Andreas berlalu membeli pesanan Rena, dalam hatinya menggerutu.

"Dasar cewek, tuh bocah pasti mules terus ngadu ke emaknya.. lah gue yang disalahin dahal sendirinya yang mintaa. Ngeselin banget, untung sayang.. Eh!" gerutuan Andreas di sepanjang perjalanan.

"Gue kasih sianida mampus lo! Eh ntar dia mati. Gue yang repot! Aish kesian nanti arwahnya gentayangin gue ih ngeri!" gumam Andreas bergidig, membayangkan jika hal itu terjadi.

*****
Kini Rena tengah asyik memakan seblak yang di beli Andreas.. Tanpa ceker dia tidak suka ceker memang selera orang itu beda-beda.

Andreas malah memperhatikan Rena yang memakan seblaknya tanpa menawari dirinya, dengan kuah yang merah merona nan menggoda membuat Andreas meneguk ludahnya ngiler.

Tapi takut untuk mencoba, karena seblak yang ia pesan begitu pedas bahkan dia bilang ke penjualnya untuk memasukan tambahan bubuk boncabe.

"Ren, lo kagak ngerasa pedes gitu?" Tanya Andreas dengan tatapan ngeri melihat Rena yang memakan dengan hikmat seolah-olah itu adalah hidangan ter enak.

Bibir gadis itu sudah merona, serta wajahnya yang memerah menahan pedas.

"Pedes, Tapi enak banget! Lo pesen di langganan gue kan?" papar Rena.

Andreas mengelap keringat Rena yg mengalir, sepertinya memang benar-benar pedas.

"Iya, Tapi awas ya! Kalo sampe tuh perut lo ngadu, gue banting lo saat itu juga!" ancam Andreas sadis, sedang Rena malah mengacuhkannya.

"Gak akan!"

"minyi minyi."

"Yaelah Ndre, cuma makan seblak pedes doang bukan racun kok." Andreas menghela nafas pelan.

"Terserah lo."

Kemudian Andreas berlalu meninggalkan Rena yang tak berhenti mengunyah.

Setelah menghabiskan satu porsi seblak pedas, terasa  perutnya membludak seperti mulas.

"Ah, Aduh kok?" Rena mengaduh memegangi perutnya yang mendadak mulas.

Prettt
Rena meringis, dia kentut mana bau lagi. segera saja dia berlari kekamar mandi hendak BAB.

Ucapan Andreas bukan sembarang ucapan, terbukti omongannya langsung jadi kenyataan gak kayak cowok yang modal bullshit doangg. Kayak kentut contohnya, ada baunya tapi gada bentuknyaaa! Isinya omong kosong semua! Awokwok!

Andreas kini malah santuy rebahan sambil bermain game, kedua telinganya Ia sumpal dengan headset, telinganya hanya menangkap suara tembakan didalam ponselnya.

Bahkan Rena yang berteriak dibawah pun ia tidak dengar.

Oh ya, saat ini rumah Rena memang sedang sepi, hanya ada satpam yang menjaga digerbang.

Biasaa ibu-ibu komplek pasti lah tau lah yekan apalagi saat ini menunjukan pukul 3 sore itu artinya mamanya dan ibu-ibu lainnya sedang kumpul setiap seminggu 2kali, dalam acara Arisan.

Andreas dengan ogah-ogah an disuruh menjaga Rena yang katanya sedang sakit. Hilih sakit apaanya orang cuma pms doang!

Kembali pada Rena yang mati-mati an menahan perih, dia lupa dia belum makan nasi perutnya langsung ia racuni dengan pedasnya seblak tadi.

Hadeuh, ini menakutkan sungguh Rena pernah dilarikan kerumah sakit hanya karna terlalu banyak mengkonsumsi pedas-pedas.

Yang menakutkannya adalah omelan mamanya dari sepanjang ia sakit, hingga saat ini pun masih diomeli.

Bahkan dia tidak diijinkan memakan makanan yang terlalu pedas.

"ANDREASSSS!" Rena menarik nafasnya dalam-dalam suaranya ia keluarkan semuanya. Hingga Rena berteriak dengan kencang seperti toa.

Andreas terlonjak, bahkan ponsel ditangannya terjatuh ke wajahnya yang tampan, asek.

Andreas buru-buru turun kebawah, mencari asal suara rintihan itu.

Telinganya ia dekatkan di pintu kamar mandi, dan mengetuknya kencang.

"RENAA! BUKAA REN WOYY! LAGI NGEPET LO!?" Andreas berteriak panik namun masih saja melawak.

"Hiks, Andreas tolol.. Shit!" umpat Rena lirih namun masih bisa didengar oleh Andreas.

Kemudian pintu terbuka menampilkan wajah pucat Rena, dengan sigap Andreas memapah Rena menuju kamar Rena.

Dia merebahkan Rena diranjang, kemudian tangannya menelfon dokter prinadi keluarganya.

Hingga Rena yang di periksa pun, Andreas masih bungkam dia malah memandang Rena khawatir sekaligus kesal.

Setelah diberi resep obat, kini Rena hanya terdiam dengan mulutnya yang terkunci menunggu omelan dari Andreas.

"Nah kan, udah gue bilangin apa!? Lo nurut kek ren! Ngeyel banget sih!" Andreas berucap kasar melampiaskan emosinya, namun Rena tahu ada nada sirat akan kekhawatiran disana.

Rena menunduk dalam, posisinya sekarang ia tengah duduk bersender diranjang dengan Andreas yang duduk berdiri disamping ranjang, sedang mengomeli Rena.

"Iya maaf.. Lagian lo juga salah kenapa pesennya yang pedes banget, kan gue bilang pedes aja! gak pedes-pedes banget!" Imbuh Rena, Andreas berdecak.

Kan dasar cewek.. Gak mau salah dan gak mau disalahin.

"Astaga.. Terserah lo Ren capek gue ngomongin lo, ngeyel!" Andreas berlalu menuju pintu namun sebelum itu ia berpesan, menoleh sejenak.

"Jangan lupa obatnya diminum!" Rena mengangguk masih memandang punggung Andreas yang perlahan hilang dibalik pintu yang kini tertutup.

Dia ingin menangis mood nya tiba-tiba buruk, dikarenakan pms nya membuatnya labil sedikit sensitive.

Dibentak aja nangis, biasanya tidak begitu.

Dia menenggelamkan dirinya diselimut dengan isakan yg teredam, moodnya sangat ingin menangis.









Hayy, up nya lama wkwkw.
Yaudh jngn lupa vote dan komen biar semngt up nyaa :) jngn lupa follow jga hehe

Segitu dulu.
See you semogaa sukaa ❤
Aku revisi ygy.. Btw jngn lupa follow my instagram: ravelchann

Arena Vs Andreas [TAMAT]Where stories live. Discover now