22➶

440 49 40
                                    

Sudah seminggu lamanya dijalani
(y/n) tanpa kedua suaminya, dikarenakan menjalani perawatan inap mengenai kondisi Yuno saat ini, yang ditemani oleh Felix. Wanita itu benar-benar merasakan hampa satu minggu terakhir ini.

"Kapan Otou-san akan pulang?" Lirih Gilbert yang terlihat sangat rindu, dan juga khawatir mengenai kondisi sang ayah.

"Aku juga merindukannya!" Sahut Adrian.

Sudah (y/n) katakan, keberadaan dua pria itu begitu besar, dan juga berarti untuk mereka berdua.

(y/n) membalas dengan senyuman serta mengelus kedua surai putranya. "Tunggu saja, ya."

Wanita itu berdiri hendak keluar rumah meninggalkan kedua putranya, ia membuka pintu, harap-harap ada sebuah keajaiban di luar sana.

Baru saja membuka sebuah pintu, kini ia dikagetkan oleh kedatangan kedua orang yang ia sayangi.

Matanya membelalak sedikit tidak percaya. Melihat ada perubahan di salah satu suaminya.

(y/n) benar-benar dibuat kaku. Ingin senang akhirnya bisa melepas rindu bersama dengan mereka, tetapi situasi sekarang benar-benar sangat sedih baginya.

"Lama tidak bertemu, ya?" Sapa Yuno tersenyum. Sementara Felix hanya diam, menatap (y/n) dengan sayu.

(y/n) tidak menyahuti sapaan Yuno. Badan wanita ini sedikit bergetar, mencoba untuk berjalan menghampiri mereka berdua dengan pelan. Satu tangannya menutupi mulut. Mencoba untuk berbicara tetapi tidak bisa.

Ia terlihat sudah tidak kuat lagi, dan terduduk ambruk di atas tanah tepat di depan Yuno.

Kedua tangan lentiknya mencoba untuk meraba benda yang Yuno duduki saat ini. "K-kau?..." Ucap
(y/n) terbata-bata.

"Ya, kau benar. Aku sudah tidak kuat untuk berjalan lagi." Ucapnya tersenyum simpul. Sambil menatap sang istri dari atas.

"Berjalan saja aku sudah kesusahan, apalagi menjagamu." Sambung Yuno berkeringat, "Bodoh sekali."

Felix hanya bisa menunduk, pria itu benar-benar tidak tega untuk mengeluarkan sekata saja saat ini.

Mata cantik berwarna biru kini sudah dibendungi oleh banyaknya air. Mencoba untuk menahan tetapi tidak bisa. Dirinya benar-benar berada di ambang kesedihan.

(y/n) menangis hebat di atas lutut Yuno, sesenggukan, terisak. Menangis seperti orang gila.

Felix hanya melamun dari sepanjang jalan, tidak tega melihat sahabatnya sendiri sangat menderita saat ini.

"Kenapa Tuhan sangat jahat kepadaku?!" Ucap (y/n) sambil menangis dengan sesenggukan.

Yuno hanya bisa menepuk-nepuk atas kepala (y/n) dengan lembut, "Jangan menangis, kau tidak seperti biasanya..." Katanya lirih

"Tak peduli apapun yang terjadi, aku akan ikut denganmu." Ucap wanita itu serak.

Pria itu menggeleng pelan, menatap sang istri dengan sayu, "Tidak, kau masih punya tanggung jawab di sini. Jangan ikuti aku."

"Sudahlah... Apa yang kalian bicarakan?!" Felix akhirnya menyahuti, "Sudah aku bilang, kau tidak akan kemana-mana. Dan akan tetap tinggal bersama kita dengan bahagia!"

"Itu omong kosong, Felix." Kata Yuno sedikit menoleh ke belakang.

"Mungkin berat bagimu untuk mengucapkan perpisahan denganku, tapi lebih berat lagi jika aku tak bisa membuat (y/n) bahagia."

"Jadi, jika aku sudah tiada nanti. Kumohon jangan pernah menyakiti gadisku ini. Kau mengerti?"

Yuno lalu kembali menghadap ke depan. Melihat sang istri yang masih terisak keras.

"Padahal aku berharap, jika akulah yang akan membuatnya bahagia..." Sambungnya dengan nada kecil.

(y/n) lalu menerjang. Memeluk leher Yuno, sembari masih menangis deras. Saking hebatnya ia menangis, suaranya menjadi lenyap. Terkecuali suara daun pepohonan yang bergemerisik karena angin.

~

Duduk memeluk lutut di belakang teras, seperti biasa. Sepi, tak ada orang yang berada di sana selain dirinya. Semilir angin memecahkan keheningan, menjadi teman bagi
(y/n) disana.

"Kenapa kau ada di sini, Yuno?" Tanya (y/n) tanpa mengalihkan pandangannya dari angin dan juga cahaya rembulan.

Ia tidak perlu menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang datang, karena ia sudah tau jika itu Yuno yang sedang memakai kursi roda. Duduk di sebelah (y/n) di atas kursi roda.

Yuno sedikit melirik wanita di sebelahnya. Masih sama, tatapan kosong itu masih ada pada kedua iris mata (y/n).

"(y/n), kau harus masuk. Felix dan juga anak-anak menunggumu untuk makan malam." Ujar Yuno menatap (y/n) dari atas.

"Kalian makanlah duluan, aku sudah kenyang."

Bahunya terlihat bergetar.
"Ne, (y/n)..." Lirih Yuno. (y/n) masih diam tak merespon panggilan Pria itu.

Ia tak ingin (y/n) semakin tertekan karenanya.

(y/n) memiliki hati yang lembut, ceria, selalu ramah, dan juga baik kepada semua orang. Karena itu Yuno sangat menyayangi wanita ini, bahkan Felix juga ikut terhanyut olehnya. Pria ini tidak ingin wanita itu  terus menerus merasakan sakit yang ia pendam seorang diri selama satu bulan ini.

Kedua tangan Yuno menangkup wajah cantik yang berada di bawahnya. Ditatapnya lembut kedua iris mata (y/n), mencoba untuk memberikan kehangatan kepadanya.

"Andai... aku tidak cengeng... M-mungkin aku tidak akan gila seperti ini." Ucap (y/n) frustasi. "Aku... Aku lemah sekali."

"Sstt... Cukup, jangan salahkan dirimu sendiri. Kau tidak lemah, kau itu kuat!"

Di dekatkannya keningnya pada wanita ini, kini kedua kening mereka saling bertemu, ibu jarinya menyekap lembut bulir air yang masih turun membasahi wajah cantik ini.

"Tapi... Aku..." Lirih (y/n).

"Kau masih punya Felix, Adrian, dan juga Gilbert." Ucap Yuno,

"Lupakanlah aku, dan besok mulailah jalani kehidupanmu sendiri. Jangan terus libatkan orang yang akan meninggal di kehidupanmu" Sambungnya.

"Perkataanmu tidak lucu, Yuno..." Wanita ini tidak bisa memungkiri dan menolak lagi.. Yuno lelah, terlihat dari kedua kerutan matanya.

Yuno menarik (y/n) kedalam pelukannya. Wajahnya ia tenggelamkan pada bahu wanita ini. "Hei, (y/n)... Aku punya satu permintaan." Kata Yuno sesekali mencium leher sang istri.

"Peluklah aku, disaat aku akan meninggal"
.
.
.
TBC

Maafkan aku yang harus mengingkari janji, namun bisakah beri aku satu kesempatan lagi? Akan ku pintah Tuhan untuk mempertemukan kita kembali di surga, maupun di kehidupan yang akan datang

- Yuno

𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)Where stories live. Discover now