-ya!." Kedua pria itu segera berlari ke luar markas.

"Sekarang.... Berapa lama aray magis kita berhasil?." Tanya Adem menyipit ke arah orang yang mengenakan pakaian intelektual dan membawa tongkat panjang.

"Hii! Ini kurang 80% lagi Jenderal." Jawab pria itu ketakutan ketika di tatap Adem.

"Cih, percepat!." Adem mendecakkan lidah kesal.

....

Di Perbatasan Qua Toyne.

Setelah melakukan penghitungan ulang personel, Divisi 1 dibawah kepemimpinan LetJend. Raun, hanya kehilangan 50 orang. Dimana mereka meninggal karena tembakan peluru peledak magis dari Meriam Lauria yang di Impor dari Parpaldia.

"Jadi kita akan melakukan serangan balik?." Tanya Moizi yang merupakan komandan batalyon, ikut rapat antae komandan di Resimen dimana dia bertugas.

"Ya, pusat memerintahkan Divisi 1 untuk menguasai Lauria Timur." Jawab komandan resimen bernama Kolonel Abuza Sairhan, yang merupakan seorang Half - Dwarf.

"Tapi persenjataan kita tidak bisa menghancurkan pertahanan Benteng Lauria di Timur, mereka melapisi benteng mereka dengan sihir." Ucap seorang Komandan Batalyon lain mengeluh.

Summoned Majapahit Empire to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang