CHAPTER 50 - LAKI-LAKI

24.2K 2.8K 424
                                    

Masih semangat bacanya?

Vote komment yang semangat ya :)

Kalian lagi nonton drama atau series apa sekarang? Gw business proposal

Happy reading

Follow aing dulu → sapidolls

Tatapan Madhavi dan Sheila sempat bertemu, namun Madhavi acuh akan hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan Madhavi dan Sheila sempat bertemu, namun Madhavi acuh akan hal itu. Ia tetap menarik tangan Megin dan membawanya pulang bersama.

"Liatin apa lo, Shei?" tanya Yasa.

"Iri ya lo sama hubungan Megin Madhavi? Mending sama Gibran aja sana woi. Orang-orang sad," kata Banu sambil mendorong pelan Sheila hingga menabrak bahu Gibran.

"Apaan sih kalian berdua?" Sheila nampak tidak suka.

"Dijodohin nggak mau." Banu memutar bola matanya kesal.

"Lo pikir lo orang tua gue gitu? Bukan!" Setelah mengatakan itu, Sheila pergi dari hadapan mereka bertiga dengan kekesalan.

"Udah lah. Ngapain sih ngurusin hidup orang?" Gibran berujar dan ia berjalan duluan diikuti Banu dan Yasa.

"Tapi gue kasian sama lo, Bran," ungkap Yasa.

"Apa gue terlihat seperti gelandangan?" tanya Gibran tidak habis pikir.

"Ya nggak gitu juga monyet!" saut Yasa. "Maksud gue gini loh. Lo kan yang udah sejak kelas sepuluh bareng Megin sampai kelas dua belas ini. Tiga tahun bro, ya meski nggak ada status apa pun tapi kan ya itu loh! Itu loh! Dan sekarang Megin malah sama orang yang nggak diduga-duga. Kok lo kuat banget sih?"

Banu langsung menepuk bahu Gibran dan mengatakan sesuatu yang membuat keduanya tertawa. "Soalnya kalo itu Yasa, dia udah modar."

Gibran menggelengkan kepalanya, ia menyunggingkan senyum. "Gue tau kok apa yang bakal jadi milik gue nggak akan hilang. Gimana pun caranya dia pasti bakal cari jalan buat ketemu gue. Begitu pun sebaliknya, kalo itu bukan milik gue, hal itu pasti akan hilang. Semuanya udah diatur sama yang di atas, tenang aja," jawab Gibran.

Yasa dan Banu yang mendengar jawaban itu bertepuk tangan. Selain pintar, Gibran itu punya pemikiran yang dewasa dan patut diacungi jempol.

"Bangga gue sama orang tua lo!" kata Yasa sambil menepuk bahu Gibran.

"Pokoknya gue bakal dukung lo, Bran. Lo sangat pantas dan layak dimiliki seseorang," tambah Banu.

"Thanks, Bro!" Mereka berdua mengangguk dan merangkul Gibran yang ada di tengah-tengah.

Ketika sampai di parkiran, mereka berpencar menuju kendaraannya masing-masing. Gibran ingin membuka pintu mobilnya, namun pandangannya tak sengaja melihat Megin yang baru saja masuk mobil Madhavi. Terlihat Madhavi memperlakukan Megin dengan baik. Melihat itu sudut bibirnya terangkat ke atas.

910 : Sorry, I Hurt You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang