CHAPTER 48 - JADI, KHAWATIR NIH?

25.2K 2.9K 369
                                    

JANGAN LUPA VOTE KOMMENT YANG SEMANGAT!

BTW GW LAGI SUKA BAT DENGERIN LAGU 'HINGGA TUA BERSAMA'. KALIAN SUKA DENGERIN LAGU APA SEKARANG?

FOLLOW AING DULU YA →sapidolls

HAPPY READING ❥

"Jangan lupa istirahat!" pesan Madhavi sebelum ia meninggalkan rumah Megin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan lupa istirahat!" pesan Madhavi sebelum ia meninggalkan rumah Megin. Baru saja ia mengantarnya pulang dari sekolah.

"Iya," jawab Megin.

"Nggak lupa sama yang tadi gue bilang, kan?"

"Apa ini nggak berlebihan?"

"Gue perlu tau keadaan lo di sini. Kalo lo nggak tinggal di sini itu nggak masalah."

Megin menghela napas dan akhirnya mengangguk. Ia masuk rumah, Madhavi pun kembali masuk mobil dan melajukan mobilnya entah ke mana. Ia tidak akan pulang ke rumah secepat ini.

Yang Madhavi maksud adalah sebuah kamera kecil. Ia memberikan Megin tiga buah kamera untuk ia pasang di rumahnya agar jika Reya sewaktu-waktu melakukan hal keterlaluan lagi Madhavi akan segera datang dan melindungi Megin.

Setelah masuk rumah, Megin pun memasang kamera di ruang tamu, ruang tengah dan dapur di tempat yang tidak dapat dilihat oleh siapa pun. Seperti di dalam vas bunga. Ia memasang semua kamera saat tidak ada orang di luar, mereka sibuk di kamarnya masing-masing.

Tadi Madhavi sudah mengajaknya makan, ia juga dibelikan banyak cemilan oleh Madhavi. Tasnya penuh dengan cemilan sekarang. Megin memakannya di kamar setelah mandi. Jika nanti malam Megin lapar, ia akan membeli di luar saja. Atika mana mengizinkan Megin menghabiskan nasinya.

Sedang asyik memakan cemilan pintu kamarnya diketuk brutal, Megin menghentikan aktifitas makannya dan membuka pintu.

"Buatin gue mie instan! Pake telur pake sosis jangan lupa!" titah Reya. "Cepetan anjir laper gue!" Reya menarik tangan Megin kasar agar keluar dari kamarnya.

Megin menghela napas. Ia pun pergi ke dapur untuk memasak mie seperti yang Reya mau. Ketika membuka lemari, di sana tidak ada mie instan yang bisa ia masak. Ketika membuka kulkas pun tidak ada sosis hanya tersisa beberapa butir telur. Megin pergi ke Reya yang tengah duduk santai sambil menonton tv.

"Reya, mienya abis."

"Ya terus? Lo bakal berdiri di sini aja gitu?" Reya menggeleng. "Belilah, tolol!"

Reya menatap Megin tajam ketika lagi-lagi Megin masih berdiri di tempatnya. Ia malah melihat jendela dan membuka tirai, melihat rintik hujan mulai turun ke bumi.

"Budeg lo, hah?" bentak Reya.

"Hujan, Re. Gue buatin yang lain aja, ya? Lo mau apa? Nasi goreng atau sayur apa?" tawar Megin lembut, tapi lagi-lagi yang ia dapat adalah sebuah bentakan.

910 : Sorry, I Hurt You Where stories live. Discover now