CHAPTER 06 - CALON MANTU

42.9K 3.7K 110
                                    

"Assalamualaikum, Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum, Bunda. Gibran bawa calon mantu nih!" kata Gibran dengan senyuman manisnya.

"Ih, Gibran. Apa sih? Kan malu." Sementara Megin sudah malu-malu kucing dipanggil begitu. Calon mantu? Jiakh, apa sih Gibran? Kan mereka cuma temen.

Temen tapi mesra.

Gitu maksudnya, kan?

"Waalaikumsalam. Eh, ada Megin. Aduh, lama banget nggak ketemu. Bunda kangen. Sini peluk sayang dulu." Bunda Gibran, Jane, ia merentangkan tangannya dan itu disambut baik oleh Megin.

Sebelah tangan Jane mengusap lembut rambut Megin, ia sudah menganggap Megin anaknya sendiri memang.

"Megin, kok badannya anget?" Jane mulai khawatir, ia melihat wajah Megin lebih seksama dan itu terlihat pucat.

"Iya, Bun. Megin lagi sakit," saut Gibran.

"Ya ampun, Megin. Ayo sini masuk sayang." Jane membawa Megin masuk dan memapahnya, padahal Megin baik-baik saja. Jane mendudukan Megin di sofa dan mulai bertanya banyak hal.

"Apanya yang sakit sayang? Ayo bilang, nanti Bunda pijitin."

"Aku nggak papa kok, Bun. Jangan khawatir, cuma sedikit pusing aja."

"Boong, Bun. Tadi aja di sekolah abis pingsan."

Mata Jane membulat kaget. Pingsan? Astaga, anak ini kenapa? Kasihan sekali, pasti ia kelelahan menjalani hari-harinya yang begitu keras sampai pingsan begini.

"Megin, kecapean, ya?"

Dengan anggukan kecil Megin menjawab. Ia tersenyum tipis pada Jane agar ia tidak khawatir.

"Masih kerja di kafe flowdise?"

"Iya, Bun. Tadi aja mau kerja dia. Nggak ngotak banget padahal lagi sakit," jawab Gibran lagi. Greget dia.

"Husssh, jangan gitu ngomongnya. Makanya cepetan halalin Megin nanti bawa ke sini."

"Maunya juga gitu sih, Bun. Entar deh abis lulus SMA. Mau nggak jadi istriku, Gin?"

Apa itu huh? Melamar? Begitu? Begitu saja? Dipikir mau beli gorengan apa?

"Kamu lagi ngapain?"

"Ngelamar loh, Bun. Nggak denger?"

"Nggak romantis banget sih!"

"Yeee, Bunda! Yang penting kan niat dan hatinya!" bela Gibran dan Megin terkekeh sendiri sedari tadi.

"Udah-udah, sana pergi ke kamar. Ganti baju kamu, mandi, bau!"

Gibran mulai mengendusi tubuhnya. Kemudian sedikit berpikir. "Wangi kok, Megin aja suka. Iya nggak, Gin?"

"Kok gue?" bingung Megin, sebenarnya meledek.

"Yah nggak sehati. Tapi nggak papa. Besok juga sehati kok!" Happy kiyowo guys. Tidak boleh sedih, cowok itu harus banyak perjuangan.

910 : Sorry, I Hurt You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang