CHAPTER 16 - SEPANTASNYA

32.8K 3.3K 43
                                    

“Yang datang belum tentu menetap dan yang pergi belum tentu kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang datang belum tentu menetap dan yang pergi belum tentu kembali.”

-910-


"Sheila."

"Anjir, kaget gue!" Sheila tersontak kecil saat Megin memanggilnya, ia tengah fokus membaca novel omong-omong. Di kelas hanya ada beberapa siswa, ini masih cukup pagi.

"Tumben berangkat pagi."

Sheila cengengesan sendiri. Seperti orang sedang kasmaran saja. "Tumben nggak sama Gibran?" balasnya.

Megin tersenyum kecil. Ia mendudukkan dirinya di kursi dan menatap jendela kelas, berusaha mengalihkan perhatian.

"Nggak liat Gibran tadi."

"Ciee yang lagi ngambekan sama pacar."

"Gue bukan pacarnya."

"Iya bukan pacaranya, tapi calon istrinya. Hahaha."

Sheila Putri Sagara, ia adalah anak dari pengusaha besar yang namanya cukup ternama. Entah mengapa ia mau berteman dengan Megin sejak kelas sepuluh lalu. Padahal dirinya cukup sempurna, cantik, pintar, tubuh molek bak gitar spayol, suaranya merdu dan jari-jarinya lihai untuk menekan tuts piano.

Namun, ia memilih Megin untuk menjadi temannya tidak peduli apa pun kata orang lain. Megin anak yang tidak macam-macam, terkadang Sheila mengajarinya beberapa hal. Seperti menyuruhnya berdandan, memakai baju sedikit ketat, pergi ke club sekali-kali, mencari pacar dan jangan terlalu berteman pada tumpukan buku.

Oh iya, perlu kalian tahu. Megin itu sangat sederhana. Ia tidak bergaul seperti teman-temannya yang lain. Mungkin karena faktor home schooling dulu selama SMP, Megin tidak tahu kehidupan remaja pada umumnya bagaimana. Mereka melakukan apa, pergi ke mana, Megin tidak tahu. Ia hanya di rumah dan bergelut dengan obat-obatan. Sejak kematian ke dua orang tuanya pun, Megin berubah menjadi sosok yang lebih pendiam. Tidak peduli pada apa pun termasuk cacian pada dirinya dan semua sikapnya. Megin hanya nyaman seperti ini.

"Tapi, Gin. Lo tau? Kayaknya pangeran gue baru dateng deh," katanya begitu girang. "Gue baru aja menjalankan misi."

"Misi apa?" heran Megin.

"Ada deh. Rahasia haha."

Pagi semakin siang, siswa pun mulai berhamburan masuk sekolah. Megin dan Sheila asik ngobrol sana sini. Sheila tertawa menceritakan hal yang lucu, ia menoleh ke pintu dan matanya membulat melihat kedatangan Gibran.

"Cowok lo berangkat nih, jiakhhh!" goda Sheila.

Gibran berjalan masuk ke kelas dan Sheila mulai merecohinya. 

"Gibran, dari mana aja lo? Kesiangan? Tumben princessnya nggak diajak berangkat bareng?"

"Woi anjir, Gibran! Woi! Kampret anjing babi kudanil! Sombong amat lo!"

910 : Sorry, I Hurt You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang